Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, tak hanya ada toko kain belaka. Di sana juga terdapat puluhan penjahit yang sudah puluhan tahun menawarkan jasa menjahit kebaya, jas, dan aneka jenis pakaian lainnya. Bahkan, ada penjahit yang mewarisi usaha orang tuanya.
Selama ini, Pasar Mayestik di Jakarta Selatan termasuk sebagai salah satu tujuan belanja penting di Jakarta. Sebab, tempat jual beli yang berdiri sejak 1970-an itu menyediakan koleksi kain yang lengkap. Mulai dari bahan untuk kebaya, gaun, kemeja, hingga jas tersedia di pasar yang sedang menjalani tahap renovasi ini.
Pepatah klasik bilang, ada gula, ada semut. Keberadaan pedagang kain di Pasar Mayestik telah mengundang kehadiran penjahit yang mulai membuka usaha di pengujung tahun 1970-an. Tak sedikit pengunjung yang usai membeli kain langsung menjahitkan bahannya ke penjahit di pasar ini.
Keterampilan menjahit para penjahit di Pasar Mayestik tak perlu diragukan lagi. Sebab, sebagian dari mereka sudah berpengalaman selama puluhan tahun. Mereka sudah memiliki banyak langganan.
Para penjahit di Pasar Mayestik juga menguasai pembuatan aneka jenis kebaya. Mulai kebaya klasik sampai kebaya model baru atau model hasil karya perancang terkenal.
Selain penjahit lama, ada juga muka-muka baru di Pasar Mayestik yang mewarisi usaha dan keahlian orang tuanya. "Saya generasi kedua menggantikan usaha ibu saya," terang Endah yang berusia 30 tahun.
Selain Endah, ada Ujang yang juga meneruskan usaha jahit orang tuanya sejak 2000 silam. "Orang tua saya sudah mulai uzur, kalau masih tetap menjahit bisa kurang sempurna hasilnya," katanya.
Ujang meneruskan usaha keluarga karena pelanggannya cukup banyak. Agar tidak mengecewakan mereka, Ujang akhirnya memutuskan mengambil alih usaha jahit orang tuanya yang ada di Pasar Mayestik.
Tapi, ada juga penjahit di Pasar Mayestik yang benar-benar baru, bukan mewarisi usaha orang tuanya. Desi, pemilik Banzalu Collection, misalnya, yang baru lima tahun membuka usaha jahit di Pasar Mayestik.
Wanita berkerudung ini sempat membuka usaha sejenis di Blok M Square dan Melawai. Karena sepi pengunjung, Desi memutuskan menyewa lokasi usaha di Pasar Mayestik. Sebab, "Mayestik sudah terkenal sebagai pusat kain dan para penjahitnya," jelas Desi.
Saat ini penjahit di Pasar Mayestik banyak yang terbilang muda. Tapi, soal keahlian, tak kalah dengan orang tuanya atau penjahit lawas yang masih bertahan di Pasar Mayestik.
Lantaran saat ini Pasar Mayestik sedang direnovasi, untuk sementara para penjahit menempati bangunan di sisi Timur pasar. Ada sekitar 20 pelaku usaha jahit yang menempati bangunan sementara yang minim ventilasi udara itu.
Tiap usaha jahit menempati tempat kios ukuran 2 x 2 meter. "Di sini panas dan sempit, sementara pelanggan yang datang sangat banyak," keluh Ujang yang bertahan di lokasi baru agar para pelanggannya tidak lari.
Bagi pengunjung yang ingin menjahit kebaya atau jas di Pasar Mayestik, tidak perlu repot mencari model. Sebab, para penjahit dengan senang hati mencarikan dan membantu Anda memilihkan model. "Selain mencari referensi dari majalah, saya menerima model dari pelanggan," ujar Desi.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News