kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,44   -19,08   -2.04%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reza pantang menyerah dan ingin mandiri (1)


Rabu, 25 Mei 2011 / 15:09 WIB
Reza pantang menyerah dan ingin mandiri (1)
ILUSTRASI. Tanaman hias premium di Ray Garden, Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Keinginan untuk mandiri selalu dipegang teguh oleh Reza Nurhilman. Dia tidak mau menjadi karyawan karena tidak ingin bergantung dengan orang lain. Setelah melewati berbagai jenis usaha, Reza jatuh cinta pada usaha keripik Maicih. Berkat kerja kerasnya, permintaan keripik mencapai 200.000 bungkus tiap bulan.

Hidup mandiri adalah jalan yang ingin ditempuh Reza Nurhilman. Pemilik dan pendiri usaha keripik merek Maicih di Bandung ini tidak mau sama sekali merepotkan kedua orang tuanya.

Lahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, keinginan wirausaha Reza muncul setelah lulus sekolah menengah atas (SMA) pada tahun 2005. Dia tidak mau membebani orang tua, sehingga memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.

Dengan kondisi ekonomi orang tua yang terpuruk, memaksakan kuliah akan banyak membebani orang tuanya. "Saya tidak mau terus meminta dan saya ingin mandiri," katanya.

Walaupun memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Reza tetap berharap nantinya bisa kuliah dan mendapat gelar sarjana.

Reza tidak mau menjadi karyawan. Dia ingin memulai usaha sendiri, Menurutnya, dengan menjadi karyawan maka dirinya tidak bisa mandiri karena selalu tergantung pada orang lain.

Dengan tekad dan kemandirian tersebut, Reza lalu menjalankan berbagai macam usaha. Dia mengalami jatuh bangun dan hinaan dari orang-orang di sekitarnya ketika memulai usaha sendiri.

Usaha pertama yang dia jalani adalah bisnis multilevel level marketing (MLM). “Saya dipandang sebelah mata dan dihina,” katanya.

Walau mendapat banyak cibiran, Reza tidak pernah putus asa. Dia hanya tidak pernah habis pikir, kenapa orang-orang di sekitarnya tidak suka dengan apa yang dia lakukan. “Padahal, saya hanyalah anak muda yang berusaha mencari uang sendiri dengan berusaha keras," katanya. Namun berbagai sindiran dan hinaan itu membuat Reza menjadi semakin keras dan tidak mudah jatuh.

Reza mengaku, dari bisnis MLM ini sebenarnya dia bisa mendapatkan penghasilan lumayan. Namun karena sering tidak sejalan dengan pemilik, dia memutuskan untuk keluar dan memulai bisnis baru.

Setelah keluar dari bisnis MLM, Reza menekuni bisnis pupuk. Hanya saja di bisnis ini, dia mengaku pernah tertipu rekan bisnis.

Ia bercerita, saat itu dirinya bertugas mengirimkan pupuk ke Sumatra. Setelah tugas dia selesaikan dengan baik, rekan bisnis yang ada di Sumatra mengingkari janji dan tidak mau melaksanakan kewajibannya.

Kejadian tidak mengenakkan pada tahun 2008 tersebut sempat membuat Reza jatuh. Selama sebulan, dia harus mengumpulkan semangat dan keinginan untuk terus berusaha.

Kejadian itu memberinya banyak pelajaran, yaitu lebih selektif dalam memilih rekan bisnis atau karyawan.

Untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola bisnis, Reza merealisasikan keinginan untuk meneruskan kuliah. Pada 2009, dia masuk ke Jurusan Manajemen Universitas Maranatha Bandung.

Ia menggunakan tabungan untuk bisa mengenyam bangku kuliah. Dia berharap dengan mengambil jurusan ini maka ilmu yang didapat nanti akan lebih aplikatif dan membantu mengelola usaha yang dirintis. "Biayanya juga terjangkau” ujar Reza.

Saat di bangku kuliah itulah, rezeki Reza mulai terbuka lebar. Pada Juni 2010, dia menemukan peluang bisnis yang menurutnya sangat potensial, yaitu menjual berbagai macam keripik berbahan baku singkong. Ide itu muncul saat dirinya bertemu dengan produsen keripik di sebuah acara di Bandung. Rasa keripik yang enak membuatnya langsung jatuh cinta sehingga tanpa pikir panjang dia menawarkan kerja sama.

Dari kerjasama itu, Reza bertindak sebagai pembeli keripik singkong. Reza lantas memasang merek Maicih sendiri di dagangannya.

Sebagai penjual, dia memulai usaha dari awal. Memakai bakul plastik, ia menawarkan Maicih ke kampus dan teman-temannya. “Cara saya berjualan seperti ibu-ibu di pasar yang menggendong dagangan," ujarnya.

Insting bisnis Reza tak salah, setelah enam bulan, permintaan keripik Maicih dari 1.000 bungkus pada Oktober 2010, kini mencapai 200.000 bungkus per bulan dengan harga Rp 11.000 sampai Rp 15.000 per bungkus. Kini, Reza memproduksi keripik singkong sendiri.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×