Reporter: Rizki Caturini | Editor: Tri Adi
Kebutuhan batu alam kian meningkat seiring tren pembangunan properti bergaya minimalis. Apalagi, penggunaan batu alam mampu membangun kesan lebih alami dan menyejukkan. Peningkatan permintaan tersebut cukup menguntungkan para penjaja batu alam di sentra batu alam Kembangan Jakarta Barat.
Tren properti bergaya minimalis mulai mewabah di negeri ini pada awal 2000-an. Menjangkitnya tren tersebut yang lantas mendongkrak permintaan batu alam.
Arwani, pengelola PD Merah Delima Mekar, mengatakan, saat tren properti gaya minimalis booming, ia harus terus menambah stok batu alam dari Cirebon, Yogyakarta, Purwakarta, dan Garut.
Setiap minggu, Arwani sampai dua kali mendatangkan batu alam dari keempat daerah tersebut sebanyak dua sampai tiga truk, dengan beragam jenis dan ukuran batu.
Toto Tabroni, pengelola UD Regita Alam mengungkapkan, untuk membeli batu andesit satu truk, ia harus mengeluarkan dana sekitar Rp 30 juta. Sedang untuk memborong batu candi per truk, dia setidaknya merogoh kocek sebanyak Rp 15 juta.
Toto bilang, tambahan batu alam itu juga untuk memenuhi stok di kiosnya di Cikokol, Tangerang. "Saat memulai usaha saya membutuhkan modal sekitar Rp 200 juta hanya untuk membeli stok batu alam," katanya. Dana sebesar ini belum termasuk biaya sewa kios.
Pedagang batu alam harus membayar biaya sewa sekitar Rp 6 juta per tahun. Biaya sewa itu masih masuk hitungan bisnis, karena pelanggan sentra batu alam Kembangan tidak pernah sepi.
Kebanyakan pembeli berasal dari Kapuk, Kelapa Gading, dan Pondok Indah. Tak jarang, para pedagang juga mendapat proyek borongan dari pengembang perumahan dengan nilai puluhan juta rupiah.
Kalau pesanan batu alam sedang ramai-ramainya, Arwani bisa meraup laba hingga Rp 6 juta per bulan dari jasa pemasangan baru alam. Namun, saat sepi, keuntungan yang masuk ke kantong cuma Rp 500.000.
Toto menambahkan, harga batu alam termasuk jasa pemasangan seluas 10 meter persegi (m²) sekitar Rp 15 juta. Waktu pengerjaan kurang lebih 15 hari.
Pedagang di sentra batu alam kembangan juga melayani pemasangan saja. Biayanya, sekitar Rp 50.000 per m² untuk setiap pekerja.
Nah, jika luas pemasangan batu alam di atas 50 m² biasanya memerlukan tiga sampai lima pekerja. Dari hasil penjualan batu alam, Arwan rata-rata meraih omzet sekitar Rp 70 juta per bulan dengan margin 15%. Namun, "Sekarang menurun jika dibandingkan sebelum 2005. Dulu omzet bisa lebih dari Rp 100 juta per bulan," keluh Arwani. Soalnya, ia menambahkan, pemain batu alam makin banyak.
Sedangkan, rata-rata omzet yang diraih Toto lebih kecil, yakni sekitar Rp 40 juta per bulan, tetapi dengan margin yang lebih besar sekitar 20%. "Batu alam banyak digemari, karena selain tahan terhadap panas dan hujan, juga membuat bangunan lebih alami," ungkap dia.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News