Reporter: Rizki Caturini | Editor: Tri Adi
Ketika hujan deras, pelataran kios di sentra batu alam Kembangan, Jakarta Barat, kerap tergenang air. Namun, kondisi itu tidak menyurutkan semangat para pedagang batu alam yang berjualan di sana. Mereka tetap membuka kiosnya setiap hari. Bahkan, ada sejumlah pedagang yang membuka kiosnya hingga malam hari.
Hujan deras mengiringi langkah KONTAN saa ketika menyambangi sentra batu alam di Kembangan, Jakarta Barat, awal pekan lalu. Siang itu, selama dua jam, hujan tak kunjung reda. Kondisi ini membuat pelataran kios-kios di sentra ini tergenang air.
Pemandangan seperti itu memang kerap terlihat ketika hujan lebat. Maklumlah, letak kios para pedagang batu alam yang berada persis di pinggir Jalan Lingkar Luar Barat (ring road), Kembangan, lebih rendah daripada posisi jalan raya. Karenanya, ketika hujan turun, batu-batu alam yang terjajar rapi di depan kios terendam air.
Toh, situasi tersebut tidak menyurutkan semangat para pedagang berjualan batu alam di sentra ini. Mereka menawarkan berbagai jenis batu alam. Antara lain, batu candi, batu koral, andesit, atau batu kali. Batu kali yang dijual di sini punya beberapa nama sebutan, tergantung asal batunya. Misalnya, batu purwakarta, batu jogjakarta, dan batu garut.
Cukup mudah mencapai sentra ini. Jika Anda datang dari arah Mall Puri Indah, sentra ini berada sekitar 100 meter (m) setelahnya. Sentra ini juga dilalui Jalan Tol Lingkar Luar (JORR) menuju Bandara Soekarno Hatta, yang berada di samping jalan ring road.
Jejeran kios batu alam yang lokasinya terdekat dari arah Kembangan ada sekitar enam unit. Di sekitar kios itu terdapat beberapa kios penjaja barang-barang lainnya. Kios pedagang batu alam ini berderet sampai ke lokasi perumahan mewah Puri Mansion, Kembangan.
Umumnya, kios pedagang batu alam di sentra ini menjual batu alam jenis andesit. Batu ini tersusun rapi di bagian depan kios. Lebih ke dalam lagi, susunan batu kali, batu candi, marmer dan berbagai batu koral disajikan di hampir semua kios di sentra ini. Biasanya, batu koral dijual dalam karung ukuran 20 kilogram (kg), karena lebih kecil dibandingkan dengan batu alam.
Konon, sentra batu alam di Kembangan telah berdiri sejak akhir dekade 1990. Arwani, pengelola kios PD Merah Delima Mekar, bilang, usaha ini dilakukan pedagang secara turun-temurun. "Saya sudah berjualan di tempat ini sejak 1997," katanya.
Dulu, lanjut dia, jumlah kios di sentra ini masih bisa dihitung dengan jari. Tapi, seiring berjalannya waktu, jumlah kios pedagang kian bertambah. Bahkan, tak hanya kios yang menjual batu alam saja, di kawasan ini pun terdapat sentra penjualan furnitur dari kayu bekas.
Menurut Arwani, sebelumnya sentra batu alam ini berada di daerah Kemanggisan, Jakarta Barat. "Tapi karena digusur, para pedagang pindah ke sini," katanya.
Biasanya, para pedagang membuka kiosnya sekitar pukul sembilan pagi dan tutup pukul lima sore. Ada juga beberapa kios yang masih buka hingga malam.
Contohnya, kios UD Regita Alam. Pemiliknya baru menutup kios pukul 10 malam. Tak ada hari libur bagi para pedagang. Sepanjang pekan, mereka terus membuka kiosnya.
Pagar bambu setinggi tiga meter menjadi pengaman ketika kios tutup pada malam hari. Namun, demi menjaga keamanan, para pedang wajib membayar iuran Rp 20.000 per bulan kepada pengurus RT setempat. "Di sini relatif aman. Selama ini tidak ada peristiwa pencurian," ujar Toto Tabroni, pengelola kios UD Regita Alam.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News