kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meja mozaik berseni dan bernilai tinggi


Jumat, 18 Februari 2011 / 14:51 WIB
Meja mozaik berseni dan bernilai tinggi
ILUSTRASI. IHSG mendaki 0,19% ke level 6.169,59 pada Rabu (16/10).


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Mozaik adalah seni menghias dengan menggunakan kepingan-kepingan kecil batu, keramik, kulit mutiara, porselen dan material lain yang disusun dengan selera tinggi, sehingga menghasilkan karya indah. Jika sebelumnya mozaik dipakai pada hiasan kaca atau lukisan, kini tren mozaik sudah merambah produk mebel. Mozaik terutama digunakan pada produk meja.

Ada dua bentuk meja mozaik. Pertama, meja mozaik yang kepingan-kepingannya berasal dari keramik dan ditempel di permukaan meja. Kedua, meja mozaik yang terbuat dari kepingan-kepingan kayu yang kemudian disatukan jadi sebuah meja.

Imron Syafii, pemilik Lempoeng Mozaik Kaca di Bantul, Yogyakarta memproduksi meja dengan permukaan mozaik dari potongan keramik. Selama ini, ia menjual aneka macam bentuk meja mozaik ke seluruh Indonesia.

Harganya, Rp 450.000 untuk meja dengan ukuran 70x30 cm dan Rp 1 juta untuk meja berukuran 80x30 cm. Setiap bulannya, Imron mampu menjual 30 meja mozaik.

Menurut Imron, harga meja mozaik memang lebih mahal dibandingkan dengan harga meja kayu biasa. Soalnya, meja dengan permukaan kepingan-kepingan keramik itu lebih indah, memberi kesan artistik, dan membuat ruangan menjadi lebih hidup. Pembuatannya pun lebih lama. Untuk mengerjakan sebuah meja mozaik secara manual , Imron menghabiskan tiga sampai lima hari.

Proses pembuatan mozaik diawali dengan penentuan motif. Namun, imajinasi yang tinggi dan rasa seni belum cukup untuk mempercantik meja. "Membuat mozaik harus memiliki kesabaran dan ketekunan agar menghasilkan karya seni yang bernilai tinggi," tutur Imron.

Untuk mempermudah penempelan kepingan keramik sesuai dengan desain, perlu ada kerangka motif yang digambar pada permukaan meja. "Kalau satu saja salah menempel kepingan maka harus dirombak ulang," ungkap Imron.


Proses alami

Setelah kerangka motif digambar, perajin bisa mulai menempel keramik. "Sketsa lebih dulu diberi lem, tempelkan kepingannya, lalu dikeringkan," jelas Imron.

Ada alasan mengapa pembuatan meja mozaik cukup lama. Perekatan dan pengeringan lem dilakukan alami. Kepingan keramik yang sudah menempel di permukaan meja tidak boleh dipalu, tapi dikeringkan di bawah terik matahari agar gambar sketsa terlihat lebih hidup. Selain itu, perekatan tanpa palu memastikan keramik-keramik itu tidak rusak.

Imron menuturkan, hal penting lain yang tidak boleh terlewat dalam proses produksi meja mozaik adalah pemilihan bahan baku keramik. Meski bisa berasal dari keramik bekas, pemilihannya tidak boleh sembarangan. Karena bakal ditempel di permukaan meja, maka keramik harus yang memiliki warna terang.

Sebelum proses penempelan di permukaan meja, keramik harus dibersihkan terlebih dahulu. Lalu, dipisahkan berdasarkan warna, baru dipotong-potong dengan ukuran 1 hingga 2 cm. Setelah itu, keramik direndam dengan air keras selama sehari dan dikeringkan. Kalau perlu, permukaan keramik digosok-gosok supaya lebih kinclong.

Beda dengan Imron, Hardono, pemilik Anindya Furnicraft, membuat meja mozaik dengan menyusun potongan-potongan kayu menjadi meja. "Agar meja kami terlihat unik, pada proses pembuatan kami memotong kayunya menyamping seperti talenan," katanya. Talenan merupakan alas untuk mencacah atau memotong bahan-bahan masakan.

Tak heran, meja mozaik produksi Anindya Furnicraft memang seperti talenan. Permukaan meja mozaik mereka memang sengaja dibuat tidak rata agar lebih alami.

Sebelumnya, Anindya Furnicraft hanya membikin meja dengan desain standar. Namun, saat pasar mulai turun, pada 2009 Anindya berinovasi dengan produk mozaik sehingga penjualannya naik.

Hardono membuat meja mozaik dari kayu jati dan mahoni. Selain sudah populer, kedua kayu ini terkenal dengan kekuatannya. Kayu jati dan kayu mahoni juga jenis kayu yang tidak gampang jamuran. Makanya, para pembeli dari luar negeri lebih memilih meja berbasis kedua jeni kayu itu. Mereka pun berani membayar dengan harga lebih mahal untuk mendapatkan meja mozaik berbahan baku kayu jati dan mahoni.

Hardono rutin mengirim produk meja mozaiknya ke Prancis setiap bulan. "Target kami menyasar pasar Amerika Serikat dan Belanda karena dua negara ini telah berminat dan hampir dalam tahap negosiasi," ujar Handono.

Meski tenar di pasar internasional, Handono tetap menjual produknya di dalam negeri. Untuk pasar lokal, ia lebih banyak memakai bahan baku dari kayu mangga yang lebih murah. Kebanyakan pelanggan lokal meja mozaik Anindya Furnicraft berasal dari Yogyakarta dan Magelang. Dengan harga jual Rp 300.000 hingga Rp 4 juta, Anindya Furnicraft bisa mencetak omzet Rp 60 juta per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×