kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba mengebul dari rokok herbal


Kamis, 18 November 2010 / 14:05 WIB
Laba mengebul dari rokok herbal
ILUSTRASI. Kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk


Reporter: Rivi Yulianti | Editor: Tri Adi

Banyak orang menyalahartikan rokok herbal sebagai rokok kesehatan. Anggapan ini pula yang secara tidak langsung turut meningkatkan penjualannya.

Padahal, seperti rokok jenis lainnya, di dalam sebatang rokok herbal tetap terkandung nikotin dan tar. Hanya saja, efek negatif dari zat beracun tersebut dapat diminimalisir dengan kandungan bahan-bahan herbal.

Bagi perokok aktif, mengurangi kecanduan rokok memang susah. Padahal, nikotin dan tar yang terkandung di dalam rokok sangat berbahaya bagi kesehatan.

Memanfaatkan peluang ini, sejak tahun lalu banyak bermunculan perusahaan yang memproduksi rokok herbal, yang diklaim sebagai rokok yang lebih ramah bagi kesehatan. PT RH Indonesia, misalnya, yang gencar berpromosi melalui situsnya www.rokokherbal.com.

Sejak April 2009 lalu, produsen rokok asal Yogyakarta ini meluncurkan tiga varian rokok herbal. Yakni, Rokok Herbal Mild isi 16, Rokok Herbal Kretek isi 12, dan Rokok Herbal Filter isi 12.

Sebenarnya, komposisi dasar rokok herbal sama seperti rokok pada umumnya. Hanya saja, produsen menambah aneka bahan herbal, seperti daun sirih, kayu siwak, madu, sirgunggu, dan teh hijau.

Bahan herbal ini dipercaya mampu menekan kadar nikotin menjadi hanya 0,1 mg dalam tiap batang rokok, yang sudah dibuktikan dari hasil uji lab Kantor Bea dan Cukai setiap tiga bulan sekali.

Bandingkan dengan rokok biasa yang kandungan nikotinnya bisa mencapai 2,8 mg. "Rokok herbal pada prinsipnya tetap racun. Hanya, kadarnya rendah. Bahan herbal mampu mengurangi efek negatif nikotin bagi kesehatan," kata Herman, Direktur PT RH Indonesia.

Meski begitu, penjualan ketiga jenis rokok yang memiliki banderol harga Rp 80.000 per slop isi 10 bungkus, sangat memuaskan. Herman bilang, penjualan rokok buatan RH untuk bulan ini berkisar 700-800 slop. "Kenaikannya dibandingkan bulan lalu mencapai 100%," ujarnya. Sehingga, RH Indonesia bisa mendekap omzet hingga Rp 64 juta.

Tetapi, RH Indonesia menjual rokok herbal terbatas pada member, yang juga berfungsi sebagai jaringan pemasaran. Keanggotaan ini dikoordinir di setiap daerah di Jawa dan Sumatra oleh distributor besar.

Syarat menjadi member cukup membayar pendaftaran sebesar Rp 250.000 dan mengisi lembar aplikasi. "Kami menganggap, target pasar kami adalah para member tersebut. Untuk harga jual dan angka penjualan dari member, kami sudah tidak mengurusinya lagi," kata Herman.

Namun, dari segi harga yang lebih murah ketimbang rokok pada umumnya, ia berasumsi kalangan bawah pun bisa menikmati rokok herbal ini.

Meski masih mengandalkan jaringan keanggotaan, Herman menuturkan, permintaan rokok herbal sangat tinggi. "Prospek bisnis rokok ini sangat bagus," ujarnya.

Cuma, Herman mengungkapkan, perusahaannya masih banyak menemui kendala soal persetujuan cukai. Akibatnya, "Kapasitas produksi perusahaan kami hanya mampu memenuhi 50% dari permintaan saja," ungkapnya.

Herman tak sendirian melenggang di pasar rokok herbal. PD Makmur Jaya Abadi juga memasarkan rokok jenis ini dengan merek Sin. Mereka menawarkan delapan varian: Sin Castro, Sin Majapahit, Sin MDL Mild, Sin Nashuha, Sin New Castro, Sin Platinum, Sin Enjoy, dan Nogososro.

Rokok tersebut dibanderol dengan harga eceran Rp 6.000 hingga Rp 14.000 per bungkus berisi 12 batang.

Heri Widianto, pemilik Makmur Jaya, mengakui dia menjual rokok herbal sebagai rokok kesehatan, meski rokok tersebut tetap mengandung nikotin 0,05 mg. "Rokok ini justru bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh nikotin," klaimnya.

Komposisi rokok Sin sama dengan rokok biasa, yakni tembakau dan cengkeh. Namun, seperti rokok-rokok herbal lainnya, Sin juga memiliki tambahan aneka bahan herbal, seperti daun sirih, kayu siwak, rumput landak laut, dan madu.

Meskipun Sin sudah dipasarkan sejak 2006, namun kenaikan penjualan yang drastis baru terjadi di kuartal II-2010. Sekadar gambaran, penjualan nya bulan ini saja 500-600 slop. "Terjadi kenaikan penjualan 300% dibandingkan kuartal pertama tahun kemarin," kata Heri.

Namun, Makmur Jaya hanya berperan sebagai distributor yang membawahi sekitar 230 agen (reseller) yang tersebar di wilayah Bandung, Jakarta, Madura, dan Sumatra. Rokok yang mereka jual diproduksi oleh UD Putra Bintang Timur di Malang.

Walau penjualan telah melonjak, Heri mengatakan, usahanya menghadapi kendala dalam promosi. "Rokok herbal masih dianggap sebagai racun, sehingga pemerintah membatasi media promosinya. Promosi kami masih sama halnya seperti rokok biasa," kata Heri.

Terlepas dari kontroversi para ahli yang meragukan soal khasiat rokok herbal dan masalah asapnya yang tentu juga masih berbahaya bagi paru-paru, yang jelas harga rokok ini jauh lebih murah dibanding rokok biasa. Alhasil, mungkin rokok ini bisa menjadi alternatif pilihan rokok bagi kalangan bawah yang pasarnya masih sangat besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×