Reporter: Rizki Caturini, Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Selama bisnis properti masih tumbuh bagus, prospek bisnis karpet tile bakal terus bersinar. Sebab, karpet berbentuk potongan seperti ubin ini lebih efektif dan relatif lebih awet untuk dipasang sebagai pelapis lantai di bangunan komersial. Tak heran, omzet salah satu penjual karpet tile ini bisa mencapai Rp 400 juta per bulan. Wow!
Fungsi karpet bukan sebagai pelapis lantai semata. Motif indah dan kenyamanan dari bahan karpet yang lembut, seringkali menjadi kenikmatan tersendiri selepas aktifitas panjang sepanjang hari.
Tak hanya untuk menutupi lantai rumah saja, karpet terkadang juga dipakai di perkantoran, hotel, atau apartemen. Jenis karpet yang digunakan pun bermacam-macam. Salah satu jenis karpet yang sering dipakai di tempat-tempat komersial karena mudah dibongkar pasang adalah karpet tile.
Karpet ini biasanya dijual dalam bentuk potongan bujur sangkar, ya mirip seperti ubin atau keramik. Cara pemasangannya, disusun satu per satu dan bisa disesuaikan dengan keinginan.
Salah satu kelebihan karpet tile, jika ada yang rusak, Anda hanya cukup mengganti bagian yang rusak saja tanpa harus mengganti keseluruhan karpet.
Kekuatan karpet tile terletak dari bahan serat olefin atau polypropylene yang mudah dibersihkan, antinoda, dan tidak mudah lembab serta berjamur. Karpet ini rata-rata berukuran 50x50 centimeter (cm), 40x40 cm dan 92x92 cm.
Nasuha Sanwani, penjual karpet tile di daerah Kembangan, Jakarta Barat, bilang, selama pembangunan properti masih berlangsung, prospek usaha karpet tile masih cerah. Penjual biasanya mendatangkan karpet tile dari Cina dan Taiwan.
Sekadar info, karpet tile dari Taiwan terkenal memiliki kualitas yang lebih baik ketimbang buatan CHina. Namun, tentu saja, harganya pun berbeda jauh. Penjual membeli karpet Idari CHina sekitar US$ 30 per meter persegi (m2). Adapun harga karpet tile dari Taiwan US$ 40 per m2.
Lantaran Nasuha bermain di pasar kalangan menengah ke bawah, ia hanya memasok karpet tile buatan China. Harga jualnya sekitar Rp 260.000 per m2. Per bulan, ia bisa mendapat pesanan rata-rata 100 m2. Hitung punya hitung, dengan pemesanan sebanyak itu, Nasuha bisa meraih omzet sekitar Rp 26 juta per bulan. "Marginnya sekitar 20%," katanya.
FIO Home, gerai penyedia barang-barang interior di Jakarta pun menyediakan karpet tile dengan pelbagai motif dan harga. Kisaran harga jual karpet tile yang ditawarkan sekitar Rp 200.000 hingga Rp 250.000 per meter persegi. "Omzet kami dari penjualan karpet tile sekitar Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per bulan," ungkap Fandy, pegawai pemasaran FIO Home.
Lain lagi dengan PT Menara Asia Global. Perusahaan yang menjual karpet tile melalui situs internet carpet-clasic.com tersebut menyasar pasar kelas menengah ke atas. Makanya, mereka mematok harga karpet tile mulai dari Rp 250.000 hingga Rp 400.000 per m2.
Saban bulan, Menara Asia mampu mendulang omzet hingga Rp 400 juta. Jika pemesanan dalam partai besar, konsumen harus menunggu 4-6 minggu. "Biasanya pesanan karpet tile banyak datang dari perkantoran, hotel, dan instansi pemerintahan," ungkap Surya, Manajer Pemasaran Menara Asia.
Karpet bermodel minimalis dengan motif zig-zag atau lurus berkelir kalem seperti biru dan hijau, adalah yang paling banyak diminati oleh pelanggan. Namun, pemilihan model dan warna karpet harus pula didukung oleh desain ruangan yang serasi pula. Selain itu, karpet ini butuh tekstur lantai yang licin agar karpet yang dipasang terlihat rapi.
Harga karpet tile yang dijual FIO Home dan Menara Asia memang cukup mahal, karena kualitasnya baik. Selain itu, penjual masih harus mengimpor karpet tile, lantaran belum ada produsen lokal yang memproduksi karpet jenis ini.
Walaupun persaingan di bisnis ini makin hari makin sengit, para pemain yang ada tetap optimistis omzet mereka terus merangkak naik. "Pelayanan yang memuaskan adalah kunci menumbuhkan kepercayaan konsumen," ujar Fandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News