kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra kerupuk Indramayu: Semua berawal dari Desa Kenanga (1)


Jumat, 04 Februari 2011 / 14:20 WIB
Sentra kerupuk Indramayu: Semua berawal dari Desa Kenanga (1)
ILUSTRASI. Bendera Jepang


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Indramayu yang terletak di pesisir utara Jawa Barat tak hanya terkenal sebagai daerah penghasil ikan laut, tapi juga sebagai produsen kerupuk ikan. Sentra industri makanan ringan ini terletak di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang. Ada sekitar 30 pabrik kerupuk di sentra tersebut. Pemasarannya hingga ke luar Pulau Jawa.

Kerupuk, camilan yang biasanya menjadi teman nasi, juga lahir dari tangan-tangan terampil warga Desa Kenanga, Indramayu. Lokasinya, tak jauh dari Terminal Sindang. Sekitar lima menit berkendara ke arah Selatan akan tampak plang di kanan jalan bertuliskan Sentra Industri Andalan Kerupuk Desa Kenanga.

Dari plang ini, jarak pusat pembuatan kerupuk itu tinggal 200 meter saja. Kalau Anda menumpang kendaraan umum, pilihannya hanya tiga: ojek motor, becak, atau jalan kaki. Maklum, tidak ada angkot masuk ke Desa Kenanga.

Tanda Anda sudah berada di kampung pembuatan kerupuk sangat mencolok. Di kanan-kiri jalan banyak jemuran kerupuk mentah warna-warni. Kerupuk-kerupuk itu tidak hanya memenuhi halaman pabrik, tapi juga pekarangan sekolah. SD Kenanga I, misalnya. Setelah bubaran jam sekolah, halaman sekolah ini menjadi lahan pengusaha menjemur kerupuk-kerupuknya.

Saeni, pemilik usaha kerupuk Cap Dua Gajah, merupakan orang pertama yang membuka usaha pembuatan makanan ringan itu di Desa Kenanga. "Tahun 1980, saya membuka usaha pembuatan kerupuk ikan secara kecil-kecilan," katanya kepada KONTAN.

Sebelum terjun ke usaha pembuatan kerupuk, Saein bekerja sebagai kontraktor. Ia kemudian diajak kakak iparnya yang jago membuat kerupuk untuk berkecimpung dibisnis itu.

Awal mendirikan usaha pembuatan kerupuk, Saein hanya punya tiga pekerja. Ia memakai ikan manyung sebagai bahan baku utama kerupuknya.

Seiring waktu berjalan, tujuh usaha serupa tumbuh di Desa Kenanga. Menurut Saein, para pengusaha kerupuk baru itu dulu bekerja di pabriknya.

Tidak hanya jumlah pengusaha yang bertambah, varian kerupuk juga kian beragam. Bahkan, mereka mencoba membuat kerupuk udang. Namun, usaha kerupuk udang itu hanya bertahan sebentar. Pada 1988 usaha ini mati karena sulit mendapat bahan baku udang api. "Sudah banyak yang buat tambak udang windu, tapi harganya mahal dibandingkan udang api," tutur Saein, 59 tahun.

Usaha pembuatan kerupuk di Desa Kenanga kian marak sejak 1990. Sampai sekarang, Saein menghitung ada sekitar 30 pabrik kerupuk, mulai dari kerupuk ikan, jengkol, sampai bawang putih.

Tapi, Saein tetap memproduksi kerupuk ikan. Ia membeli ikan manyung dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Indramayu. Jika pasokan dari Indramayu sedikit, ia mendatangkan ikan manyung dari Jawa Tengah dan Kalimantan.

Dalam sehari, Saein mengolah 2 ton ikan manyung. Di tangan 100 pekerjanya, ikan-ikan manyung itu menjadi tiga ton kerupuk ikan, yang mereka jual ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Sementara itu, Tomo, pemilik kerupuk Cap Kijang, satu-satunya produsen kerupuk jengkol dan bawang putih di sentra ini, melogo produknya sampai ke Palembang. Tiap bulan, ia memasok kerupuk jengkol dan bawang putih ke Sumatra hingga 36 ton.

"Untuk semua daerah, penjualan saya bisa mencapai 75 ton per bulan," ujar Tomo yang sudah membuka usaha pembuatan kerupuk selama 25 tahun.


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×