Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi
Sentra penjualan lampu hias di Jalan Banceuy, Bandung terus kedatangan pemain baru. Alhasil, pasar lampu hias kini semakin terbagi-bagi ke banyak pedagang. Supaya penjualan tidak anjlok terlalu dalam, pedagang menyiasatinya dengan berbagai cara. Selain memangkas margin, ada yang menggenjot penjualan lewat internet.
Toko lampu hias di Jalan Banceuy, Bandung kian menjamur dalam beberapa tahun terakhir. Bila sebelumnya hanya ada sekitar 10 toko, kini di sepanjang jalan ini berderet lebih dari 20 toko lampu hias.
Sebagian besar pendatang baru tersebut masih memiliki hubungan keluarga dengan pemilik toko terdahulu. Misalnya, anak mereka yang memilih membuka usaha sendiri ketimbang meneruskan usaha orang tuanya.
Selain di Jalan Banceuy, toko penjual lampu hias juga banyak bermunculan di beberapa sudut kota Bandung lain. Bagi pedagang lama di Jalan Banceuy, masuknya pedagang baru itu menggerus pasar mereka.
Soalnya, pertumbuhan pedagang tidak sebanding dengan pertumbuhan pelanggan. "Sekarang jumlah pelanggan kami terus berkurang," kata Totong Kusnadi yang sudah berjualan di Jalan Banceuy sejak tahun 1973.
Totong mengaku, penurunan pelanggan mulai terasa sejak tahun 2000-an. Di tahun 1970-an hingga 1990-an, pelanggannya masih cukup banyak. Mereka berasal dari daerah Bandung, Sukabumi, Karawang, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cirebon, dan Cianjur.
Namun memasuki tahun 2000-an, jumlah pelanggannya terus menyusut. Supaya penjualan tidak anjlok terlalu dalam, ia pun menyiasatinya dengan menurunkan harga jual. Untuk itu, ia terpaksa memangkas margin.
Dengan begitu, diharapkan tetap banyak pembeli yang mau berbelanja di tokonya. "Kalau dulu saya bisa mendapatkan margin 30% dari omzet, saat ini paling banter 20% saja," keluhnya.
Totong mengaku, margin 20% itu terlalu kecil. Apalagi, biaya operasional toko, seperti gaji karyawan, listrik, telepon, dan transportasi terus naik. "Untungnya bangunan toko milik sendiri, kalau tidak harus bayar sewa di atas Rp 10 juta per bulan," katanya.
An An Kurniawan, salah seorang pengelola toko lampu hias di sentra ini juga merasakan penurunan jumlah pelanggan. Bila sebelumnya bisa menjual 10 lampu per hari, kini paling banyak hanya lima lampu.
Ia pun sependapat dengan Totong. "Menyusutnya penjualan disebabkan maraknya toko lampu hias di Bandung," ujarnya.
Dengan banyaknya toko lampu hias, kini pasar pun semakin terbagi-bagi. Banyak konsumen cenderung mencari toko lampu hias di lokasi yang terdekat dengan rumahnya.
Hendrik pedagang lainnya menambahkan, supaya eksis setiap pedagang tetap harus menggenjot penjualan. Untuk itu, ia pun mulai menawarkan lampu hias lewat media online dengan harga yang terjangkau konsumen.
Ia mengaku, penjualan lewat internet itu lumayan membantu kinerja tokonya. Banyak konsumen yang akhirnya belanja dan menjadi pelanggan tokonya. "Sekarang ini kalau cuma menunggu saja di toko pasti akan susah mendapatkan pelanggan," jelasnya.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News