kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,66   17,31   1.89%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra susu Lembang: Peternak ramai-ramai minta harga susu naik (4)


Rabu, 18 Mei 2011 / 14:35 WIB
Sentra susu Lembang: Peternak ramai-ramai minta harga susu naik (4)
ILUSTRASI. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenekeu Febrio Nathan Kacaribu


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Kenaikan harga pakan sapi, termasuk rumput hijau tidak diikuti dengan harga susu yang bagus. Peternak sapi perah di di Desa Langansari mengatakan sejak 2003 lalu, tidak ada kenaikan harga susu. Karena itu, mereka ramai-ramai meminta pabrik susu menaikkan harga beli.

Kebutuhan pakan ternak sapi menjadi kendala terbesar sentra susu Langansari, Lembang. Kian sempitnya lahan hijau yang bisa menghasilkan rumput untuk pakan sapi perah membuat mereka khawatir tingkat produksi susu akan menurun.

Saat ini, produksi susu sapi di sentra tersebut mencapai 4.000 liter tiap hari. Agar produksi susu tetap stabil, mereka harus mengeluarkan biaya Rp 350.000 setiap dua minggu untuk mendapatkan satu pickup rumput segar tiap hari.

Harga pakan ternak yang semakin mahal tidak diikuti dengan kenaikan harga susu. Kondisi seperti ini jelas menyulitkan peternak mengembangkan usaha termasuk menambah jumlah sapi perah. "Lebih enak zaman dulu dibanding sekarang. Jika dulu harga susu bisa naik 3 kali, tapi sejak tahun 2003 tak pernah naik," keluh Nunung Mulyana, salah seorang peternak sapi perah di Lembang.

Menurut Nunung, kualitas susu yang dihasilkan peternak Desa Langansari termasuk bagus. Tiap liter susu segar dijual dengan harga
Rp 3.300 hingga Rp 3.500. Para peternak harus berupaya agar sapi-sapinya menghasilkan susu dengan kualitas bagus agar layak dipasok ke Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU).

KPSBU menjadi wadah yang menampung produksi susu peternak di Lembang. Setiap hari, setiap peternak menyetor 60 liter-100 liter susu sapi segar di pagi dan sore hari ke koperasi ini.

Selain bisa menyetor langsung, petugas KPSBU akan mengambil produksi susu langsung ke peternak. Dari hasil yang disetor, peternak akan mendapatkan uang pembelian setiap dua minggu sekali. Nunung mengaku bisa mendapatkan uang pembelian sebesar Rp 3 juta tiap 2 minggu dari 910 liter yang didapat dari 8 sapi perah miliknya.

Sedangkan peternak lain, Minah Komalasari mampu memproduksi 1.400 liter susu dari 12 sapi. Dengan produksi itu, Minah bisa mendapat penghasilan hingga Rp 4,5 juta tiap dua minggu.

Lain lagi dengan Asep Mulyana. Ia memiliki 10 sapi perah dengan produksi mencapai 1.120 liter setiap dua minggu. Sehingga uang pembelian yang didapatkan mencapai Rp 3,5 juta.

Kenaikan harga pakan ternak membuat Nunung, Asep dan Minah meminta agar pembelian susu segar oleh KPSBU juga naik. "Apalagi harga susu dunia kan naik 30%," kata Nunung.

Ia berharap KPSBU bisa melakukan negosiasi dengan pabrik susu untuk menaikkan harga pembelian. Menurut Minah, wacana kenaikan harga telah terdengar sejak sebulan lalu, bahkan sudah ada pegawai pabrik susu yang menlakukan survei ke Desa Langansari. "Tapi belum ada kelanjutannya," ujarnya.

Mendengar harapan para peternak tersebut, Usep Suryana, Humas KPSBU Jawa Barat, mengatakan, pihaknya terus mengupayakan dialog dengan perusahaan susu untuk menaikkan harga susu. "Kalau negosiasi antar tingkat industri telah lama kami lakukan tapi untuk tingkat pemerintahan sedang berjalan," tutur Usep.

Ia mengatakan, harga ideal susu per liter adalah Rp 4.000. "Tidak terlalu besar tapi cukup untuk peternak sapi mengembangkan usaha mereka," katanya. Menurutnya, adanya jurang yang lebar antara harga susu lokal dan dunia memperlihatkan ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib peternak susu lokal.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×