Reporter: Hendra Gunawan, Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Tahu. Selama ini, salah satu makanan favorit orang Indonesia. Selain harganya terjangkau, kandungan gizi makanan dari kacang kedelai ini juga lumayan komplet.
Itu sebabnya, tidak mengherankan, kalau penjaja makanan tersebut pun terus bermunculan. Baik yang mengusung merek sendiri maupun yang membeli merek waralaba atau kemitraan. Beberapa usaha penjualan tahu yang memakai merek waralaba dan kemitraan di antaranya: Tahu Kripsi Tofuku, Tahu Brintiiik Crispy, Tahu Petis Yudhistira, serta Tahu Kress.
Slamet Raharjo, pemilik waralaba Tahu Krispi Tofuku asal Surabaya, menyatakan, sebagai kudapan sehari-hari penduduk negeri ini, potensi usaha penjualan tahu masih terbuka lebar. Tapi, berjualan tahu belum tentu akan selalu mendulang sukses.
Apalagi, jika tak jeli membidik segmen dan lokasi usaha yang tepat. Sulit rasanya, gerai bisa berlangsung lama. "Di tempat saya juga begitu. Memang ada penambahan mitra, tapi tak sedikit juga yang gulung tikar," katanya.
Lain lagi menurut Alex Satriyo, pemilik waralaba Tahu Brintiiik Crispy. Ia bilang, waralaba tahu bisa berkembang selama pemiliknya bisa menjalankan bisnis dengan benar. Oleh karena itu, keberadaan orang yang tepat di bagian pengembangan bisnis sangat penting. "Itu yang mau saya terapkan," ujarnya.
Nah, dalam tulisan ini, KONTAN mencoba menguraikan kembali kondisi kemitraan atau waralaba tahu yang pernah diulas sebelumnya.
Tahu Kripsi Tofuku
Waralaba milik Slamet Raharjo ini, pernah diulas KONTAN, September 2008. Saat itu, gerainya cuma tujuh buah. Rinciannya, tiga gerai milik sendiri dan empat lainnya kepunyaan mitra. Kini, jumlah gerai Tahu Krispi Tofuku sudah 102 buah yang dioperasikan oleh 80 mitra.
Slamet menjelaskan, pesatnya perkembangan gerai tersebut lantaran usaha tahu miliknya punya banyak kelebihan. Selain renyah, memiliki banyak pilihan rasa sesuai dengan selera konsumen. Ambil contoh, tahu renyah bumbu balado, piza, ayam bakar, daging bakar, keju, saus sambal, serta mayones.
Ia juga menyiapkan sambal khusus yang dapat dicocol sebelum tahu itu dikunyah. Yang paling penting, "Investasinya cukup murah," katanya. Slamet menyediakan dua paket investasi, yakni paket Rp 7 juta dan Rp 8,5 juta.
Untuk paket investasi Rp 8,5 juta, mitra tak hanya bisa menjual tahu, tetapi berhak berdagang teh rosela dan teh hitam racikan Slamet. "Sebenarnya, ada paket ketiga dengan investasi Rp 13 juta. Cuma, tidak laku karena terlalu mahal," ungkapnya. Memang, ia menambahkan, investasi usaha tahu idealnya tidak lebih dari Rp 10 juta.
Keberhasilan Slamet menjaring banyak investor lantaran ia tidak mengharuskan mitra membeli tahu darinya. Selama tahu yang dipakai oleh mitra sesuai standar yang diberikan Slamet, mereka bisa mencari bahan baku sendiri. "Jadi, saya memberikan kemudahan kepada para mitra," katanya berbagi rahasia.
Alasan lainnya, bila semua tahu disuplai dari Slamet, ia juga bakal kerepotan. Soalnya, saat ini, mitranya sudah tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, untuk wilayah Makassar dan Balikpapan jumlah mitra sudah melebihi partner bisnisnya yang ada di Surabaya. "Di kedua wilayah itu masing-masing ada sekitar 10 mitra yang tak hanya punya satu gerai," ujar dia.
Ia pun rajin meracik menu baru agar tak ditinggal pembeli. "Semoga, akhir tahun ini saya bisa mengeluarkan menu baru lagi," katanya.
Tahu Brintiiik Crispy
Waralaba tahu ini pernah dibedah lengkap di Harian KONTAN pada Januari 2009. Kala itu, jumlah gerainya baru 15 gerai. Tapi, sekarang sudah mencapai 50 gerai. "Seharusnya, bisa tumbuh lebih banyak lagi," tutur Alex Satriyo, pemilik waralaba Tahu Brintiiik Crispy.
Alex mengakui, ia belum maksimal mengembangkan waralabanya. Sebab, belum memiliki orang yang khusus mengurus pengembangan bisnis Tahu Brintiiik Crispy. Padahal, peranan orang yang duduk di posisi itu sangat penting bagi perluasan usaha waralabanya. "Saat ini, kami belum mendapat orang yang bisa diandalkan," tutur pria berusia 46 tahun itu.
Sejak diwaralabakan hingga kini, investasi Tahu Brintiiik hanya Rp 9 juta dengan kontrak selama lima tahun. Dalam hitungan Alex, dengan menjual 30 porsi sehari dan margin bersih minimal 25%, modal mitra bakal kembali kurang dari setahun. "Paling pahit, dalam enam bulan sudah balik modal," kata Alex.
Sekadar mengingatkan, Tahu Brintiiik Crispy, adalah tahu putih yang disajikan dengan taburan mayones dan aneka bumbu di atasnya. Nah, bumbu-bumbu tabur itu., misalnya saja, bumbu barbeque, keju, atau balado.
Dalam penyajiannya, tahu ini melalui dua tahap penggorengan supaya rasanya renyah alias krispi. Mmm...
Tahu Petis Yudhista
Usaha penjualan tahu yang dijalankan oleh Wieke Anggarini, juga tidak kalah berkembangnya. Meski baru diwaralabakan pada Mei 2010 kemarin, jumlah mitra Tahu Petis Yudhistira nyatanya telah mencapai tujuh orang.
Padahal, ketika KONTAN mewawancarai tujuh bulan lalu, Wieke belum memiliki mitra satu pun. Tiga gerai Tahu Petis Yudhistira yang ada saat itu, semuanya dioperasikan oleh Wieke.
Banyaknya investor yang tertarik menjadi mitra Tahu Petis Yudhistira, karena tahu yang dijajakannya adalah makanan khas warga Semarang. "Tapi, untuk menyesuaikan pasar di Jakarta, saya modifikasi lagi," katanya.
Agar kekhasan petis semarang tetap terasa, Wieke pun tidak tanggung-tanggung untuk mendatangkan bahan baku petis udang dari Semarang langsung. Maklum, rasa petis semarang yang manis bercampur gurih tersebut berbeda dengan petis dari daerah-daerah lainnya.
Menurut Wieke, sebetulnya, investor yang tertarik untuk menjadi mitra sudah cukup banyak. Hanya, tak semua pengajuan proposal calon mitra disetujuinya. "Target saya kan bukan asal banyak saja, tetapi outlet itu juga harus memberikan profit yang bagus buat mitra. Kami berusaha jangan sampai ada yang gagal," tuturnya.
Makanya, persetujuan lebih diutamakan untuk calon mitra yang mempunyai lokasi jualan yang bagus. Wieke lebih memfokuskan tempat usaha yang ada di pusat perbelanjaan maupun lokasi yang berada di depan minimarket.
Dalam mengembangkan usahanya, Wieke terus berinovasi. Selain menjual tahu petis dalam kotak, ia juga menjajakan petis di dalam kemasan botol. "Petis ini bisa menjadi oleh-oleh atau bumbu masakan seperti petis kangkung," ujar dia. Permintaan produk yang belum lama ditawarkannya ini lumayan banyak. Ia mengaku, setiap hari bisa menjual sekitar 60 petis kemasan dalam botol.
Untuk petis dalam kemasan botol ukuran 250 gram, dilego seharga Rp 20.000. Petis ukuran 350 gram dijual Rp 25.000. "Pembelinya tidak hanya orang yang datang ke gerai saja, tetapi ada juga yang membelinya secara online," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News