kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aroma bisnis burger siap saji berbahan baku jamur


Kamis, 19 Mei 2011 / 13:45 WIB
Aroma bisnis burger siap saji berbahan baku jamur
ILUSTRASI. Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau monitor citra satelit cuaca di gedung BMKG, Jakarta, Jumat (10/1/2020).


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Kini, jamur tak cuma bisa diolah menjadi keripik untuk camilan. Berbagai olahan lain jamur seperti burger dan nugget kian laris di pasar. Salah satu produsen produk jamur siap saji di Bandung bisa meraup omzet Rp 30 juta per bulan dari burget, nugget, dan abon berbahan jamur.

Sepuluh tahun lalu, masih banyak orang yang enggan mengonsumsi jamur. Mitos bahwa jamur adalah makanan yang beracun membuat konsumen berpikir bahwa jamur adalah makanan berbahaya. Namun, banyaknya hasil penelitian soal khasiat jamur, serta jenis jamur yang dapat dikonsumsi, membuat masyarakat mulai mengonsumsi jamur sebagai sayur.

Karena kegemaran orang mengonsumsi jamur kian tinggi, berbagai olahan jamur pun bermunculan. Kini, jamur tak cuma diolah sebagai sayur atau sekadar keripik. Siti Achbari, pemilik Jamur Jayagiri di Cisarua, Bandung, mengolah jamur menjadi bahan baku makanan siap saji.

Siti yang juga petani jamur tergerak untuk membuat produk olahan jamur. "Banyak jamur yang tak laku dijual. Daripada mubazir terbuang, saya terpikir untuk mengolahnya," terang Siti. Pertama kali mengolah jamur, Siti membuat nugget.

Ia mengumpulkan jamur yang tersisa kemudian mencuci jamur tersebut, untuk menghilangkan sisa serbuk kayu ketika dipetik. "Setelahnya direbus selama 45 menit, baru kemudian digiling dan dicampur bumbu. Setelah itu dicetak dan dikukus untuk menghilangkan bau khas jamur dan kuman yang menempel pada jamur," terang Siti.

Siti membagikan produk jamurnya tersebut ke pegawai yang bekerja di tempatnya, "Mereka bilang enak," kata Siti yang memulai usaha jamur dua tahun lalu. Wanita yang pernah menekuni usaha katering ini kian bersemangat untuk menciptakan produk olahan jamur.

Lalu, Siti mengembangkan berbagai produk dari jamur, seperti hamburger, bakso, dan abon. Hampir 80% produk tersebut berbahan baku jamur dengan sedikit campuran daging, tepung, dan bumbu untuk membuat rasa jamur terasa lebih nikmat. Siti menjual produk jamurnya dalam bentuk siap saji. Jadi, si pembeli tinggal menggoreng di rumah.

Sementara itu, Kedai Jamur QTA di kota Cimahi, Bandung, menyediakan berbagai olahan jamur yang sudah matang. Pemiliknya, Joyceline Lucardie dan Vini Purnama, menyediakan sajian burger, nugget, dan bakso dari jamur.

Joyceline menyajikan nugget gurih dari jamur yang terasa serat-serat ciri khas dari produk nugget jamur tersebut. "Kami tidak menggoreng jamur ini hingga berkali-kali agar gurih dan terasa seratnya ketika dimakan," terang Vini.

Peminat makanan jamur makin bertambah setiap harinya. Siti menjual produk mentah olahan jamur di harga Rp 25.000 per pak dengan berat 500 gram. Dari penjualan itu, Siti mampu mereguk omzet sebesar Rp 30 juta setiap bulan.

Kedai QTA yang baru beroperasi satu setengah bulan lalu menjual makanan cepat saji dari jamur dengan harga Rp 7.000. Dalam tiga pekan terakhir, Kedai QTA bisa mencetak omzet Rp 3 juta per pekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×