kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sutikno belum berpikir ganti profesi (2)


Selasa, 12 Oktober 2010 / 10:03 WIB
Sutikno belum berpikir ganti profesi (2)
ILUSTRASI. Cuaca Jakarta


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi

Meski hanya lulusan sekolah dasar (SD), Sutikno piawai menjalankan bisnis. Dia juga tak gampang menyerah. Berkat keuletan dan pengalamannya saat bekerja di Taman Anggrek Ragunan, ia berhasil mengembangkan usaha anggrek. Bermodalkan itulah, dia sukses menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang perguruan tinggi.

Perjalanan pendidikan Sutikno dalam menimba ilmu di bangku sekolah terhitung pendek. Lelaki berumur 49 tahun ini tidak pernah menyelesaikan jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Termasuk saat ikut program pendidikan Kejar Paket B di malam hari.

Toh, Sutikno tidak patah semangat. "Semua yang saya dapat, merupakan hasil dari pengalaman, bukan pendidikan," tandasnya. Karenanya, dia tidak mau keempat anaknya mengalami nasib seperti dirinya.

Segala usaha dia lakukan untuk mengangkat ekonomi keluarga. Alhasil, anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. "Hidup dengan ilmu jadi mudah, dengan seni jadi indah, dan dengan agama menjadi terarah," kata Sutikno bertamsil.

Sampai saat ini, Sutikno mengaku belum memikirkan berganti profesi atau usaha. Bahkan, ke depan ia berencana terus mengembangkan usaha bibit anggrek. Sayangnya, niatnya itu masih terkendala biaya.

Menurutnya, bisnis anggrek tidak pernah mati. Sebab, tanaman ini digemari oleh masyarakat kelas menengah atas. Tak hanya dipakai untuk memperindah taman, anggrek juga bermanfaat sebagai hiasan karangan bunga hingga suvenir perayaan dan dekorasi pesta.

Tapi, Sutikno menyadari permintaan anggrek tergantung dari kondisi ekonomi secara keseluruhan. Apalagi tanaman anggrek adalah hobi yang bisa ditinggalkan kapan saja, ketika ekonomi sedang sulit. Karenanya, selain berniat memperluas pasar, ia juga berharap kondisi ekonomi semakin membaik.

Tak hanya menjual tanaman anggrek, Sutikno juga menyediakan jasa sewa tanaman anggrek. Ia tak khawatir mengenai tanaman anggrek yang rusak. Sebab, di kebun Cikampek dan Sukabumi, dia mempunyai tempat khusus untuk merawat tanaman-tanaman yang rusak.

Berbekal pengalamannya, Sutikno mengetahui seluk-beluk dan perilaku anggrek. Misal, jika tanaman kekurangan air, kebanyakan air atau terlalu banyak kena sinar matahari. "Sebenarnya tidak terlalu susah, tapi kami harus memahami tanaman tersebut," katanya.

Ketika bisnis anturium booming tahun 2006-2007, Sutikno tidak ikut-ikutan latah. "Saya memang juga menjual, tapi tidak meninggalkan anggrek," katanya. Dia mengakui, setelah booming anturium mereda, banyak juga pedagang di sentra anggrek yang penjualannya turun.

Menurutnya, harga anturium yang mencapai jutaan rupiah tidak wajar. Padahal, pasar tanaman anggrek lebih bagus dibandingkan dengan anturium, hingga diekspor ke mancanegara.

Berbeda dengan anturium, anggrek termasuk bunga yang komplet pesonanya. Selain berwarna indah, anggrek memiliki seni perawatan yang khusus. "Harga tanaman anggrek ini terus bertahan dari waktu ke waktu," imbuh Sutikno.

Ketika booming tanaman hias lain, harga anggrek bisa tersalip hingga berkali-kali lipat. Namun, ketika harga tanaman hias kembali normal, harga anggrek tetap stabil dan tidak menurun.

Untuk mendukung penjualan, Sutikno tidak hanya menjual tanaman anggrek ataupun menyewakannya. Ia juga menjual berbagai perlengkapan bertaman yang lain, seperti media tanam, pot bunga, pupuk dan lain-lain.

Dari seluruh pelanggannya, Sutikno lebih banyak menjual anggreknya ke pedagang lain. Selain pedagang tanaman hias, tanaman bunganya banyak diminati oleh perangkai karangan bunga atau florist. "Kalau untuk konsumen eceran, besarnya tidak sampai 5% dari total penjualan," katanya.

Ia sadar, kalau hanya memfokuskan pada konsumen ritel, penjualan anggreknya tidak mungkin berkembang terus. Karenanya, Sutikno tetap melayani konsumen perseorangan yang membeli anggrek untuk diri sendiri. "Saya tidak pernah menyepelekan keberadaan para konsumen ritel ini," ujarnya.

Melalui gerainya di Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan, Sutikno melakukan bermacam cara untuk mempertahankan pasarnya. Seperti, mendekatkan diri dengan konsumen di seluruh Indonesia. Caranya membuat jaringan distribusi kecil yang kini berjalan efektif.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×