Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Demi mempertahankan usahanya, para pedagang di sentra ikan hias Kelapa Gading, Jakarta Utara, memfokuskan bisnisnya pada salah satu komoditas dagangan yang diburu konsumen. Selain menambah pendapatan kiosnya, cara ini ditempuh demi menghindari ketatnya persaingan bisnis antar-pedagang di sentra ikan hias ini.
Jika belum pernah menyambangi sentra ikan hias di Jalan Pelepah Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, niscaya Anda akan bingung menentukan kios yang hendak dituju. Maklum, hampir sebagian besar kios di sentra ini bentuknya seragam. Tapi, jika Anda jeli, masing-masing kios justru hanya mengandalkan satu komoditas dagangan saja.
Contohnya adalah Henny, pemilik Octa Aquarium. Sejak awal membuka usaha di sentra ini, dia berusaha membedakan barang dagangannya dengan kios lain. Dia tak hanya menjual ikan hias dan makanan ikan, tapi juga menerima pesanan pembuatan akuarium, kolam ikan, dan jasa perawatannya. Strategi usaha itu dilakukan Henny demi menyiasati mulai lesunya penjualan ikan hias dalam beberapa tahun terakhir.
Dia berkisah, pada awal perkembangan sentra ikan hias Kelapa Gading, kiosnya bisa meraup omzet Rp 3 juta- Rp 4 juta per hari. Namun, pascatahun 2004 dan seiring kian menjamurnya kios di kawasan ini, lambat laun omzet kiosnya mengempis. "Bahkan untuk mencapai Rp 1 juta sulit sekali," imbuh wanita berusia 34 tahun ini.
Henny tidak menampik bahwa pendapatannya tertolong jasa pembuatan akuarium, kolam, dan pengurasan kolam ikan. Toh, hal itu tak berdampak positif terhadap pendapatannya. Maklum, order pembuatan akuarium dan kolam yang diperolehnya mencapai 5-8 pesanan sebulan.
Kesulitan yang dirasakan Henny semakin lengkap, ketika harga komponen penjualan ikan hias merangkak naik. "Saya hanya bisa bersyukur, kios saya memiliki pelanggan setia," katanya. Walhasil, usaha tersebut masih bisa bertahan sampai sekarang ini.
Pengalaman tidak jauh berbeda juga dialami Yoyo Suhendra, pemilik Bening Aquarium. Memang, agar bisa bertahan, dia memfokuskan usaha menjual tanaman hias dalam air atau aquascape untuk hiasan akuarium atau kolam ikan.
Dengan tarif Rp 1,5 juta per meter persegi, kios Yoyo mampu mendulang omzet Rp 10 juta-Rp 15 juta per bulan. "Agar bisa bertahan perlu spesialisasi dan fokus pada satu komoditas andalan yang bisa menjangkau pasar lebih luas lagi," ungkapnya.
Menurut Yoyo, ketiadaan spesialisasi produk dagang yang dijual menjadi salah satu faktor penyebab penghuni kios ikan hias di sentra ini kerap silih berganti secara cepat. Sepengetahuannya, setiap 4-6 bulan pasti ada pedagang baru yang berjualan di sentra ini.
Yoyo juga mengungkapkan usahanya menghadapi beberapa kendala. Salah satu kendalanya saat ini adalah kesulitan mendapatkan pasokan tanaman hias yang segar dan fleksibel serta mudah dibentuk untuk hiasan kolam ikan. "Selain butuh dukungan bahan baku, pembuatan tanaman hias dalam air ini perlu keterampilan khusus dan kesabaran ekstra," imbuhnya.
Di sisi lain, dia bilang, sebagian besar pelanggan kiosnya berasal dari luar Kelapa Gading. Mereka sengaja datang untuk mencari aquascape atau sekadar mencari ikan hias seperti Koi dan Arwana.
Tapi, tak jarang beberapa pelanggannya datang hanya untuk membeli pakan bagi ikan hias mereka. "Tapi, kalau pakan bisa ditemukan di semua kios," paparnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News