Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Setahun terakhir, permintaan pupuk organik meningkat tajam. Sebagai gambaran, dulu seorang produsen hanya membuat 2 ton pupuk per hari, kini naik menjadi 10 ton per hari. Bisnis pupuk organik ini bisa tumbuh lebih subur.
Sejak pertengahan tahun 2010 pesanan dan penjualan akan pupuk organik mengalami peningkatan cukup tinggi karena tingginya permintaan bahan pangan organik. Para petani mulai banyak menggunakan konsep pertanian organik yang tidak mengandung bahan kimia.
PT Graha Mustika Prima di Jakarta memproduksi pupuk bio yang merupakan pupuk hasil fermentasi pupuk kompos dan pupuk kandang. "Pupuk organik buatan kami hasil fermentasi dari urine dan isi perut sapi," papar Agung, pemilik Graha Mustika Prima.
Adapun Anthony Utama di Surabaya menggabungkan pupuk kompos dan pupuk kandang sebagai pupuk organik. Dari hasil penggabungan kedua pupuk, Anthony membuat pupuk organik dalam bentuk padat dan cair.
Anthony mengatakan, pembuatan pupuk organik ini cukup sederhana. Bahan baku pupuk organik, yakni daun-daun, kotoran mahluk hidup dan serbuk gergaji dicampur dalam satu adonan dengan air. Adonan ini diendapkan selama dua pekan untuk proses fermentasi.
Lalu endapan tersebut dikeringkan selama dua sampai tiga hari sebelum akhirnya menjadi pupuk organik padat. Adapun untuk pembuatan pupuk organik cair, menurut, Agung hampir sama dengan pupuk padat, hanya ditambahkan lebih banyak air.
Soal keunggulan, menurut Anthony dan Agung, baik bentuk padat atau cair, pupuk organik sama-sama memberi peranan positif untuk tanaman dan lingkungan. Kandungan mikroba dalam pupuk akan merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu, pupuk organik juga dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan bakteri dan biota tanah yang sangat diperlukan oleh tanaman.
Selain itu, pupuk organik aman karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Manfaat jangka panjang akan terasa bila tanaman atau buah yang mendapat pupuk organik dikonsumsi oleh manusia. Saat ini, permintaan pupuk organik terbilang tinggi. Sejak tren makanan organik mencuat, para pembuat dan penjual pupuk organik mengaku kewalahan memenuhi permintaan pupuk organik dari banyak wilayah.
Beberapa produsen memperkirakan persentase kenaikan permintaan pupuk organik di pasar lokal mencapai 20%. "Saya menambah kapasitas produksi pupuk hingga 400 ton per hari," kata Agung yang selama ini mendapatkan pesanan di Pulau Jawa.
Setiap pekannya, Agung mampu menjual 30 botol pupuk untuk ukuran 1 liter dengan harga Rp 150.000. Dari penjualan pupuk cair, Agung mencetak pendapatan Rp 4,5 juta per pekan. Adapun Anthony sebelumnya hanya memproduksi dua ton pupuk per hari. Sejak pertengahan 2010 lalu, ia menambah produksi pupuk hingga 10 ton per hari.
Kapasitas peternakannya yang terbatas membuat Anthony harus mencari pasokan bahan baku pupuk organik dari peternak lain. Anthony mendapat pasokan bahan baku kotoran hewan dari lima peternak di sekitar rumahnya untuk memasok kebutuhan bahan baku.
Saat ini Anthony memasok pupuk organik ke pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Harga jual pupuk buatannya sekitar Rp 300 per kilogram. Sayangnya, Anthony enggan menyebut omzetnya per bulan. Ia hanya bilang, bisnis pupuk organik masih ada peluang untuk tumbuh subur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News