Sumber: Kontan 11/12/2012 | Editor: Havid Vebri
Sentra penjualan burung di Jalan Lemah Wungkuk, Cirebon menjadi salah satu rujukan tempat mencari burung di Kota Cirebon. Tempat ini terkenal karena koleksi burungnya yang cukup lengkap.
Harga burung yang dijual di tempat ini bervariasi, tergantung jenisnya. Semakin banyak peminatnya, semakin mahal harga burung tersebut. Masuk kategori burung yang banyak peminatnya, seperti kenari, murai, dan lainnya.
Selain karena jenisnya memang banyak dicari, konsumen juga mencari burung berdasarkan kondisi fisik. Biasanya, burung yang tampak sehat, aktif, agresif, dan senang berkicau paling sering diminati.
"Ditambah lagi jika kicauannya bagus, harga bisa lebih tinggi," kata Iwan, salah seorang pedagang burung di sentra burung Lemah Wungkuk, Cirebon.
Kepada para konsumen, para pedagang di sana selalu berusaha meyakinkan bahwa burung yang dijual sehat. Tak jarang, dalam meyakinkan konsumen, mereka menepuk-nepuk sangkar dan bersiul untuk memancing burung bersuara.
"Orang membeli burung biasanya kalau tidak untuk dipelihara, ya untuk diikutkan kontes burung," ujar Iwan. Makanya, para konsumen itu hanya mencari burung peliharaan yang aktif.
Dengan kondisi burung yang bagus, konsumen tak ragu membayar burung dengan harga mahal. Toh setelah diikutkan kontes dan menang, mereka bisa menjualnya lagi dengan harga lebih tinggi.
Contohnya harga burung murai yang dibeli dari pedagang seharga Rp 1,5 juta. Setelah dipelihara dan menang kontes, harganya bisa berlipat. "Bisa dijual menjadi seharga Rp 5 juta, Rp 7 juta, bahkan sampai Rp 20 juta per ekor," tutur Iwan.
Melihat peluang yang menggiurkan itu, banyak juga pedagang yang mengikutkan burung dagangannya dalam kontes. "Kalau menang bisa meraih keuntungan lebih besar," ujar Iwan.
Iwan mengaku kerap mengikuti kontes burung berkicau. Biasanya, burung yang diikutkan dalam kontes sudah pilihan. Umumnya, burung tersebut masuk kategori burung bandel.
Meski begitu, Iwan tidak sembarang mengikuti kontes burung berkicau. Pasalnya, mengikuti kontes juga membutuhkan biaya pendaftaran yang tidak murah.
Jika tidak menang, tentu secara ekonomi juga akan rugi. Apalagi, untuk kontes burung-burung mahal, biaya pendaftarannya juga mahal.
Iwan sendiri pernah memenangkan sejumlah kontes. Ia pernah membeli burung seharga Rp 700.000 dan ikut kontes dengan mendaftar seharga Rp 150.000. Saat menang, ada orang yang menawar burungnya yang menang kontes seharga Rp 3,5 juta.
Hal serupa juga dilakukan pedagang lainnya, Abeng. Ia pun senang mengikuti kontes burung. "Selain biar dapat uang kalau menang, juga biar dapat banyak kenalan untuk menjadi pelanggan," ujar Abeng.
Baginya, tak masalah menang atau kalah dalam kontes burung. Sebab, dari situ, ia mendapat banyak relasi dari sesama pecinta burung berkicau.
Abeng sendiri pernah memenangkan beberapa kontes burung berkicau. "Burung murai saya pernah dibeli seharga Rp 12 juta saat menang kontes," ujar Abeng. Harga tersebut sudah termasuk pemberian segala sertifikat dan piala dari lomba-lomba yang dimenangkan oleh burung itu.
Dalam kontes, biasanya tidak terjadi tawar menawar jika burung menjadi incaran. Pembeli yang suka akan membuka harga dan pedagang bebas untuk menerima tawaran tersebut atau tidak.
"Terkadang tidak langsung saya jual, karena kalau bisa dilombakan lagi dan menang harganya tentu akan naik lagi dari tawaran pertama," ujar Abeng.
Menurut Abeng dan Iwan, harga burung memang tidak memiliki standar yang baku. Semua sangat tergantung pada selera pembeli dan kondisi burung yang akan dibeli. Oleh karena itu, persaingan antar pedagang pun tidak bisa dinilai dari sisi harga.
Iwan menyiasati persaingan dengan memberikan informasi yang jelas dan jujur. Misalnya, jenis pakan apa yang cocok dengan burung tersebut dan bagaimana memeliharanya.
Sementara Abeng punya cara lain untuk menarik pelanggan dengan menyediakan perlengkapan memelihara burung. Untuk itu, ia bekerja sama dengan pemilik kios perlengkapan burung.
Abeng menjajakan burungnya di pelataran toko Vero milik Hendra yang menjajakan aneka keperluan pemeliharaan burung,
seperti sangkar, tempat makanan dan minuman hingga ranting tempat burung bertengger. "Jadi, orang yang datang kemari bisa mencari kebutuhan burung sekaligus," ujar Hendra.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News