kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Sentra tanaman hias Curug: Laris manis karena harganya lebih miring (1)


Selasa, 01 November 2011 / 14:44 WIB
Sentra tanaman hias Curug: Laris manis karena harganya lebih miring (1)
ILUSTRASI. Garuda Indonesia. REUTERS/Regis Duvignau


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Desa Curug, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor memiliki pemandangan yang berbeda dari desa lainnya di Bogor. Desa Curug lebih hijau karena ada 200 kepala keluarga (KK) dari 376 KK yang berprofesi sebagai petani tanaman hias sejak tahun 1980-an.

Kalau ingin mencari bibit tanaman hias, tak usah bingung. Datang saja ke sentra pembibitan tanaman hias di Desa Curug, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Mencari sentra ini juga gampang. Jika Anda datang dari Depok, sentra ini bisa ditempuh kurang dari satu jam dengan kendaraan pribadi.

Lokasi Desa Curug persis di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Selain dari Depok, sentra ini juga gampang ditembus dari Ciputat ataupun dari Kota Bogor.

Sesampai di Desa Curug, mata akan menyaksikan pemandangan yang hijau. Banyak pepohonan rindang tumbuh di sepanjang jalan kampung.

Kehadiran pohon itulah yang membuat hawa Desa Curug terasa sejuk dan segar. Selain hijau, mata juga bisa menikmati keindahan tanaman hias milik warga.

Tapi jangan sembarangan memetik bunga yang ada di situ. Karena aneka tanaman hias itu adalah sumber ekonomi warga. Muhidin, ketua RT 06 Kampung Poncol, Desa Curug bilang, dari 37 kepala keluarga (KK) Kampung Poncol, sebanyak 21 KK berprofesi sebagai petani tanaman hias.

Untuk satu desa jumlah petani tanaman hias itu mencapai 200 KK dari 376 KK warga Desa Curug. "Sekarang tanaman hias sudah menjadi tumpuan ekonomi warga," kata Muhidin yang juga petani tanaman hias.

Muhidin menambahkan, warga Desa Curug sudah membudidayakan tanaman hias sejak 1980-an. Namun, usaha ini baru berkembang pesat pada 1990-an. "Saya memulai usaha ini sejak tahun 1990, meneruskan usaha milik keluarga," terang Muhidin.

Hingga kini, pria berusia 40 tahun itu sudah memiliki pembibitan aneka tanaman hias. Di antaranya adalah Sampang Dara, Anting Putri, Oliana Pucuk Merah, Jatropa, dan aneka tanaman hias lainnya.

Dalam sebulan, Muhidin bisa menjual 30.000 sampai 50.000 bibit tanaman hias. "Pelanggan utama saya adalah pengembang perumahan," terang Muhidin.

Pelanggan Muhidin tidak hanya dari Jakarta saja, tapi juga datang dari Denpasar, Pekanbaru, Semarang, Surabaya, dan tentu saja Bogor dan sekitarnya.

Petani tanaman hias lainnya adalah Taufik. Pria ini sudah mengembangkan usaha pembibitan tanaman hias sejak 10 tahun lalu. Berbeda dengan Muhidin, Taufik memiliki pelanggan yang kebanyakan berprofesi sebagai pedagang tanaman hias. "Kebanyakan mereka itu pedagang bunga yang mangkal di sekitar Jabodetabek," terang Taufik.

Selain Taufik, Amed Asmad juga berbisnis tanaman hias. Namun dia baru memulai bisnis ini 2005 lalu. Meski terbilang baru, Amed memiliki pelanggan tetap dari pengembang jalan tol. "Pengembang jalan itu biasanya membeli dalam jumlah banyak," kata Amed.

Soal harga, ketiga petani tanaman hias itu berani memberikan harga miring. Amed mencontohkan, untuk bibit tanaman hias jenis Saberna Mini, dia berani menjual Rp 1.000 per pohon. Padahal, "Kalau di tempat pembibitan lain bisa lebih mahal," kata Amed.

Adapun bibit tanaman hias jenis Oliva Golden dibanderol hanya Rp 5.000 per pohon. "Setiap hari saya menjual 1.000 batang untuk pedagang tanaman hias saja," terang Amed.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×