kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -33.000   -1,68%
  • USD/IDR 16.605   3,00   0,02%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

Sentra parfum Condet: Kantong pun jadi wangi (3)


Senin, 16 April 2012 / 14:41 WIB
Sentra parfum Condet: Kantong pun jadi wangi (3)
ILUSTRASI. Ilustrasi industri syarian, keuangan syariah, perbankan syarian, investasi syariah, KPR syariah, asuransi syariah. KONTAN/Muradi/2017/06/13


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Selain parfum isi ulang (refill), para pedagang di sentra parfum di Jalan Condet Raya, Jakarta Timur juga menjual produk obat herbal dan perlengkapan ibadah. Penjualan produk non-parfum itu bisa menambah pendapatan mereka di tengah ketatnya persaingan pasar parfum. Hampir semua toko menjual obat herbal.

Selain menjajakan aneka minyak wangi, sentra parfum isi ulang (refill) di Jalan Condet Raya, Jakarta Timur juga menjual produk lain, seperti obat herbal, madu, dan minyak zaitun. Selain itu, turut dijual berbagai perlengkapan ibadah, seperti tasbih, baju koko, dan kopiah.

Hampir semua toko di tempat ini menjual berbagai macam produk non-parfum tersebut. Muhdor Al-Attos, pemilik toko Fairus Parfum mengaku, permintaan terhadap produk herbal dan perlengkapan ibadah itu cukup tinggi. "Pasarnya ada makanya semua pedagang menjual barang tersebut," jelasnya.

Kendati demikian, bagi para pedagang, penjualan produk non-parfum itu lebih sekadar pelengkap saja. Dagangan utamanya tetap parfum refill.

Karena pelengkap, sebagian besar kontribusi pendapatan masih disumbang dari penjualan parfum. Jika penjualan parfum bisa menyumbang maksimal Rp 1 juta per hari, maka kontribusi produk non-parfum hanya sekitar Rp 250.000 per hari.

Seperti halnya parfum, obat herbal dan perlengkapan ibadah ini didapat dari berbagai distributor, baik dari Jakarta maupun daerah lain. A. Syaifun Nuha, pengelola toko Ar Rojaa Parfum's mengatakan, penjualan obat herbal dan perlengkapan ibadah itu dilakukan untuk menambah penghasilan toko.

Terlebih pasar parfum sekarang cenderung tidak seramai dulu. Maklumlah, di tengah ketatnya persaingan seperti sekarang, pasar parfum semakin terbagi-bagi ke banyak pedagang.

Menurut Syaifun, pasar parfum cenderung ramai pada akhir pekan pertama di awal bulan. Dan, selebihnya cenderung sepi.

Untungnya, ada obat herbal dan perlengkapan ibadah yang bisa membantu menyangga pendapatannya. Dengan harga obat herbal mulai Rp 25.000-Rp 75.000, Syaifun bisa menangguk omzet sekitar Rp 200.000 saban harinya.

Makanya, kendati produk non-parfum itu sekadar pelengkap, ia tetap serius memasarkannya. Ia pun tak pernah membiarkan tokonya kosong dari produk tersebut.

Di tokonya, ia menyediakan satu meja etalase khusus untuk memajang produk-produk herbal tersebut. "Perputaran produk ini bisa tiga bulan, setelah itu baru order lagi," tambahnya.

Bagi Syaifun, produk ini juga bisa diandalkan ketika wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) begitu santer terdengar. Berdasarkan pengalaman selama ini, kenaikan harga BBM selalu berimbas terhadap penjualan parfum.

"Biasanya satu atau dua bulan pertama sejak BBM naik, penjualan parfum bakal sepi," jelasnya.

Baik Syaifun maupun Muhdor akan terus mempertahankan penjualan produk herbal ini. Apalagi, kawasan tempat mereka berdagang itu dulunya memang dikenal sebagai tempat penjualan obat alami. "Kesan itu tetap akan kami pertahankan," jelas Syaifun.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×