Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi
Reza Nurhilman, pemuda yang baru berusia 23 tahun ini berhasil membawa Maicih melewati krisis. Usaha kerupuknya terus berkibar. Kini, setiap bulan, Reza mampu meraup omzet hingga Rp 1 miliar. Kesuksesan Maicih adalah buah manis dari strategi marketing yang jitu.
Setelah mencicipi barulah orang-orang mengetahui, keripik singkong Maicih mempunyai rasa yang enak dan berbeda dengan keripik singkong lainnya. Reza Nurhilman pun lantas berpikir mengembangkan jaringan pemasaran dan promosi.
Saat itu, ia berpikir, yang dilakukannya hanyalah menyakinkan produk ini berbeda. Lantas, Reza pun merekrut beberapa karyawan untuk membantunya memasarkan keripik Maicih. Karyawan pertamanya adalah teman dekat Reza sendiri.
Tak sia-sia, usahanya pun berkembang pesat. Pada November 2010, kapasitas produksinya telah mencapai 1.000 bungkus setiap bulan.
Namun, saat senyumnya mulai merekah, masalah datang. Pada saat yang sama, Reza harus pecah kongsi dengan pemasok keripik Maicih. “Alasannya dia tidak siap memproduksi sebanyak yang kami minta” ujar Reza.
Meskipun pahit, Reza harus mengambil langkah ini. Ia pun harus mencari produsen baru. Hingga akhirnya, pemuda ini menemukan sebuah desa yang sanggup memproduksi keripik dalam jumlah besar.
Reza pun perlu waktu yang lama untuk mendapat rasa keripik yang sama dengan sebelumnya. Ia juga harus membangun tungku untuk memasak keripik. Butuh waktu sebulan hingga Maicih kembali berproduksi. “Saat itu banyak pelanggan yang protes,” cerita Reza.
Satu masalah berlalu, ujian lain pun datang. Karyawannya resah. “Saya yakinkan mereka bahwa kita akan lebih baik sehingga mereka akhirnya tenang,” ujarnya. Akhirnya, Desember 2010 Maicih kembali berproduksi.
Reza pun terus mengembangkan jaringan penjualannya. Ia mulai merambah dunia maya, dengan menawarkan Maicih melalui twitter info@maicih. Bila ada konsumen tertarik, mereka pun tinggal menghubungi nomor-nomor distributor. Cara ini ternyata ini ternyata efektif. Alhasil, di setiap lokasi penjualan selalu terlihat antrean panjang.
Sekarang, Maicih memproduksi 200.000 bungkus keripik per bulan. "Sebenarnya permintaan konsumen lebih besar," ujar Reza. Omzet pun melambung hingga mencapai Rp 1 miliar.
Berkat kesuksesan ini, Reza pun sering diundang beberapa universitas untuk membagi pengalamannya. Usaha Maicih pun tetap berjalan tanpa kehadirannya.
Reza pun mengubah struktur perusahaan lebih modern, dengan membentuk divisi produksi, pemasaran dan sumberdaya manusia. "Sebelumnya, saya sendiri yang bolak-balik mengambil produk dari pabrik" Ujar Reza.
Reza juga pandai dalam ilmu pemasaran. Sebagai logo merek produknya, Reza sengaja memilih gambar seorang ibu paruh baya karena unik dan berbeda dengan yang lainnya.
Ia pun menggunakan sebutan jenderal untuk para agen atau distributornya. Sementara itu, sebagai pemilik, dia menggunakan istilah presiden.
Karena kesibukannya mengurus bisnis dan menjadi pembicara, Reza sulit membagi waktu untuk kuliah. Meski begitu, ia tetap bertekad menyelesaikan kuliah. Selain merasa sayang karena sudah di tingkat empat, Reza sadar, gelar sarjana masih penting dan sering dipandang sebagai status. Meski menurutnya, apa yang dia pelajari di bangku kuliahaca tak sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Semua jenis usaha punya keunikan sendiri.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News