Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Mengikuti tren yang berkembang menjadi salah satu syarat agar tidak ditinggalkan pelanggan. Strategi ini juga diterapkan para pedagang di sentra ikan hias Kelapa Gading, Jakarta. Begitu pula ketika harga ikan hias tengah naik 4-5 kali lipat dari harga normal. Koordinasi antarpedagang dan penyuplai juga perlu dilakukan.
Acap kolektor ikan hias merasa jenuh dan bosan dengan jenis ikan yang dimilikinya. Karena itu, tak jarang mereka mencari jenis ikan baru yang lebih menarik. Perubahan selera pasar dan keinginan konsumen ini juga diamati oleh pedagang di sentra ikan hias Kelapa Gading, Jakarta Utara, dalam beberapa tahun terakhir.
Sejak tempat ini berdiri, setidaknya ada beberapa kali pergantian tren jenis ikan. Henny, pemilik Octa Aquarium, salah satu toko di sentra ini, mengatakan, setidaknya ada tiga jenis ikan yang pernah populer dan sangat laku dijual. Dimulai dari ikan cupang pada awal tahun 2000, lalu berganti ke era ikan louhan pada 2004, dan sejak 2007 hingga kini tren itu mengarah ke ikan koi.
Jadi, bukanlah sesuatu hal tabu jika latah mengikuti perubahan. "Hal ini penting karena setiap pedagang pasti ingin mendapatkan atau mempertahankan para pelanggannya," kata Henny. Apalagi, saat sedang melambung dan banyak diburu, harga ikan hias bisa naik empat-lima kali lipat.
Yoyo Suhendra, pemilik Bening Aquarium, juga menuturkan, perkembangan dan perubahan tren ikan hias perlu diamati secara jeli. Untuk itu, dia selalu berkoordinasi dengan pedagang lain serta berkonsultasi dengan para penyuplai ikan hias. Tujuannya sekadar memperoleh gambaran tentang perkembangan tren, dan calon ikan yang bakal naik daun di kemudian hari.
Menurut Henny, dulu sentra ikan hias Kelapa Gading ini selalu ramai pengunjung. Apalagi di tempat ini sering diadakan festival dan perlombaan ikan hias. Bahkan pada awal berdirinya, ada perlombaan ikan cupang yang rutin digelar tiap tahun sampai 2004. Kontes ikan cupang berhenti ketika ikan lohan merajai pasar ikan hias.
Namun, berhentinya kontes ikan cupang itu turut meredupkan atmosfer sentra ikan hias. Imbasnya adalah penurunan jumlah pengunjung. Ketika era ikan lohan digantikan ikan koi, kondisi sentra ikan itu tidak juga bergairah.
Menurut Henny, pedagang ikan hias terbantu oleh ikan arwana yang diklaim sebagai ikan abadi. "Tapi penggemar arwana tak sebanyak ikan hias lain," ucapnya. Mahalnya harga ikan arwana membuat jenis ikan ini hanya dicari oleh kalangan tertentu saja.
Hartono Widjaja, salah seorang pelanggan ikan hias asal Sunter, Jakarta Utara, mengaku selalu mencari semua kebutuhan ikan hias di sentra ini. Menurutnya, meski tak sebesar sentra ikan hias di lokasi lain, sentra ikan hias di Kelapa Gading sudah cukup lengkap.
Tiap bulan dia menyempatkan ke sentra ini guna membeli kebutuhan perawatan ikan. "Sekalian melihat tren terbaru," ujarnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News