Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi
Sentra penjualan perlengkapan militer di Kauman, Semarang, Jawa Tengah ini sudah berdiri sejak puluhan tahun silam. Para pedagang mengawali usahanya sebagai pedagang kali lima. Kini, mereka telah memiliki kios sendiri yang juga menjadi usaha turun-temurun.
Masyarakat Semarang sudah tidak asing lagi dengan kawasan Kauman yang menjadi pusat penjualan perlengkapan TNI/Polri. Bukan hanya anggota TNI/Polri yang kerap membeli beberapa perlengkapannya di sana, masyarakat umum pun sering mencari berbagai kebutuhan, seperti sepatu, sabuk, mantel di sana.
Maklum, mereka ingin mencari barang-barang dengan kualitas yang bagus, seperti yang sering dipakai para anggota angkatan bersenjata itu.
Menyusuri sepanjang Jalan Kauman, ada sekitar 18 toko yang menawarkan berbagai perlengkapan seragam tentara. Belasan toko itu berjajar rapi, dengan memajang seragam, sepatu lars dan berbagai atribut yang biasa dipakai oleh para anggota angkatan bersenjata.
Sentra perlengkapan militer ini merupakan relokasi dari pusat penjualan atribut di Jalan Kranggan. Jaraknya dari Kranggan kurang lebih hanya satu kilometer. "Awalnya, kami adalah pedagang kaki lima di Jalan Kranggan," tutur Soebagio, pemilik UD Gunung Sewu dan sekaligus Ketua Paguyuban Penjual Perlengkapan Militer di daerah ini.
Bagio, sapaan akrab pria ini, menjelaskan, asal mula berdirinya sentra penjualan perlengkapan militer ini adalah peraturan wajib untuk penggunaan pakaian militer bagi anggota Organisasi Pertahanan Rakyat kabinet Dwikora di tahun 1964. Kewajiban ini menjadi peluang bisnis bagi pedagang seragam tentara.
Satu per satu mereka berdagang atribut tentara di Jalan Kranggan, Semarang. Namun, kawasan kaki lima ini sering disatroni tramtib karena mengganggu lalu lintas di ruas jalan tersebut. Walhasil, tahun 1990, Pemerintah Kota Semarang memindahkan mereka ke Kauman ini.
Meskipun ada pemain baru, mayoritas pedagang yang berjualan di tempat ini masih berkerabat dengan para pedagang yang sebelumnya berjualan di Kranggan. Banyak pula pedagang yang mewarisi usaha ini dari orang tua mereka. Agung Wibowo salah satunya. Pemilik toko Kranggan 96 ini melanjutkan usaha ibunya sejak enam tahun lalu. "Ibu saya sejak 40 tahun lalu berjualan perlengkapan militer," tutur dia.
Agung yang merupakan generasi kedua dari pendiri usaha Kranggan 96 ini menceritakan, saat merintis usaha, orang tuanya juga mengawalinya dari pedagang kaki lima (PKL) yang mangkal di Jl Kranggan.
Dari empat orang saudara Agung, dua di antaranya menjalankan usaha serupa. "Karena panggilan tugas," cetus Agung. Karena usia orang tuanya yang sudah lanjut, ia pun memutuskan untuk melanjutkan usaha keluarga ini.
Dari beberapa barang perlengkapan militer yang dijual, rata-rata para pedagang ini mendapatkan pasokan dari Bandung, Jawa Barat dan Tulungagung, Jawa Timur. Dari Bandung, para pedagang di Kauman berbelanja baju-baju dan celana tentara, serta berbagai perlengkapan militer lain yang berbahan tekstil.
Sementara, dari Tulungagung, para pedagang ini memasok atribut, seperti lencana yang menggunakan bahan kuningan.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News