Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi
Meski sudah berusia sekitar 20 tahun, sentra penjualan ikan di Cengkareng terus kedatangan pedagang baru. Kebanyakan di antaranya adalah pegawai yang sebelumnya bekerja di sentra ini. Melihat peluang usaha yang cukup besar, mereka memberanikan diri terjun langsung mencari peruntungannya.
Seiring dengan penambahan jumlah gerai, sentra ikan di Cengkareng, Jakarta Barat, terus berkembang. Penambahan jumlah gerai membuat sentra yang dulunya sepi menjadi lebih semarak.
Sefriyani, pemilik kios ikan SiKembar, termasuk pedagang baru di sana. Meski baru dua tahun berdagang, ia telah mempunyai empat gerai. "Sebelumnya, saya sudah bekerja sama orang lain di sini," kata perempuan berusia 27, yang kerap dipanggil Yani ini.
Ia bekerja di sentra ikan ini sekitar tahun 2002. Baru pada dua tahun lalu dia berani membuka gerai SiKembar. "Waktu itu modalnya tipis, hanya dari tabungan," katanya. Total modal yang dikeluarkan untuk membeli semua ikan dan perlengkapannya mencapai Rp 11 juta.
Yani mengaku hanya menjual koi karena jenis ikan ini lebih cepat menghasilkan untung dibanding jenis ikan lain. Setelah beberapa bulan berjalan, saudara kembarnya, Sefriyana, menyusul membuka satu gerai SiKembar dengan menjual berbagai jenis ikan.
Bahkan, dua gerai SiKembar lainnya dikelola oleh anggota keluarganya. "Kalau sendiri takut malah tidak ke pegang," kata Yani.
Pemain baru lain tapi berwajah lama di sentra ini adalah Pisella. Sebelumnya dia bekerja di salah satu kios ikan selama hampir tiga tahun. "Saya berhenti karena ada masalah dengan pemilik toko waktu itu," katanya.
Setelah berhenti, dua tahun terakhir ini dia mengelola kios ikan bersama orang lain dengan sistem bagi hasil. Berbeda dengan Yoga, yang baru setahun masuk ke sentra ikan ini. "Sebelumnya saya hanya hobi," katanya.
Karenanya, dia tak selalu untung dalam berdagang. "Sempat ada ikan mati sampai seember," imbuhnya. Menurutnya, kejadian seperti itu pasti dialami oleh semua penjual ikan di Indonesia.
Namun, secara umum, dia mengaku penjualan ikan di sentra ikan Cengkareng ini menguntungkan. Biaya terbesar yang harus ditanggung pedagang adalah listrik.
Maklum, mesin sirkulasi air tidak pernah mati meski kios tutup. "Sebulan biaya listrik sekitar Rp 300.000 hingga Rp 500.000," ujar Yoga.
Pemilik kios juga diwajibkan membayar biaya retribusi dan sewa lahan ke pemerintah DKI Jakarta. Termasuk biaya kebersihan dan keamanan sebesar Rp 15.000 sebulan.
Saat ini, pedagang sentra ikan Cengkareng sudah memiliki koperasi bernama Asosiasi Pengusaha Ikan Cengkareng (APIC). Koperasi ini bertindak sebagai koperasi simpan pinjam. Selain itu, koperasi juga bertindak sebagai wadah komunikasi antar para pedagang ikan, termasuk juga dengan Dinas Perikanan DKI Jakarta.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News