kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%

Sentra Mebel Kayu Jepara: Terimbas krisis Eropa (3


Minggu, 04 November 2012 / 19:10 WIB
Sentra Mebel Kayu Jepara: Terimbas krisis Eropa (3
ILUSTRASI. 6 Cara Meningkatkan Kolagen Alami Kulit Bantu Cegah Penuaan Dini


Reporter: Marantina | Editor: Havid Vebri

Produksi mebel merupakan jantung ekonomi utama Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Bahkan, Jepara diakui sebagai sentra mebel terbesar di Indonesia. Di kabupaten ini terdapat berbagai jenis usaha mebel, baik skala rumahan hingga perusahaan besar.

Akan tetapi, masa kejayaan produksi mebel di kabupaten ini mulai pudar sejak memasuki tahun 2000-an. Hal ini terlihat jelas di sentra mebel Kecamatan Tahunan.

Dulu, ratusan showroom berjajar sepanjang Jalan Soekarno–Hatta, Tahunan, Jepara. Bahkan, rata-rata pedagang memiliki gudang khusus untuk tempat penyimpanan stok mebel. Namun sekarang, tidak lebih dari 30 showroom di kecamatan ini dan hampir separuhnya tidak punya gudang untuk menyimpan stok mebel.

Nukmatul Ummah, pemilik Marjan Ukir Putri, mengatakan, dulunya setiap pedagang pasti mengekspor produk mebelnya ke luar negeri. Berbeda dengan sekarang, para pedagang fokus menggarap pasar dalam negeri.

Ia menambahkan, Tahunan bisa berkembang menjadi sentra mebel dan kerajinan kayu karena dulu banyak pedagang mebel yang membuka showroom secara bersamaan. Bisa dibilang, menjamurnya pedagang itu akibat imbas krisis moneter 1997/1998.

Kala itu, kurs ripiah terhadap dollar AS memble, sehingga banyak pedagang mendadak mendapat untung besar dari ekspor mebel. “Dulu saya dan pedagang di sini wajib mengirim barang ke Malaysia dan Australia, tapi kalau mebel yang kualitasnya bagus dikirim ke negara-negara Eropa,” ujarnya.

Lain dulu lain sekarang. Kini, bisnis mebel di sentra ini bak lesu darah. Apalagi saat ini, Eropa yang menjadi salah satu pasar ekspor mebel Jepara tengah dihantam krisis.

Nukmatul bilang, krisis Eropa membuat penjualan pedagang terpukul. Ia sendiri mengaku, penjualannya menurun hingga 50% sejak krisis Eropa merebak. Bahkan, kata dia, permintaan dari luar negeri berhenti total.

Saat ini, Nukmatul hanya melayani order dari dalam negeri, khususnya Sumatera dan Kalimantan. Ia jarang menjual produknya di Jawa karena banyak orang Jepara yang pindah untuk jualan mebel di Jakarta atau kota-kota lain di Jawa. Ini membuat pasar mebel di Jawa sudah terbatas.

Nasih Tony Irawan, pemilik Archardz Jati Furniture, masih lebih baik. Ia mengaku masih mendapat order dari luar negeri, meski hanya sedikit. Biasanya, orang asing yang membeli produk mebel dari Tony merupakan turis yang tengah berkunjung ke Jepara.

“Saya masih ada permintaan dari Malaysia dan Yordania. Kebetulan mereka pedagang dan tertarik menjual kembali mebel dari Jepara di negaranya,” kata dia.

Amin Rohamin, pedagang lain, mengatakan, sepinya permintaan berimbas pada harga produk mebel. Pedagang mebel sulit menaikkan harga karena permintaan minim. Padahal, harga bahan baku kayu jati dan mahoni naik sekitar 10% setiap tahun.

Kini, Amin hanya mengharapkan order dari dalam negeri, seperti dari Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Selain itu, para pedagang sentra ini juga mengandalkan penjualan dari turis-turis yang datang ke Jepara.

Kebetulan, kata Tony, Tahunan lokasinya sangat strategis dan aksesnya mudah. Semua orang yang mau ke pusat Jepara atau hendak menyebarang ke Karimun Jawa pasti melewati Kecamatan Tahunan.   

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×