Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi
Penjualan di sentra perlengkapan TNI/Polri Semarang punya siklus. Biasanya, penjualan bakal naik dua kali lipat menjelang peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia serta ulang tahun TNI dan Polri. Tapi, pada musim liburan sekolah dan lebaran, omzet pedagang turun 25%.
Liburan panjang sekolah seperti saat ini, boleh dibilang masa yang agak suram bagi pedagang di sentra perlengkapan TNI dan Polri Kauman, Semarang. Begitu juga dengan masa menjelang Lebaran.
Sebab, kebanyakan pelanggan lebih mengutamakan membeli kebutuhan anak-anak sekolah dan hari raya ketimbang atribut untuk dinas. "Menjelang kenaikan kelas dan Lebaran penjualan kami turun rata-rata 25% dibandingkan dengan bulan-bulan biasa," terang Bagio, panggilan akrab Soebagio, salah satu pedagang perlengkapan TNI dan Polri di Kauman.
Sebaliknya, penjualan di sentra Kauman akan melonjak dua kali lipat menjelang hari ulang tahun Republik Indonesia (HUT RI) dan TNI dan Polri. Soalnya, banyak anggota TNI dan Polri yang ingin tampil gagah saat upacara peringatan HUT RI serta korpsnya. "Biasanya, anggota TNI dan Polri mencari sepatu dan seragam," jelas Agung Wibowo, pemilik Kranggan 96 di sentra Kauman. Selain seragam dan sepatu, terkadang ada personel TNI dan Polri yang juga membeli atribut lain, seperti tanda pangkat, dan topi.
Agar konsumen memiliki banyak pilihan, pedagang di sentra perlengkapan TNI dan Polri Kauman menyediakan aneka produk dengan harga dan kualitas berbeda. Agung, misalnya, menjual seragam dengan dua pilihan harga berbeda. Untuk seragam standar, ia jual seharga Rp 120.000 hingga Rp 175.000 per potong. Seragam ini mempunyai kualitas bahan yang sudah memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh TNI dan Polri.
Adapun seragam nonstandar, harga jualnya lebih murah. Pedagang sering menyebut seragam ini sebagai seragam KW. Harganya di bawah Rp 100.000 per potong. Bagio bilang, perbedaan kedua seragam itu terletak pada penggunaan bahan. Seragam standar memakai bahan katun berkualitas tinggi yang diproduksi oleh pabrik tekstil yang biasa mendapat pesanan dari TNI dan Polri, yakni PT Sritex yang berlokasi di Solo.
Seragam nonstandar menggunakan bahan katun kualitas nomor dua. "Seragam standar punya ciri khusus seperti penggunaan label pada barangnya," kata Bagio yang mendapat suplai seragam TNI dan Polri dari para pemasok di Bandung, Jawa Barat, dan Tulungagung, Jawa Timur.
Selain seragam, Bagio juga membeli atribut TNI dan Polri dari pemasok di Bandung dan Tulungagung. Tapi, sebagian atribut didatangkan dari pemasok di Surabaya dan Semarang.
Tak hanya dari pemasok, para pedagang di sentra Kauman juga memperoleh atribut dari personel TNI dan Polri yang mendapat atribut seragam lebih dari satu dari kesatuan mereka. Terkadang, ada juga anggota TNI dan Polri yang melakukan tukar tambah atribut. "Contoh, ada yang ingin menukar sepatu yang kekecilan dengan sepatu yang berukuran lebih besar," ungkap Agung yang menarik biaya Rp 10.000 - Rp 25.000 dari jasa tukar tambah ini.
Sepatu termasuk atribut yang laris manis. Sebab, banyak masyarakat umum yang juga membeli. Menurut Agung, pembelinya adalah para pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) dan pekerja pabrik alat berat. "Maklum, sepatu militer lebih aman dan tahan lebih dari tiga tahun," ujarnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News