Reporter: Hafid Fuad | Editor: Tri Adi
Para pedagang di sentra pembuatan undangan di Pasar Tebet mengeluhkan semakin ketatnya persaingan. Maklum, dalam setahun setidaknya ada 30 pedagang baru berdiri di situ. Itulah sebabnya, meski omzet mereka semakin besar, keuntungan mereka semakin menurun.
Saat ini memang masa kejayaan sentra pembuatan undangan di Pasar Tebet Barat Dalam. Lihat saja, jumlah pedagang undangan di situ semakin berjubel. Pengelola pasar, saban tahun harus menambah jumlah toko di lantai dasar pasar. "Setahun bisa tambah 30 toko," terang Azhar, pedagang undangan di sentra itu.
Namun, sebaliknya, bagi para pedagang, terutama yang sudah senior, saat ini adalah masa redupnya sentra pembuatan undangan itu.
Seperti dikeluhkan Jamhuri, pedagang senior yang ada di sentra itu. "Dulu, semua pejabat, mulai Gubernur DKI Sutiyoso, Presiden Megawati, hingga anak-anak mantan Presiden Soeharto kalau butuh undangan pesan di sini," ujar pemilik merek dagang Duta Graphia ini.
Menjauhnya kaum elit di Tanah Air dari pasar itu bagi Jamhuri menunjukkan pamor sentra undangan itu mulai memudar. Apalagi dengan jumlah pedagang yang semakin banyak tentu membuat persaingan semakin ketat, bahkan menjurus ke persaingan yang tidak sehat.
Bahkan tidak jarang ada oknum pedagang yang mengambil jalan pintas, seperti mengambil bahan kertas dari hasil curian pegawai toko lain yang nakal. "Pedagang yang melakukan itu bisa menjual undangan dengan harga sangat murah," jelas Azhar.
Dengan makin ketatnya persaingan, keuntungan yang diterima pedagang pun semakin mengecil. Menurut Azhar, sekarang dia tidak bisa mengambil untung hingga Rp 8.000 per lembar undangan seperti dulu. Dapat untung Rp 500 sampai Rp 1.000 saja, ungkap Azhar, sudah bagus.
Dengan semakin berkurangnya keuntungan, Azhar pun mengaku tidak bisa lagi berbagai rezeki dengan pedagang lain. Dulu, dia masih bisa memberi order satu pekerjaan, seperti pengeleman undangan, ke pihak lain. "Kalau sekarang saya upahkan ke orang lain, bisa-bisa saya tidak dapat apa-apa," keluhnya.
Memang banyak tantangan yang menghadang para pedagang, termasuk perkembangan teknologi dan gaya hidup masyarakat. Hal ini nampak dengan menghilangnya pesanan kartu ucapan perayaan hari besar keagamaan, seperti Lebaran dan Natal. Sekarang sudah memasuki zaman internet, telepon seluler, dan zaman SMS, sehingga kartu ucapan sudah tergusur kehadiran internet, telepon seluler, serta fungsi pengiriman pesan singkat atau SMS.
Belum lagi masalah keamanan di Jakarta yang sedikit banyak juga berpengaruh terhadap kedatangan pengunjung di Pasar Tebet itu. Jumlah pengunjung itu terasa penurunannya kalau sedang terjadi demo di depan DPR atau di Bundaran HI.
Walaupun kondisi semakin tidak menguntungkan, namun pedagang seperti Jamhuri dan Azhar tetap optimistis untuk terus memacu datangnya rezeki di Pasar Tebet itu. Keduanya masih kukuh bertahan dengan membuat produk yang berkualitas. "Saya paling senang jika ada ketemu pelanggan di jalan dan mereka memuji karya saya," cerita Jamhuri sambil tetap sibuk menyiapkan 6.000 pesanan dari Malaysia.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News