Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Tri Adi
Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, adalah salah satu sentra penghasil jamur merang di Indonesia. Berkat kehadiran 16 kelompok petani, Cilamaya adalah salah satu pemasok kebutuhan jamur merang dalam negeri yang mencapai sekitar 30 ton per hari.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB, sebagian masyarakat Desa Krasak, Cilamaya, Karawang, mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Beberapa orang bersepeda motor tampak membawa keranjang berisikan jamur merang.
Mereka berbondong menuju rumah Sardi, Ketua Gabungan Kelompok Tani Bintang Jamur Mandiri. Di rumah Sardi itulah jamur-jamur tadi ditimbang dan dimasukkan ke dalam karung untuk dijual ke Jakarta, Bandung, dan Bogor.
Begitulah salah satu rutinitas petani jamur merang di Desa Krasak, Kecamatan Cilamaya, di pagi hari. Cilamaya sendiri adalah salah satu sentra penghasil jamur merang di Indonesia. Saat ini, di Cimalaya ada 16 kelompok petani jamur. Tiap kelompok memiliki tiga sampai lima anggota, sehingga total jumlah petani jamur sebanyak 47 orang dengan jumlah kubung atau rumah pembiakan bibit jamur sebanyak 1.000 unit. "Satu petani bisa memiliki tiga sampai lima unit kubung," kata Sardi.
Data Kementerian Pertanian menunjukkan, total kubung yang ada di Kabupaten Karawang mencapai 2.450 unit. Namun, dari jumlah itu, yang telah teregistrasi hanya sekitar 1.000 unit. Tiap unit mempunyai luas 4 meter x 7 meter.
Dari jumlah kubung itu, total produksi jamur merang di Karawang mencapai 3.537 ton per tahun. Untuk memproduksi jamur merang sebanyak itu membutuhkan jerami atau merang sebanyak 943.110 ton per tahun.
Dengan produksi sebanyak itu, Kabupaten Karawang memang menjadi salah satu pemasok utama jamur merang di Tanah Air. Kementerian Pertanian memperkirakan, total kebutuhan jamur merang mencapai 30 ton per hari atau 0,05 kg per kapita per tahun.
Menurut Sardi, budi daya jamur merang jelas mampu menyejahterakan petani jamur di Cimalaya. Selain itu, banyaknya kubung tentu juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Selain itu, para buruh tani juga punya penghasilan tambahan sebagai buruh angkut jerami.
Sardi sendiri telah 18 tahun membudidayakan jamur merang. Dia memiliki dua kubung dan tiap kubung mampu memproduksi sekitar tiga kuintal jamur merang per bulan.
Harga jual jamur merang sebenarnya lumayan juga. Lihat saja, Sardi bisa menjual jamur di pengepul dengan harga antara Rp 15.000 hingga Rp 18.000 per kg untuk kualitas terbaik.
Dengan harga segitu dan dengan hasil sebanyak 600 kg, setidaknya saban panen Sardi bisa mendapatkan uang minimal sebanyak Rp 9 juta, kalau dia hanya menjual jamur kualitas terendah seharga Rp 15.000 per kg.
Hasil sebanyak itu kalau dikurangi biaya produksi yang meliputi pembelian jerami sebesar Rp 700.000 saban 40 hari sekali, pembelian bibit sebesar Rp 1,5 juta, dan biaya perawatan kubung sebesar Rp 200.000, Sardi masih mendapatkan untung bersih Rp 6,6 juta per bulan.
Nah, tentu hasil itu bisa lebih besar kalau punya kubung lebih banyak. Seperti rekan Sardi yang bernama Ichsan. Petani ini mempunyai tiga kubung yang mampu menghasilkan sembilan kuintal jamur merang per bulan.
Hasil sebanyak itu, tentu membuat Ichsan bisa tersenyum karena setidaknya dia bisa mengantongi hasil penjualan sebesar Rp 16,2 juta per bulan.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News