Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Tri Adi
Meski telah menjadi eksportir mebel yang terbilang sukses, Wahyu Hanggono tidak langsung berpuas diri. Untuk meningkatkan kapasitas produksi perusahaannya, dalam waktu dekat, Wahyu akan membangun bengkel produksi (workshop) terpadu di lahan seluas 4,7 hektare di daerah Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah.
Mengapai sukses di bidang yang digelutinya adalah impian setiap pelaku usaha. Tak terkecuali Wahyu Hanggono. Meski begitu, keberhasilan yang kini dipeluk Wahyu dalam bisnis mebel tidak membuatnya berpuas diri. Ia terus berupaya memperbesar bisnis perusahaannya: PT Aqsa International.
Salah satu rencana besar yang sekarang tengah dirancang Wahyu, yakni membuat workshop terpadu ramah lingkungan di kawasan Sentra Industri Mebel Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah. Di sentra seluas 24 hektare itu, Wahyu akan membangun wokshop di atas lahan miliknya yang mencapai 4,7 hektare.
Wahyu menjelaskan, konsep workshop terpadu tersebut akan berbentuk inti-plasma. Jadi, Aqsa International akan menggandeng sejumlah perajin (plasma) dalam memproduksi mebel. "Jumlah plasma sekitar 25 unit. Dalam satu plasma terdapat sekitar 10 hingga 50 perajin," ungkap dia.
Ada sejumlah alasan yang mendorong Wahyu mendirikan workshop mebel terpadu itu. Ambil contoh, saat ini, usahanya lebih berorientasi ke pasar ekspor. Makanya, dalam memproduksi mebel, selama ini perusahaan Wahyu menjalin kemitraan dengan sejumlah kelompok plasma yang tersebar di wilayah Solo, Jawa Tengah.
Hanya saja, pasokan mebel setengah jadi dari mitra plasmanya itu kerap tersendat. Terutama, ketika ada salah satu plasmanya yang sedang menggelar acara keluarga. "Kalau ada hajatan, mereka meliburkan karyawannya. Masalahnya, liburnya bisa sampai seminggu," seloroh Wahyu.
Menurut Wahyu, kondisi itu jelas menghambat jadwal pengiriman produk mebelnya ke luar negeri. Dus, model kemitraan plasma yang ada sekarang ini, masih menyimpan pelbagai kekurangan. "Sedikitnya, ada lima kelemahan dalam kemitraan tersebut," ujar dia.
Pertama, waktu dan kualitas pasokan mebel tidak terukur. Kedua, kualitas produk juga tidak terukur. Ketiga, lokasi antarplasma berjauhan. Keempat, kualitas bahan baku yang tidak standar. Dan, kelima, ketersediaan bahan baku kurang terjamin karena setiap mitra perajin mebel mencari sendiri.
Nah, melalui sebuah workshop mebel terpadu, Wahyu berniat menghilangkan kelima kelemahan tadi. Kelak, di bengkel produksi itu, ia akan memusatkan penyediaan bahan baku utama dan pendukung, meremajakan mesin yang sesuai standar produksi mebel, dan pelatihan untuk para mitra perajin.
Selain itu, dia juga akan menerapkan sistem manajemen standar operasional prosedur (SOP) dan kualitas kontrol yang terukur dalam memproduksi mebel. Yang tak kalah menarik, workshop terpadu juga didukung lembaga keuangan yang akan memberikan bantuan dana ke para perajin melalui koperasi yang dibentuk Aqsa International.
Wahyu mengatakan, sesuai rencana, workshop terpadu tersebut akan dibangun akhir tahun depan. Waktu pengerjaan konstruksi bangunan memakan waktu 10 bulan hingga 12 bulan. Biaya pembangunannya sekitar Rp 80 miliar.
Dengan kehadiran workshop terpadu, Wahyu mematok target, volume ekspor mebel perusahaannya bisa melonjak dua kali lipat. "Saat ini, ekspor mebel saya rata-rata 25 kontainer per bulan. Setelah ada workshop terpadu, saya menargetkan volume ekspor sebanyak 50 kontainer per bulan,"
harap Wahyu.
Ke depan, ia juga berencana membuat perusahaan induk. PT Aqsa International akan menjadi induk yang akan membawahi PT Indonesia Antique, yang bergerak di bisnis pembuatan mebel desain tradisional khas Indonesia, dan PT Kabana, yang khusus menangani bisnis kerajinan tangan dari bahan baku kayu.
Rencana besar lainnya, Wahyu juga akan memasarkan produk-produknya di pasar dalam dan luar negeri melalui jaringan toko ritel mebel. Melalui jaringan tersebut, ia berharap, perusahaannya bisa menjangkau pasar yang lebih luas. "Dalam lima tahun ke depan, saya juga berambisi untuk mendaftarkan perusahaan saya ke lantai bursa atau IPO," katanya.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News