kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Sulistyawati merangkai sampah dapur menjadi uang


Kamis, 23 Desember 2010 / 15:18 WIB
Sulistyawati merangkai sampah dapur menjadi uang


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Sampah dapur di tangan Rr. Sulistyawati dapat menjadi bunga pajangan yang indah. Tak hanya dari kulit bawang merah dan bawang putih saja, ia juga membuat bunga dari putung rokok dan kulit buah. Karya seninya dari limbah rumah tangga tersebut sampai ke Belanda dan Swiss.

Sulistyawati tidak pernah menyangka, hobinya bakal menghasilkan duit yang berlimpah. Sampah dapur yang bertumpuk di rumahnya, seperti kulit bawang putih dan bawang merah, melahirkan ide untuk dirangkai menjadi bunga.

Ia sendiri sampai berdecak kagum dengan hasil karyanya itu. Sehingga, ibu rumah tangga ini mulai menekuni seni merangkai bunga dari limbah dapur yang diciptakan secara tidak sengaja.

Setiap hari, Sulistyawati mengambil sampah dapur dari tetangganya termasuk pengusaha katering makanan di dekat rumahnya. Kegiatannya itu mendapat apresiasi dari tetangga, bahkan seringkali mereka mengantarkan langsung sampah dapurnya ke Sulistyawati. Sampah-sampah tersebut kemudian ia sortir untuk mendapatkan kulit bawang merah dan bawang putih yang masih bagus.

Sulistyawati membutuhkan pasokan kulit bawang yang banyak. Sebab, satu kantong kresek besar kulit bawang hanya dapat menghasilkan 2 karya saja. Tapi, sebelum dirangkai, ia mencuci dan rendamnya dengan air kapur barus selama tiga hari supaya kulit bawang tidak terkena jamur. Setelah itu, "Dijemur di bawah sinar matahari,” kata Sulistyawati yang saat ini berumur 63 tahun.

Setelah kering, kulit bawang dipotong-potong dan dirangkai menjadi bentuk bunga. Kulit bawang saling direkatkan menggunakan lem tanpa pola tertentu. Sulistyawati hanya mengandalkan imajinasi di kepalanya. “Merangkai kulit bawang sama seperti melukis. Harus pakai hati," tuturnya kalem.

Karena pengerjaannya cukup memakan waktu, Sulistyawati tidak bisa memproduksi banyak karya. Sebuah karya bunga mawar atau anggrek dari kulit bawang dapat selesai dalam waktu seminggu. Bahkan kadang hingga dua minggu. Namun, bila suasana hatinya sedang gembira, ia dapat mengerjakan tiga karya dalam seminggu.

Seluruh hasil karyanya dimasukkan dalam kaca berpigura. Sebuah galeri kecil di Jalan Teluk Etna VI No 75 Malang, Jawa Timur menjadi tempat dia memajang seluruh hasil karyanya tersebut.

Karya-karya itu ia jual dengan harga Rp 350.000 hingga Rp 700.000, tergantung kerumitan karya. Ukuran pajangan bunga bervariasi, terkecil 30x30 centimeter dan terbesar 1x1 meter.

Tiap bulan, Sulistyawati bisa melego dua sampai tiga bunga pajangan. Dengan penjualan minimal satu pajangan saja, ia setidaknya mampu memperoleh penghasilan minimal Rp 350.000.

Karyanya semakin tersohor setelah dia mengadakan pameran tunggal pertama kali pada tahun 2003. Dari pameran itu, karya-karyanya dikenal masyarakat dan tersebar dari mulut ke mulut. "Banyak karya saya dijual sampai ke Bali dan Batam. Dari Bali kemudian dibawa ke Belanda," katanya.

Order pun mengalir deras. Ia pernah mendapat pesanan 12 pajangan dengan model sama. Namun, pesanan dari turis Jepang itu terpaksa ditolak lantaran harus kelar dalam waktu terlalu singkat.

Tak hanya membuat karya dari sampah dapur, Sulistyawati juga menghasilkan bunga dari puntung rokok, biji-bijian, dan kulit buah. Contohnya, kulit bengkuang, kacang, biji bunga matahari, biji cabe, biji kurma, dan sisa serutan kayu. "Ada 32 jenis bahan yang saya pakai, termasuk kulit salak dan biji kacang hijau," ujarnya.

Untuk mendapat bahan baku putung rokok, ia mengajak kerjasama perusahaan rokok Sampoerna. Saat ini, hasil karya bunga pajangan dari puntung rokok sudah sampai ke Swiss.

Tapi, Sulityawati mengaku sangat membutuhkan dukungan pemerintah untuk permodalan dan pemasaran. "Saya ingin membangun tempat pelatihan. Banyak orang yang berminat pada kerajinan ini," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×