kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tatiek persembahkan kampung wisata bisnis bagi UKM


Kamis, 21 Juni 2012 / 14:08 WIB
Tatiek persembahkan kampung wisata bisnis bagi UKM
ILUSTRASI. Bisnis wealth management perbankan masih bertumbuh di paruh pertama tahun ini.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Terdorong untuk memberdayakan pelaku UKM di desanya, Tatiek Kancaniati merintis pendirian Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Dikunjungi sekitar 6.000 orang, omzet total yang didapat pelaku UKM di Tegalwaru mencapai Rp 2 miliar per bulan.

Sejak 2007, Tatiek Kancaniati fokus melakukan pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil menengah (UKM) di Desa Tegalwaru, Ciampea, Kabupaten Bogor. Tatiek sendiri merupakan warga asli desa tersebut.

Ia tergerak memberdayakan para pengusaha kecil di desanya setelah beberapa kali mengikuti pelatihan social entrepreneur leader yang diadakan oleh Dompet Dhuafa. Pelatihan itu sendiri bertujuan untuk membangun jiwa entrepreneur. "Kebetulan suami saya bekerja di Dompet Dhuafa," kata Tatiek.

Guna mempraktikkan hasil pelatihan itu, ia pun mendirikan Yayasan Kuntum Indonesia. Yayasan itu didirikan pada 2007. Lewat yayasan itu, dia mengajak ibu-ibu rumah tangga untuk terlibat dalam usaha pembuatan tas anyaman bambu.

Setahun kemudian, ia juga merintis usaha produksi nata de coco. Usaha ini juga melibatkan warga desa setempat. Ide usaha ini didapat setelah ia melihat banyaknya limbah air kelapa di desanya. "Kebetulan di Tegalwaru ada pabrik selai kelapa. Nah, limbah air kelapanya saya manfaatkan untuk nata de coco," kata Tatiek.

Selain dirinya sendiri, Tatiek juga mendorong warga lain di desanya untuk memproduksi nata de coco. Hingga saat ini, sudah ada tiga produsen nata de coco di Tegalwaru, termasuk Tatiek.

Selain nata de coco, ia juga memproduksi arang briket batok kelapa. Demi kemajuan usahanya, pada 2011 ia mengubah nama yayasannya menjadi Kuntum Organizer.

Melalui yayasan itu, Tatiek menggandeng para pemilik usaha lain di Tegalwaru untuk menjadikan desa mereka sebagai Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Kebetulan di Tegalwaru terdapat belasan unit usaha. Di antaranya usaha peternakan, perikanan, nata de coca, kerajinan tas, kerupuk, dan masih banyak lagi.

Tujuan mendirikan kampung wisata bisnis itu tidak lain untuk membantu mengatasi kendala pemasaran yang banyak dihadapi pelaku UKM di desanya. Upaya itu tidak sia-sia. Ia mengklaim, banyak orang kini mengunjungi desanya. "Kami memberikan pelatihan bagi para pengunjung yang datang," ujarnya.

Setiap pengunjung dipungut bayaran Rp 25.000 untuk mengikuti pelatihan di satu bidang usaha tertentu, lengkap dengan praktik dan tutorial. Sepanjang tahun ini, Tegalwaru telah dikunjungi sekitar 6.000 orang. "Pengunjung datang dari Aceh hingga Papua, baik instansi pemerintah hingga mahasiswa untuk studi banding," imbuh Tatiek.

Banyak juga pengunjung yang kemudian tertarik memasarkan produk UKM dari desa tersebut. Hasilnya? Tatiek bilang, total omzet yang didapat seluruh pelaku UKM di Tegalwaru kini mencapai Rp 2 miliar per bulan. Dengan jumlah penduduk mencapai 12.000 jiwa, sekitar 40%-nya kini terlibat di dalam kampung wisata ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×