kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra songket Ogan Ilir: Pembinaan membuat perajin maju (4)


Kamis, 17 Maret 2011 / 13:50 WIB
Sentra songket Ogan Ilir: Pembinaan membuat perajin maju (4)
ILUSTRASI. Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada penutupan sesi awal di level 4.099,09, turun 5,33 persen atau 231,584 poin diband


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Beberapa program pembinaan dilakukan untuk mengembangkan kualitas songket yang dihasilkan para perajin Desa Muara Penimbung, Ogan Ilir, Sumatra Selatan. Pembinaan itu juga bertujuan mendiversifikasi produk songket, sehingga nilai ekonomi kain tersebut bisa naik dan semakin dilirik pasar.

Untuk bisa bertahan dan menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi, perajin songket Desa Muara Penimbung harus bisa mengembangkan variasi motif dan bentuk dari kain yang mereka hasilkan. "Kelemahan para perajin adalah mood yang kurang terjaga baik," kata desainer kondang Chossy Latu.

Karena itu, menurut Chossy, harus ada pembinaan dan pengawasan terutama untuk kualitas. Ini perlu agar kualitas songket yang mereka hasilkan terjaga dengan konsisten. Kualitas kain yang bagus tentu akan membuat pelanggan semakin senang dan omzet yang para perajin dapat semakin banyak.

Peningkatan omzet itu tentu juga akan menambah nilai ekonomi songket bagi para perajin. "Yang dihasilkan perajin Desa Muara Penimbung sudah cukup baik. Namun, harus selalu dipoles untuk memiliki nilai jual tinggi," ujar Chossy.

Apalagi, dibandingkan dengan batik, songket memiliki kelebihan. Sebab, memiliki aura mewah yang keluar dari motif dan benang emas.

Chossy menambahkan, pembinaan tidak boleh hanya dalam bentuk modal dan promosi. Tapi, lebih dari itu, juga harus ada pasokan bahan baku yang kontinyu. Ia bilang, sampai saat ini, masih ada beberapa benang yang sulit didapatkan para perajin. "Sulit diperoleh karena dikuasai oleh pihak-pihak tertentu sehingga harganya mahal," katanya. Itu sebabnya, perlu ada bantuan kepada para perajin agar masalah itu terpecahkan.

Sebenarnya, pembinaan sudah diberikan kepada perajin songket asal Desa Muara Penimbung melalui program Cita Tenun Indonesia (CTI) dalam bentuk pelatihan. Mardina, pengusaha songket Ogan Ilir mengatakan, sejak adanya program itu perajin bisa menghasilkan songket yang lebih rapi dan utuh, baik di sisi sebelah dalam maupun sebelah luar. "Pewarnaan juga lebih baik," ujarnya.

Dengan program ini pula, promosi menjadi semakin baik. Alhasil, sekarang ini, sentra songket Ogan Ilir ramai dikunjungi wisatawan asing khususnya dari Malaysia, Brunei Darussalam serta Singapura.

"Dalam peragaan busana di Milan, Italia, kami menyatakan pakaian yang diperagakan adalah, hasil tenun songket Desa Muara Penimbung, Ogan Ilir, Sumatra Selatan," ungkap Okke Hatta Rajasa, Ketua CTI.

Menurut Okke, diversifikasi songket menjadi salah satu upaya pihaknya meningkatkan mutu tenun di seluruh Indonesia. Selain itu, perajin juga dibekali dengan teknik-teknik baru yang nantinya mampu memperkaya ragam tenun songket.

Diversifikasi dan pengembangan motif, misalnya, dilakukan oleh Meky Okiya Sari. Perajin songket yang masih berusia 24 tahun ini tidak hanya melakukan modifikasi terhadap motif-motif saja, tapi juga berani mulai membuat baju berbahan kain tersebut. "Mau tidak mau kita harus mengikuti tren," katanya.

Meky menjelaskan, selama ini, para perajin songket di Ogan Ilir enggan untuk membuat songket sebagai bahan baju siap pakai. Mereka punya alasan, "Harga kainnya sudah mahal," ujar dia. Jadi, kalau ada bagian kain yang terbuang, perajin menganggap sebagai pemborosan dan tidak menguntungkan.

Namun, Meky menyatakan, pemborosan itu bisa diminimalisir dengan teknik rancang mode yang tepat. Bahkan, pemborosan itu bisa menghasilkan keuntungan karena harganya melonjak di atas Rp 10 juta. Hasil penjualan, tak hanya menutup kerugian kain yang terbuang, namun akan menghasilkan keuntungan lebih.

Tak hanya itu, Meky dan beberapa perajin songket di Desa Muara Penimbung juga telah mengkreasikan songket menjadi sajadah dan hiasan interior, seperti sarung bantal, hiasan dinding, dan tempat majalah. Tentu saja, semua modifikasi ini membuat songket Ogan Ilir memiliki ragam produk sehingga semakin dilirik pasar.

Tidak cuma pasar dalam negeri yang tertarik membeli tapi juga pasar luar negeri a. "Kami punya mimpi agar kain songket bisa menembus pasar Eropa dan Amerika Serikat," ujar Meky.


(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×