kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Sutra Garut masih diminati


Selasa, 28 Agustus 2012 / 19:11 WIB
ILUSTRASI. Olimpiade Tokyo


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

Sejak dahulu, Kabupaten Garut, Jawa Barat sudah terkenal sebagai daerah penghasil sutra. Daerah ini punya industri tenun sutra yang telah ada sejak puluhan tahun silam. Hingga saat ini, perajin tenun sutra di daerah itu masih terus berproduksi.

Beberapa tenun sutra buatan Garut sangat disukai pasar, terutama kain sutera bermotif bunga. Cece Rukmana, salah seorang perajin tenun sutra, bilang, bisnis kain sutera di Garut masih menjanjikan. Apalagi, jika memproduksi kain sutra bermotif. Pasalnya, kain sutra dengan motif masih jarang diperoleh di pasaran.

Sebagian besar kain sutra yang diproduksi pabrik hanya kain sutra polos berwarna putih. Padahal, permintaan kain sutra bermotif sangat tinggi. "Saya biasanya menggunakan motif bunga mawar," jelas Cece.

Cece menjual kain sutra bermotif seharga Rp 350.000 per meter. Dalam sebulan, ia bisa memproduksi hingga 90 meter kain sutra bermotif dengan omzet sekitar Rp 31 juta. Adapun laba bersihnya sekitar 20%. Sebagai pembanding, harga kain sutra polos Rp 95.000 per meter dan kain sutra berwarna Rp 450.000 per meter.

Menurut Cece, permintaan terhadap kain sutra bermotif bunga terus melonjak. Setiap kali mengikuti pameran, pengunjung selalu menanyakan kain sutra dengan motif bunga. Kendati permintaan tinggi, proses pembuatan kain sutra bermotif bunga tidaklah gampang. Butuh waktu minimal satu hari

untuk satu mesin dalam menghasilkan kain sutra bermotif bunga. "Jadi, rata-rata jumlah produksi kain sutra bermotif dalam sehari hanya mencapai tiga meter karena saya punya tiga mesin," ujarnya.

Untuk motif bunga Cece dapat dari seorang desainer asal Bandung. Bahan baku sutra juga dia peroleh dari Bandung dalam bentuk mentah. Harganya sekitar Rp 600.000 per kilogram. Sementara, kalau sutra tersebut sudah direbus, harganya bisa lebih tinggi 25% dari harga mentahnya.

Tapi, Cece mengatakan, acap kali produksinya turun lantaran susah mendapatkan bahan baku. Padahal, permintaan kain sutra terus berdatangan. "Peminat bahan baku sutra ini cukup tinggi di pasaran, tapi persediaannya terbatas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×