kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra kerupuk Indramayu: Pengusaha kerupuknya bisa beromzet ratusan juta (2)


Senin, 07 Februari 2011 / 10:55 WIB
Sentra kerupuk Indramayu: Pengusaha kerupuknya bisa beromzet ratusan juta (2)
ILUSTRASI. Ilustrasi Obligasi


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Mulanya, Desa Kenanga populer sebagai penghasil kerupuk ikan. Seiring perkembangan zaman, produsen juga membuat kerupuk berbahan baku utama udang, bawang putih, dan jengkol. Dari memproduksi camilan ringan ini, pembuat kerupuk di sentra itu bisa mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah sebulan.

Sejak tahun 1990, sentra pembuatan kerupuk Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Indramayu tidak hanya memproduksi kerupuk ikan. Para produsen kerupuk di desa ini juga membuat aneka kerupuk dengan bahan baku lain, yakni udang, jengkol, dan bawang putih.

Ada pengusaha yang hanya membuat satu atau dua jenis kerupuk. Namun, ada pula yang membikin empat jenis kerupuk sekaligus.

Sidik, contohnya. Hanya, "Saya paling banyak memproduksi kerupuk bawang putih. Dalam sehari, saya produksi 2,5 kuintal," kata pria berusia 35 tahun yang sejak 1998 membuat kerupuk dengan merek Trisna Jambal.

Sidik mendapat pasokan bawang putih dari Pasar Jatibarang, sekitar satu jam dari Indramayu. Harganya Rp 15.000 per kilogram. Kerupuk bawang putih buatan Sidik terdiri dari dua bentuk: sisir dan stik, masing-masing harganya Rp 7.000 dan Rp 8.000 per kilogram.

Ia menjualnya ke Jatibarang, Patrol, dan Cirebon. Saban bulan, Sidik yang mempekerjakan 15 karyawan memperoleh omzet hingga Rp 100 juta.

Pendapatan pengusaha kerupuk di sentra Kenanga memang tidak main-main. Saein, pemilik kerupuk Cap Dua Gajah, bisa mengeruk omzet hingga Rp 500 juta lebih per bulan.

Per hari, Saeni yang hanya membuat kerupuk ikan bisa memproduksi tiga ton camilan ringan ini. Kerupuk ikan berukuran besar, misalnya, ia lego dengan harga Rp 19.000 per kg atau Rp 93.500 per bal. Sedangkan kerupuk ikan dengan ukuran lebih kecil, dia jual dengan harga Rp 20.000 per kilo atau Rp 98.500 per bal.

Saeni yang merupakan pelopor pembuat kerupuk di Desa Kenanga menjual aneka kerupuk ikannya ke seantero wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Menurut Saeni yang memiliki pabrik seluas 5.000 meter persegi di sentra ini, proses pembuatan kerupuk tidak terlalu sulit. Langkah pertama adalah menyiapkan bahan baku, yakni ikan manyung, tepung tapioka, garam, gula, dan penyedap rasa. "Awalnya, ikan manyung difilet, tulang dan daging dipisahkan," kata lelaki 59 tahun ini.

Daging ikan manyung lantas digiling dan dicampur dengan garam, gula, dan penyedap rasa hingga merata. Kemudian, adonan dimasukkan ke dalam cetakan. "Baru ditaruh di langseng dan dikukus satu hingga satu setengah jam," ujar Saeni.

Adonan setengah jadi itu kemudian didinginkan semalaman. Setelah itu, dipotong-potong dengan mesin pemotong kerupuk. Dulu, di awal usahanya, Saeni memotong adonan kerupuk secara manual. "Itu saya lakukan sampai tahun 1986," kenangnya.

Pada 1987, Saein menggunakan kacip untuk memotong adonan kerupuk. Kacip berfungsi seperti pisau pemotong, biasanya untuk mengiris buah pinang, yang terdiri dari dua bilah mata pisau berbahan logam.

Setelah dipotong, langkah terakhir adalah menjemur kerupuk di bawah terik matahari sampai benar-benar kering. "Kalau hujan, saya keringkan pakai oven. Tapi, hasilnya lebih bagus pakai sinar matahari," papar Saein yang membuka usaha sejak 1980.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×