kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Melirik manisnya laba dari secangkir kopi


Kamis, 04 November 2010 / 10:38 WIB
Melirik manisnya laba dari secangkir kopi
ILUSTRASI. Tongan Lumbaa Tobing, Ketua Satgas Waspada Investasi


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Kopi. Meski pahit, justru menjadi minuman favorit banyak orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penikmatnya tak hanya golongan tua saja, kawula muda juga mulai menyukai kopi.

Berpegang dari makin banyaknya penyuka kopi tersebut, peluang bisnis terbuka lebar. Banyak penjaja kopi yang menawarkan kemitraan dengan investasi yang enggak gede-gede amat. Cukup merogoh kocek Rp 5 juta hingga Rp 6 juta, Anda sudah bisa menjadi pengusaha kopi.

Berikut dua tawaran kemitraan yang bisa masuk daftar bidikan Anda:


On The Spot Coffee

On The Spot Coffee (OTSC) mulai menjaring mitra sejak Juni 2010. Dalam tempo empat bulan, mereka berhasil menjala 10 mitra.

Sejatinya, Eko Junaidi, pemilik OTSC, mengungkan, OTSC sudah menancapkan kuku bisnisnya sejak 2006 lalu di wilayah Bekasi. Berbekal tekad mengembangkan usaha lebih besar, ia memberanikan diri menawarkan kemitraan. "Karena, kopi adalah minuman yang disukai oleh semua kalangan," ujar dia.

OTSC menawarkan tiga paket investasi. Pertama, paket senilai Rp 3 juta untuk konsep bazar. Kedua, Rp 6 juta untuk gerai atau booth. Ketiga, mini kafe dengan investasi sebesar Rp 16 juta. "Paket investasi ini sudah mencakup peralatan dan training pengenalan produk," ucap Eko.

Keunggulan yang diusung OTSC adalah, kenikmatan rasa kopi racikannya. OTSC memilih bahan dasar kopi arabika dan robusta.

Saat ini, OTSC menjual 12 jenis kopi dengan pelbagai varian, seperti original, blackcoffee, vanila late, dan capuccino. Harga jualnya cukup terjangkau, sekitar Rp 7.000 per cup dengan pilihan panas atau dingin.

Saban hari, untuk paket gerai dengan investasi sebesar Rp 6 juta, Eko dapat menjual rata-rata 35 cup kopi. Dengan hasil penjualan tersebut, omzet yang diraup sekitar Rp 6 juta per bulan. "Jadi maksimal 4 bulan sudah balik modal," ujar pria 34 tahun ini.

Tak cuma kopi, Eko mengonsep gerai kopinya dengan menawarkan menu lain, semisal teh melati dan teh tarik. Ada pula kudapan seperti donat dan brownies. Untuk menu makanan ringan, ia membebaskan mitranya untuk menyediakan panganan tersebut sesuai keinginan. "Namun tetap dengan pengawasan pusat," katanya.

Yodhi Ahyadi, mitra OTCS, optimistis dalam tempo empat bulan ia bisa balik modal. Pada bulan pertama saja, gerainya yang ada di Cileungsi, Bogor berhasil menjual 25 cup per hari. Bulan kedua naik menjadi 30-50 cup per hari. Omzet per bulan yang dikantongi sekitar Rp 5 juta.


Camp Coffee

Mengusung moto Rasa Mantap, Harga Terjangkau, Lulu Candrasari, pemilik Camp Coffee, merintis usahanya bersama sang suami sejak September 2010. "Kalau sedang ngumpul pasti yang dicari kopi dan itu yang membuat saya berani untuk berbisnis kopi," ungkap Lulu.

Sejauh ini, sudah tiga outlet Camp Coffee berdiri di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa timur. Lulu pun mulai menawarkan kemitraan dengan investasi sekitar Rp 5 jutaan. Ia menjanjikan, empat bulan sudah bisa balik modal.

Permintaan sudah datang dari Jakarta dan Kalimantan. "Saya tidak ingin hanya menjual dan mendapatkan untung semata. Bagi saya, mitra jauh lebih penting karena saya mengangap kepuasaan mitra juga salah satu keberhasilan saya membangun usaha menjual kopi," kata Lulu.

Khoerussalim Ikhsan, Konsultan Wirausaha dan Praktisi Bisnis, mengatakan, bisnis kopi memang tengah menjamur karena cukup menguntungkan dan menjanjikan. "Apalagi, jika bisnis ini dimulai di kota-kota besar, karena masyarakat kota sekarang ini telah menjadikan kopi sebagai gaya hidup," ujar dia.

Selain lokasi, menurut dia, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola bisnis kopi. Yakni, pengelolaan sistem, sumber daya manusia, rasa kopi, brand image kopi hingga pemasaran. "Seringkali bisnis kemitraan terhambat dengan bujet yang sedikit," jelas Khoerussalim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×