kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.335   0,00   0,00%
  • IDX 6.788   -6,83   -0,10%
  • KOMPAS100 1.009   -1,54   -0,15%
  • LQ45 781   -2,24   -0,29%
  • ISSI 211   0,76   0,36%
  • IDX30 405   -1,54   -0,38%
  • IDXHIDIV20 488   -3,62   -0,74%
  • IDX80 114   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 120   -0,76   -0,63%
  • IDXQ30 133   -0,78   -0,59%

Sentra kecap Majalengka: Mengecap hasil kecap sejak zaman Belanda (1)


Senin, 12 Desember 2011 / 14:42 WIB
Sentra kecap Majalengka: Mengecap hasil kecap sejak zaman Belanda (1)
ILUSTRASI. Warga berada di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Selasa (3/11/2020). Cuaca hari ini di Jawa dan Bali cerah berawan hingga hujan lebat, menurut prakiraan BMKG.


Reporter: Hafid Fuad | Editor: Tri Adi

Bagi Anda penggemar kecap, tidak ada salahnya berkunjung ke Majalengka. Di sana terdapat puluhan industri skala kecil dan menengah yang memproduksi kecap dengan cara tradisional. Selain gurih, kecap dari Majalengka tidak menggunakan bahan pengawet.

Kabupaten Majalengka di Jawa Barat tak hanya menghasilkan kerajinan, perkebunan atau perikanan saja. Majalengka juga memiliki potensi industri, yaitu industri kecap.

Di kota yang terletak di perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah ini terdapat puluhan produsen kecap skala kecil dan menengah. Para pengusaha kecap ini tersebar di dua kecamatan, yakni di pusat kota, tepatnya di Kecamatan Majalengka dan di Kecamatan Kadipaten yang tak jauh dari pusat kota.

Kalau kita telusuri ke belakang, industri kecap di Majalengka punya sejarah panjang. Industri penyedap makanan berwarna hitam itu sudah muncul pada 1940-an, saat negeri ini masih dijajah Belanda.

Nah, jejak sejarah itu masih tersisa di pabrik kecap Maja Menjangan. "Kecap kami adalah generasi pertama di Majalengka," kata Rini, pengelola Kecap Meja Menjangan.

Selain Kecap Meja Menjangan, ada 36 industri kecap lainnya di Majalengka. Tapi dari seluruh industri itu hanya 10 industri saja yang tersohor hingga ke luar daerah. "Mayoritas industri kecap di sini dikelola secara rumahan," terang Rini.

Rata-rata setiap industri kecap itu mempekerjakan tiga sampai 15 karyawan. Dari tangan mereka inilah mengalir kecap Majalengka yang terkenal gurih dan tahan lama meski tanpa bahan pengawet.

Kecap yang diproduksi di Majalengka rata-rata dijual dalam tiga bentuk kemasan. Yang pertama, kemasan botol plastik berisi 140 mililiter (ml), kedua, kemasan botol kaca berisi 275 ml, dan ketiga kemasan botol kaca ukuran 575 ml.

Soal harga jual kecap, tiap produsen mematok harga berbeda. Namun rata-rata kemasan 140 ml dijual seharga Rp 3.000 - Rp 3.500 per botol. Untuk kemasan 275 ml dijual Rp 5.000-Rp 6.000 per botol. Sedangkan kemasan 575 ml dijual Rp 10.000- Rp 12.000 per botol.

Sebagian produsen kecap ada yang berinisiatif menjual kecap dalam kemasan plastik kecil yang dijual Rp 500 per kemasan. Namun, "Kemasan yang terlaris adalah kemasan botol 275 ml untuk pedagang kelontong dan rumah tangga," kata Rini yang memiliki omzet lebih dari Rp 100 juta per bulan.

Selain menjual di daerah Majalengka, Rini melayani permintaan kecap dari Cirebon, Kuningan, dan Bandung. Tapi permintaan luar daerah itu masih dalam jumlah terbatas.

Untuk memproduksi kecap, produsen Majalengka membutuhkan waktu produksi setidaknya satu bulan. Selama 14 hari waktu untuk merendam kedelai, sisa waktu lainnya untuk meracik kedelai dengan bahan baku lainnya seperti gula aren dan garam.

Proses merendam kedelai butuh waktu lama agar air meresap sempurna ke dalam kedelai. "Banyak produsen yang tidak sabar sehingga kecapnya kurang gurih," kata Muhammad Kandi, pemilik merek Kecap Ayam Panggang.

Sama dengan Rini, Kandi juga memproduksi kecap dengan kemasan botol plastik dan botol kaca. Namun sejak memulai usaha sejak 1982, Kandi hanya menjual produk kecapnya di Majalengka saja.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×