Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi
Dengan cara pemasaran yang unik, yakni lokasi penjualan yang selalu berpindah-pindah, Reza Nurhilman sukses membesarkan Maicih. Tapi sebagai pemimpin, Reza tidak berpuas diri dan berusaha selalu selangkah di depan. Saat ini, ia tetap berusaha memperluas pemasaran Maicih dari Sabang sampai Merauke.
Dalam waktu kurang dari setahun, Reza Nurhilman berhasil membesarkan usaha keripik Maicih. Dengan berbagai strategi marketing, lelaki muda ini bisa meraup omzet hingga Rp 1 miliar per bulan. Merek Maichi pun melekat erat pada produk keripik singkong asal kota kembang, Bandung.
Kekuatan merek Maicih, kata Reza, tidak hanya dalam penjualan produk keripik singkong, tapi juga dalam memberikan pendidikan dan hiburan. Misalnya, Reza kerap diundang oleh universitas untuk berbagi ilmu. "Bukan tentang cara pembuatan Maicih, tapi bagaimana cara saya berpikir untuk membesarkan Maichi," ujarnya. Reza pun bersyukur, lantaran banyak orang yang kemudian terinspirasi olehnya.
Dari sisi hiburan, Reza mencontohkan, pada saat peluncuran varian keripik seblak, dia mengundang grup SMASH yang sedang populer. “Nanti pada saat ulang tahun Maicih kami juga berencana mengundang grup musik papan atas," ujar pria berkacamata ini.
Tapi, seperti kata pepatah, makin tinggi suatu pohon, makin keras angin menerpa. Reza pun tak memungkiri cara pemasaran ini bakal ditiru orang lain. Namun, ia tak khawatir. Bahkan Reza yakin, para peniru akan sulit mendapatkan kesuksesan yang sama karena ini bukan hanya sekadar cara pemasaran, tapi bagai mana membangun komunitas dan tim yang kuat dan solid. “Ada cara tersendiri yang tidak bisa diterapkan oleh semua orang. Intinya adalah kepemimpinan” ujar Reza.
Kekuatan Maicih juga terletak pada distributor atau biasa disebut jenderal Maicih yang mencapai 50 orang dan tersebar di Bandung, Jabotabek, luar Pulau Jawa dan bahkan luar negeri. Dari berjualan Maicih saja, ada distributor yang dapat meraih penghasilan hingga Rp 10 juta perbulan.
Sadar mereka adalah aset berharga, Reza sering mengadakan rapat evaluasi dan memberikan pelatihan. Yang terakhir, bulan lalu Reza mengadakan workshop dan pelatihan pengembangan karakter. Dari pelatihan ini, ia pun berharap para jenderal Maicih ini tidak hanya mempunyai kemampuan menjual, tapi juga kepribadian yang tangguh.
Sebagai pemimpin, Reza memang harus selalu berusaha selangkah di depan dan memikirkan segala sesuatu jauh sebelum orang lain melakukannya. Dia juga menyadari adanya titik jenuh. "Suatu produk, pada suatu saat akan mengalami titik jenuh. Begitu pula Maicih," ujarnya.
Namun, Reza merasa masih jauh dari titik jenuh karena keripik Maicih mempunyai rasa berbeda, dan cara pemasaran pun lain.
Secara statistik, Reza menunjukkan, penduduk Indonesia mencapai lebih dari 200 juta. Sementara kapasitas produksi maksimal Maicih baru 200.000 bungkus perbulan. “Potensi pasar Indonesia saja masih besar karena masih banyak orang yang tahu dan belum mencicipi Maicih,” kata Reza.
Oleh karena itu, kini Reza berusaha meningkatkan kapasitas produksi Maicih agar produknya bisa menjangkau pemasaran dari Sabang sampai Merauke.
Namun, Reza menambahkan, dia akan tetap menjaga tingkat eksklusivitas produk Maicih agar tidak terdapat di sembarang tempat. “Saya tak akan menjual lewat minimarket, supermarket atau pasar,” ujarnya.
Demi rencana ini, Reza konsisten menambah jenderal-jenderal Maicih yang berada di luar Pulau Jawa. Pria 23 tahun ini pun tak menutup kemungkinan akan membuka kafe Maicih, sehingga pengunjung dapat menikmati keripik Maicih. Reza juga bercita-cita kalau Maicih kelak akan menjadi ikon jajanan kota Bandung.
Cita rasa keripik Maicih yang sangat pedas juga menjadi pemikat karena dapat menimbulkan ketagihan. “Orang yang sudah mencicipi pasti ingin lagi keesokan harinya” ujar Reza. Cara pemasaran Maicih yang tidak ada di sembarang tempat juga mencegah kebosanan pasar.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News