Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Tri Adi
Sardi, Ketua Gabungan Kelompok Tani Bintang Jamur Mandiri, bilang, hampir 80% petani jamur di Cilamaya menggantungkan nasib kepada para bandar tersebut. Namun, ada juga petani di Cilamaya yang mandiri dalam hal modal, terutama anggota kelompok tani Bintang Jamur Mandiri. Bedanya, petani yang tidak bergantung kepada bandar bisa menentukan harga jual jamur sendiri. "Kalau harga naik, petani dapat untung,” urai Sardi.
Berbeda dengan petani yang meminjam uang dari pemodal atau tengkulak. Harga jual jamur sudah ditentukan oleh bandar. "Biasanya harga jual lebih rendah Rp 5.000 per kilogram (kg) dari harga pasar," kata Asnawi, salah satu petani jamur yang meminjam uang dari bandar.
Misalnya saja saat ini harga jamur sedang naik karena memasuki bulan suci Ramadan. Untuk satu kilogram jamur merang dijual Rp 21.000 per kg. "Petani yang meminjam uang bandar hanya menjual Rp 16.000 per kg, ada selisih Rp 5.000 yang diambil para bandar," kata Sardi.
Selisih harga jual petani dan harga pasaran itulah yang menjadi keuntungan para bandar. Para bandar biasanya mencari petani yang kesulitan modal dalam menanam jamur.
Tidak hanya itu, para bandar juga mencari petani yang tidak punya kubung. Seperti Disam, yang harus membayar sewa kubung milik bandar Rp 500.000 per bulan. “Harga jamur sudah rendah, saya juga terbebani untuk bayar sewa kubung,” keluh Disam.
Ikhsan, salah satu petani mandiri, mengaku pernah menggunakan jasa bandar ketika dia membutuhkan uang tunai secara cepat sebesar Rp 500.000. Bandar memang menyediakan kebutuhan Ikhsan itu dengan cepat. Namun, saat panen Ikhsan wajib menjual hasil panen itu kepada bandar. "Harga jamur kepada bandar itu sangat rendah," kata Ikhsan.
Merasa merugi dengan permainan para bandar itu, Ikhsan pun memutuskan untuk segera melunasi utangnya. Setelah bebas dari jeratan utang bandar, barulah Ikhsan menikmati harga jual jamur sesuai harga pasar.
Menurut Asnawi, petani meminjam uang kepada tengkulak karena tidak memiliki pilihan lain. Sebab, para petani rata-rata berpendidikan rendah dan mereka sulit mengakses pinjaman ke perbankan. "Padahal petani butuh modal untuk membuat kubung," timpal Sardi.
Ikhsan berharap, ada solusi pembiayaan atau permodalan untuk para petani, baik dari perbankan atau dari pemerintah. Ia bilang, kehadiran pertanian jamur ikut membantu tugas pemerintah dalam mengurangi pengangguran di Kabupaten Karawang. Menurut Ikhsan, kubung-kubung yang ada Cilamaya menyerap banyak tenaga kerja.
Memang sudah seharusnya pemerintah peduli.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News