kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Satai bandeng, makanan khas Serang yang digemari sampai Belanda


Rabu, 14 September 2011 / 13:59 WIB
Satai bandeng, makanan khas Serang yang digemari sampai Belanda


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Jika Anda lewat Kabupaten Serang, Banten, jangan lupa untuk membeli satai bandeng khas Serang. Melihat namanya, satai ini jelas berbahan baku ikan bandeng. Rasa dan rupa satai ini khas dan menjadi santapan nan nikmat untuk menemani nasi yang hangat.

Satai bandeng adalah salah satu makanan khas Kabupaten Serang, Banten. Satai yang terbuat dari daging ikan bandeng segar dengan bumbu ketumbar, bawang goreng, gula pasir, gula merah, santan, dan garam ini mirip dengan satai lilit khas Bali.

Satai bandeng banyak dijual di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Serang Timur. Harga setiap satai bandeng berkisar antara Rp 15.000 sampai Rp 25.000, tergantung ukurannya.

Salah satu pengusaha satai bandeng di Serang adalah Hj. Mariyam yang berlokasi di Kaujon Tengah. Meneruskan usaha turun-temurun, Mariyam mulai menggeluti usaha pembuatan satai bandeng sejak 1970.

Kelezatan racikan satai bandeng Hj. Mariyam sudah kondang. Bahkan, satai bandeng bikinannya pernah menjadi juara II lomba UKM Provinsi Banten pada 2008 lalu. Menurut si empunya usaha, kelezatan satai bandeng Mariyam juga terkenal sampai Belanda.

Dibantu 10 anaknya dan tiga pegawai, saban hari, Mariyam sanggup mengolah 75 kilogram (kg) ikan bandeng segar menjadi 225 tusuk satai bandeng. Saat Lebaran, volume produksi meningkat hingga menjadi 400 tusuk satai bandeng. "Puasa dan Lebaran paling ramai," kata nenek berusia 88 tahun ini.

Satai bandeng Mariyam dijual dengan harga Rp 20.000 per tusuk. Oleh karena itu, setiap Mariyam tiap hari bisa mengantongi omzet rata-rata Rp 4,5 juta. Nilai omzet meningkat hingga Rp 8 juta per hari saat menjelang Lebaran. Keuntungan yang didapat sekitar 30% dari omzet.

Usaha pembuatan satai bandeng juga digeluti oleh Aliyah di Lopang Gede, Serang. Setiap hari dia mampu memproduksi sekitar 50 kg ikan bandeng segar menjadi 100 tusuk satai bandeng. Produksinya naik menjadi 150 tusuk saat menjelang Lebaran. Dengan produksi tersebut, di hari biasa, Aliyah bisa mengantongi omzet rata-rata Rp 3 juta.

Satai bandeng buatan Aliyah tak hanya dipasarkan di sekitar Serang atau Banten saja, namun telah merambah kota-kota di Jabodetabek. Dua minggu sekali, dia mengirimkan setidaknya 100 tusuk satai bandeng ke salah satu pasar swalayan di Jalan MT Haryono, Jakarta. Selain itu, Aliyah mengaku konsumennya juga datang dari luar negeri, seperti dari Belanda dan Malaysia.

Jika Mariyam menjual tiap tusuk satai bandengnya seharga Rp 20.000, Aliyah menawarkan harga lebih tinggi, yakni Rp 30.000 per tusuk. Selain memang lezat, satai bandeng buatan Aliyah dikemas lebih modern dengan kotak bertutup transparan. Adapun kemasan satai bandeng lain biasanya hanya dibungkus daun pisang atau kertas koran. "Kemasan saya beda. Saya juga selalu memilih ikan bandeng segar dan besar," katanya.

Baik Mariyam maupun Aliyah mengaku hanya menggunakan bumbu tradisional untuk membumbui satai bandeng. Walau begitu, satai bandeng buatan mereka ini mampu bertahan hingga empat hari. "Saya tidak pakai pengawet dan campuran terigu untuk membuat satai bandeng ini, sehingga tidak bau dan tidak mudah basi," cerita Mariyam.

Sebagai makanan banyak penggemar, usaha pembuatan satai bandeng kini semakin marak di Serang. Karena itulah persaingan antarpengusaha juga menjadi kian sengit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×