Reporter: Merlina M. Barbara, Silvana Maya Pratiwi | Editor: Tri Adi
Sejak 2008, penjualan onderdil bekas di Jalan Pemuda, Gang Kweni, Bandar Lampung mulai melambat. Kondisi ini dipicu semakin banyaknya pusat penjualan onderdil sepeda motor di Lampung dan sekitarnya. Akibatnya, jumlah pedagang onderdil di Gang Kweni mulai menyusut, dari 70-an jadi sekitar 30 orang.
Menjalankan sebuah usaha tak selamanya berjalan mulus. Ada masa-masa jaya, ada pula masa kelabu. Begitu pula penjualan onderdil bekas di Jalan Pemuda, Gang Kweni, Bandar Lampung.
Sejak tahun 2008, penjualan suku cadang bekas sepeda motor di sentra ini perlahan mulai melambat. Kondisi ini dipicu semakin banyaknya pusat-pusat penjualan spare part sepeda motor di Bandar Lampung dan sekitarnya.
Selain onderdil orsinil, kini banyak toko spare part di Lampung yang menyediakan barang baru dengan kualitas nomor dua alias kw. Alhasil, penjualan onderdil bekas di gang Kweni terus menyusut.
Muhammad Sobri, salah satu pedagang di sentra penjualan onderdil bekas Gang Kweni mengatakan, kurangnya modal dan ketatnya persaingan bisnis menjadi salah satu pemicu sepinya penjualan spare part di lokasi usahanya. Akibatnya, tak sedikit pedagang di Gang Kweni gulung tikar.
Sobri menuturkan, pada masa awal berdirinya sentra hingga tahun 2007, jumlah pedagang onderdil bekas di Gang Kweni mencapai 70-an orang. Namun, sejak krisis moneter melanda Indonesia pada 2008, perlahan jumlah pedagang onderdil bekas mulai menyusut. “Saat ini pedagang onderdil di sentra Gang Kweni hanya tersisa sekitar 30 orang,” kata Sobri.
Selain keterbatasan dana, lanjut Sobri, pedagang onderdil bekas juga terhimpit oleh maraknya peredaran suku cadang baru dengan kualitas nomor dua yang harganya murah. “Banyak konsumen beralih membeli barang baru dengan kualitas nomor dua,” imbuh Sobri.
Sobri mengatakan, perbedaan harga suku cadang asli yang baru dengan bekas terpaut sedikit. Contohnya, harga satu unit onderdil baru yang orsinil di toko spare part dibanderol Rp 450.000. Sementara produk bekas yang dijual di Gang Kweni dibanderol Rp 250.000 unit.
Iwan Abbdurahman, pedagang di sentra penjualan onderdil bekas Gang Kweni mengakui, secara kualitas, onderdil bekas kalah kualitas dibandingkan produk orsinil baru. “Secara kualitas kita pasti kalah, karena kebanyakan barang loak. Tapi, kami hanya bisa menjamin, semua suku cadang di sini asli bukan imitasi,” ujar Iwan.
Dalam menentukan harga, imbuh Iwan, lantaran yang dijual adalah barang bekas, para pedagang tak mematok harga onderdil terlalu mahal. Iwan mengklaim, harga jual onderdil di kiosnya bisa lebih murah 80% dari produk baru.
Selain bersaing harga, para pedagang juga memiliki jurus pelayanan masing-masing. Iwan memberi contoh. Ia selalu membiasakan diri menunjukkan sikap ramah dan murah senyum kepada setiap pembeli yang berkunjung ke kios onderdilnya.
Meskipun, kata Iwan, tak sedikit pengunjung yang datang hanya sekadar untuk mencari perbandingan harga onderdil di Gang Kweni dengan harga di pusat spare part lainnya. "Tidak semua konsumen yang datang berkunjung ke Gang Kweni, pasti akan membeli onderdil di sini," kata Iwan.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News