kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Untung berlipat dari usaha mendesain ruang sempit apartemen


Senin, 04 April 2011 / 13:47 WIB
Untung berlipat dari usaha mendesain ruang sempit apartemen
ILUSTRASI. Warga melintas di area perumahan bersubsidi di Bogor, Jumat (29/5/2020).


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Perlu strategi berbeda untuk membuat ruangan sempit menjadi nyaman dan tampak lebih luas. Selain pemilihan perabot rumah tangga yang multifungsi, diperlukan juga kesesuaian warna dinding dan furnitur. Untuk itu, jasa desain apartemen studio dan kos diperlukan. Walau masih baru, perkembangan properti di kota besar membuat bisnis ini berkembang

Makin mahalnya ruang hunian di perkotaan, membuat apartemen tipe studio dan kos menjadi pilihan bagi banyak orang. Tidak hanya pekerja perantauan atau komuter dan mahasiswa, ruang sempit berupa apartemen studio juga banyak disasar pasangan muda.

Berkembangnya bisnis apartemen mungil di kota besar seperti Jakarta membuat usaha desain dan dekorasi apartemen studio menanjak. Diperlukan sentuhan berbeda untuk menciptakan ruangan tipe 18, 21, dan 24 menjadi lebih nyaman dan tampak lebih luas. “Gampang-gampang susah mendesain ruang sempit. Baru masuk langsung ketemu dapur,” kata Wilopo Rusmaraji, desainer apartemen studio dari Jendela Putih.

Karena itu, desainer ruang sempit harus mempunyai kreativitas tinggi dalam merancang dan meletakkan furnitur dengan pas. Ia mencontohkan, saat dirinya mengerjakan proyek desain tiga unit apartemen studio di Apartemen Taman Sari, Sudirman, Jakarta, ia banyak berinovasi untuk menjadikan ruang tipe 24 m² itu kelihatan lebih lapang.

Wilopo sudah enam tahun berkeliling mengerjakan desain dan dekorasi apartemen studio di wilayah Jakarta. Untuk memudahkan usahanya, lulusan arsitektur Universitas Indonesia ini mempunyai bengkel produksi perabot rumah sendiri.

Di bengkel itu Wilopo membuat perabot rumah tangga yang ringkas dan multifungsi. “Supaya ruangan tidak terlihat sempit tapi semua perabot bisa masuk,” katanya. Tak semua klien sudah menyiapkan perabot ketika minta bantuannya. Karena itu, bengkel ini menjadi penyelamat jika klien meminta dicarikan perabot yang sesuai.

Unit apartemen studio biasanya terdiri dari kamar tidur, tempat lemari pakaian, meja kerja, dan dapur. Namun banyak juga apartemen studio yang hanya memiliki pantry dengan ukuran kecil. Tiap bagian tersebut dipartisi atau disekat sebagian. Karena itu, diperlukan cara lain supaya furnitur seperti meja bisa dijadikan partisi untuk memisahkan dua bagian ruang.

Selain perabot, pemilihan warna dinding juga harus diperhatikan. “Biasanya klien lebih suka natural seperti coklat. Perlu juga dikombinasikan tema ruangan dengan warna kesukaan klien,” kata Wilopo. Warna cat dinding juga harus sesuai dengan warna furnitur, termasuk jika klien meminta penambahan wallpapaer.

Ia menambahkan, unit apartemen studio biasanya ditempati oleh seseorang yang belum berkeluarga. Selain datang dari pemilik langsung, Wilopo juga banyak mendapat order dari pemilik apartemen yang berniat menyewakan kembali apartemennya.

Workshop Rumah Putih berada di Cinere, Jakarta. Dengan lima orang pegawai, Wilopo bisa menyelesaikan desain dan dekorasi apartemen studio dalam waktu tiga minggu hingga satu bulan. “Perlu waktu lama untuk mendiskusikan desain dengan klien. Itu karena biasanya ada perubahan konsep dua sampai tiga kali,” ujarnya. Diskusi lebih kepada memadukan keinginan dengan dana yang dimiliki. Sebelum diskusi berjalan, Wilopo harus melihat sendiri ruangan apartemen yang akan dibangun.

Dari jasa desain sampai siap ditempati, tarif yang harus dibayar minimal Rp 30 juta per unit. Tarif itu mencakup jasa rancangan ruang, merancang dan pembuatan perabot serta menata ruangan. Dana itu juga termasuk perangkat kompor gas dan tempat tidur. “Tidak termasuk perabot elektronik, seperti kulkas dan televisi. Saya jamin sudah nyaman,” katanya.

Dalam sebulan Wilopo bisa menangani lima proyek desain apartemen studio. Bila 1 proyek bernilai Rp 30 juta, maka dalam sebulan Wilopo bisa mendulang omzet Rp 150 juta. “Sebenarnya banyak, tapi keterbatasan tenaga kerja maka banyak yang ditolak," ujarnya.

Ari Pratomo di bawah bendera Annahape Studio juga berbisnis di bidang desain apartemen studio. Menurut Ari, bisnis ini lebih kepada bagaimana memaksimalkan perabot di apartemen studio. “Misalnya rak buku bisa juga dipakai jadi meja kerja," katanya.

Annahape juga menyediakan perabot rumah tangga, selain menjual jasa desain ruangan. Namun, Annahape yang memiliki workshop di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan ini tidak fokus ke apartemen studio sebab kebanyakan klien yang di tanganinya adalah rumah tinggal. "Dalam sebulan, rata-rata satu pesanan," katanya.

Untuk ruangan ukuran 3 m x 4 m, Annahape memasang tarif Rp 20 juta - Rp 30 juta. Namun untuk apartemen besar dengan ruang tamu, pantry, dan dua kamar tidur tarif yang harus dibayar klien bisa mencapai Rp 80 juta dengan asumsi Rp 30 juta tiap ruangan.

Selain apartemen studio, jasa dekorasi kos juga dirambah Olive Avianca. Gagasan ini timbul setelah Olive menempati kamar kos di Bandung tahun 2000. Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengaku kesulitan mencari benda-benda yang cocok dengan kamar kos. "Teman-teman pun begitu,” Olive bercerita.

Dari gagasan itu, pada tahun 2007, Olive mencoba bisnis dekorasi kamar kos. Tujuannya untuk membantu mahasiswa menciptakan kamar kos yang cocok dengan kesehariannya. “Kamar kos itu amat spesifik. Tidur, makan, kerjakan tugas, bertemu teman, sampai cuci piring, semua dilakukan di kamar,” kata Olive.

Ia mendirikan Sliv di Jalan Dipati Ukur, Bandung. Dia menjadi reseller perabot kamar dan penyedia jasa konsultasi kamar kos.Sliv menjual sprei, karpet, bantal, gantungan tas, dan kantong sepatu yang semuanya hasil rancangan Olive sendiri. Karpet dijual dengan harga Rp 90.000-Rp 170.000, sedangkan kantong sepatu Rp 40.000 - Rp 60.000. Dua produk itulah yang paling banyak diminati konsumen.

Dalam satu bulan, bisa terjual lebih dari 20 karpet dan 20 kantong sepatu. "Rancangan pernak-pernik kos harus sederhana dan multifungsi," katanya. Dalam sebulan, Olive bisa memperoleh omzet Rp 7 juta dari penjualan perabot dan jasa konsultasi dekorasi kamar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×