Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Tri Adi
Sifat pantang menyerah dan kerja sama yang baik dengan suami, membuat Puji Astutik mampu mengembangkan pasar Netha Art galeri ke kota-kota besar di Indonesia. Tak hanya membuat cenderamata dan aksesori dari kaca, Puji juga membuat piala kejuaraan olah raga golf yang mampu melambungkan nama produknya sampai sekarang.
Selama enam tahun sejak 2005, Puji Astutik telah memproduksi berbagai kerajinan kaca di Sidoarjo, Jawa Timur. Bersama suami, Andi Rifiansyah, Puji berhasil memperluas pasar galeri Netha Art miliknya hingga Jakarta, Yogyakarta, Pekan Baru, Kalimantan, dan Bali.
Dengan pasar yang terus berkembang, Netha Art saat ini telah berhasil mengantongi omzet rata-rata Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per bulan. "Pada saat awalnya, kami kesulitan membuka pasar, karena produk kamu baru," kata Puji membuka percakapan.
Ia mengatakan, untuk bisa berkembang seperti sekarang berbagai rintangan telah dihadapi. Selain kebangkrutan usaha, dia juga harus menghadapi luapan lumpur yang menenggelamkan usaha yang baru dirintis.
Usaha kerajinan cenderamata dari kaca sebenarnya bukan usaha baru bagi Puji. Sebab, suaminya dulu adalah karyawan perusahaan kerajinan kaca. Namun karena tak bisa mempertahankan pasar, perusahaan tempat suami bekerja bangkrut. "Saya membesarkan hati suami dan mengajak untuk membuat usaha sendiri,” ujarnya.
Puji tidak mau keterampilan sang suami dalam membuat cenderamata yang didapatkan dari Kuala Lumpur, Malaysia, lenyap. Saat mengandung anak pertama, Puji nekat memulai usaha dengan berperan menjadi tenaga pemasaran.
Uang pesangon sang suami sebesar Rp 10 juta dijadikan modal awal. Lokasi usaha mereka berada di Perumnas I Blok K- 14/34 Tanggulangin, Sidoarjo. Namun, saat lokasi tersebut tenggelam oleh lumpur Lapindo, mereka memilih pindah dan mengontrak di Magersari Permai, Sidoarjo. Rumah kontrakan itu menjadi bengkel kerja, termasuk ruang pamer.
Setelah mulai berkembang, Netha Art mulai membuka gerai di Royal Plaza Surabaya. "Itu untuk mendekatkan produk dengan pasar," katanya. Agar produknya semakin dikenal, Puji memberanikan diri menggelar pameran cenderamata dari kaca di Sidoarjo. Sebanyak 80 produk dipamerkan. Sayangnya produk yang dipamerkan tersebut sepi peminat, sehingga uang penjualan yang terkumpul hanya Rp 800.000.
Tak menyerah, Puji terus menyemangati suami dan dirinya sendiri. Sambil terus berproduksi, dia memasarkan produk dengan menyebarkan brosur ke dinas-dinas dan perkantoran di sekitar Sidoarjo. Adapun untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, Puji juga mengerjakan pesanan seperti cincin kaca. "Hasilnya tak banyak," katanya.
Setelah lebih dari setahun berjuang meraih pasar, pada tahun 2006, pintu rezeki terbuka. Saat itu dia memperoleh pesanan pembuatan piala turnamen golf dari kaca di Surabaya, Jawa Timur. Dari event yang lumayan prestisius itu, kerajinan kaca Netha Art mulai banyak orang. Tak hanya selalu mendapat pesanan kejuaraan golf, Puji juga mulai menerima pesanan dari berbagai tempat seperti Jakarta, Yogyakarta, Pekan Baru, Kalimantan, dan Bali.
Berbagai produk piala, cenderamata, aksesori kaca Netha Art dijual dengan harga berkisar antara Rp 20.000 sampai Rp 5 juta per produk. Dari penjualannya setiap bulan yang mencapai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta, laba bersih yang mampu dikantongi Puji 30% dari omzet.
Bersama tiga orang pekerja, Puji mampu memproduksi minimal 10 produk cenderamata ukuran kecil dalam sehari. Namun, jika memproduksi produk dengan ukuran besar, seperti kereta kencana beserta kuda-kuda, waktu pengerjaan bisa mencapai seminggu. "Karena itu kita sering kewalahan memenuhi pesanan," katanya. Menurutnya, perajin cenderamata kaca saat ini masih sangat langka sehingga dia berminat membuka cabang di kota-kota lain di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News