Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi
Walau berjualan di gedung yang tidak mewah-mewah amat, omzet pedagang di sentra alat kesehatan Glodok mencapai ratusan juta per bulan. Maklum, mereka tak bergantung pada penjualan eceran, tapi lebih banyak menjual secara grosir. Perusahaan dan rumah sakit banyak berburu alat kesehatan di sini.
Alat kesehatan identik dengan sesuatu yang higienis, bersih dari kuman. Namun, di sentra alat kesehatan di Glodok City, situasi higienis itu tidak tampak. Pusat penjualan ini bukan terletak di gedung mewah dengan kondisi yang bersih, namun berada di bangunan dengan cat kusam dan lantai kotor.
Toh, situasi ini tidak menyurutkan semangat para pedagang dan pembeli. Sebab, "Para pedagang di sini biasanya mendapatkan order besar melalui telepon," ungkap Tommy, pemilik Mitra lab. Dengan begitu, pedagang di sentra ini tidak bergantung pada jumlah pengunjung yang datang.
Tommy menjelaskan, hampir 70% omzet penjualan disumbang dari pembelian secara grosir. Pembeli partai besar berasal dari perusahaan-perusahaan yang menang tender pengadaan alat kesehatan dinas kesehatan di daerah.
Oleh sebab itu, waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh para pedagang di sentra ini adalah bulan Maret, April, Oktober, dan November. "Bulan-bulan itu merupakan waktunya pemenang tender membelanjakan uangnya. Omzet bisa naik hingga tiga kali lipat," ujar Tommy. Tak heran, ia rata-rata bisa mencapai omzet sampai
Rp 100 juta per bulan.
Menurut Tommy, semenjak otonomi daerah bergulir, perusahaan penyedia barang dan jasa di Jakarta susah memenangkan tender pengadaan alat kesehatan di daerah. Karena itu, para pedagang di sentra ini saat ini lebih sebagai penyokong pemenang tender.
Apalagi, Tommy menambahkan, dirinya juga enggan mengikuti tender pengadaan alat kesehatan sekalipun tender di Jakarta. Sebab, persaingan terlalu ketat sehingga keuntungan tipis. Selain perusahaan pemenang tender pengadaan barang pemerintah, pembeli di sentra ini juga perorangan yang mempunyai masalah kesehatan.
Darwin, pemilik Sinar Medica, mengatakan, pelanggannya juga banyak dari rumahsakit, mahasiswa kedokteran, dan pedagang grosir alat kesehatan dari luar Jakarta.
"Omzet per bulan bisa mencapai Rp 500 juta. Banyak yang datang dari Sumatera, Kalimantan, dan Bali," kata Darwin. Salah satu universitas yang juga menjadi pelanggan tetap Darwin adalah, universitas negeri ternama di Jakarta.
Darwin menjelaskan, omzetnya akan meningkat di akhir tahun dengan kisaran 30%. Karena, menjelang tutup tahun, rumahsakit daerah dan pemerintah daerah mulai membelanjakan anggarannya. Sehingga, sangat mungkin jika Anda mencari alat kesehatan di bulan Januari seperti sekarang, stok di sentra ini sudah habis.
Tomy Wijaya, pemilik Intra Medika, juga lebih banyak bermain di penjualan partai-partai besar. "Sebanyak 80% pembeli saya adalah pembeli grosir. Mereka datang dari wilayah Indonesia Barat dan Timur," katanya.
Intra Medika juga menyuplai peralatan untuk rumahsakit di luar Pulau Jawa. Walaupun begitu, Tomy tetap melayani pembelian eceran, walau dengan harga lebih mahal. "Harganya beda dengan yang membeli banyak," katanya. Dari penjualan itu, dalam sebulan, Tomy mampu meraup omzet di atas Rp 100 juta.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News