kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Sentra tanaman hias Curug: Modal cekak, bisa cari utangan ke koperasi (3)


Kamis, 03 November 2011 / 14:41 WIB
Sentra tanaman hias Curug: Modal cekak, bisa cari utangan ke koperasi (3)
ILUSTRASI. Pandemi corona memang berdampak besar bagi pengelola KFC. KONTAN/Baihaki/16/12/2020


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Banyak cara yang dilakukan petani tanaman hias untuk memenuhi modal usaha pembibitan tanaman hias. Selain mencari pinjaman, petani tanaman hias di Desa Curug itu mengatasinya masalah keuangan dengan pinjaman koperasi atau hasil usaha sampingan.

Petani tanaman hias di Desa Curug, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, memiliki banyak cara untuk mengatasi kesulitan modal usaha. Selain mengandalkan pinjaman, mereka juga memanfaatkan waktu luang untuk mencari usaha sampingan.

Sejak 10 tahun lalu para petani tanaman hias itu sudah mendirikan koperasi simpan pinjam yang diberi nama Koperasi Kelompok Tani Tanaman Hias Mandiri (KKTTHM). Hingga 2011 ini, koperasi tersebut sudah memiliki 150-an anggota .

Walaupun memiliki banyak anggota, tapi koperasi itu masih terbatas dalam memberikan pinjaman. Setiap anggota maksimal hanya mendapat pinjaman Rp 10 juta. "Dana itu hanya cukup untuk sewa lahan seluas 2.000 meter persegi (m2) saja," keluh Taufik, petani tanaman hias yang juga anggota koperasi.

Sementara modal untuk pembibitan tanaman hias seluas satu hektare (ha) setidaknya butuh Rp 50 juta. Dana itu sebesar itu untuk membeli polybag, kompos, dan sekam senilai Rp 5 juta. Biaya sewa lahan sebesar Rp 15 juta, membeli pupuk Rp 10 juta, dan sisanya sebesar Rp 15 juta untuk gaji tenaga kerja. "Kalau tanah milik sendiri modalnya hanya Rp 35 juta per ha," terang Taufik.

Biaya pembibitan yang mahal itu tentu tidak semua petani tanaman hias bisa memenuhi kebutuhan dana tersebut, termasuk Taufik. Nah, agar modal mencukupi, selain memanfaatkan pinjaman koperasi, sebagian petani mengaku mengandalkan utangan dari keluarga.

Atau mencari dana tambahan modal dari hasil usaha sampingan. Seperti yang dilakukan Suprayogi, petani tanaman hias yang juga mengurus kolam ikan mujair dan ikan gurami di Desa Curug. "Hasil panen kolam menjadi dana cadangan untuk biaya pembibitan tanaman," jelas Suprayogi.

Mencari usaha sampingan juga dilakukan petani tanaman hias lain yakni Amed Asmad. Agar memiliki cukup modal saat melakukan pembibitan tanaman hias, Amed meluangkan waktu kosongnya untuk berdagang tanaman hias. "Jika ada pesanan tanaman, saya akan mencarinya ke petani lainnya," jelas Amed.

Selain menjual langsung tanaman hias hasil pembibitan sendiri, petani juga memanfaatkan pesanan tanaman hias dari koperasi KKTTHM. Biasanya koperasi mendapat proyek pengadaan tanaman hias dalam jumlah banyak.

Pesanan itu datang dari operator jalan tol dan juga pengembang perumahan. Namun proyek pengadaan tanaman hias dari koperasi sering tak tercukupi karena terbatasnya jumlah tanaman yang seragam. "Jika tak seragam, koperasi sulit memasarkannya," jelas Taufik.

Namun begitu, petani tanaman hias masih bisa menikmati pasar mereka dari para langganan yang masih rutin datang. Langganan itu kebanyakan para pedagang tanaman hias dari kawasan Jabodetabek.

Namun untuk melayani langganan, petani enggan mengambil untung besar. Mereka khawatir langganan berpindah. "Kami sulit menaikkan harga jual, apalagi pembelinya langganan sendiri," ungkap Muhidin.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×