kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra susu Lembang: Desa Langansari, penghasil susu tertua di Bandung (1)


Senin, 09 Mei 2011 / 14:48 WIB
Sentra susu Lembang: Desa Langansari, penghasil susu tertua di Bandung (1)
ILUSTRASI. Petugas memperlihatkan emas logam mulia di salah satu gerai penjualan emas di Jakarta, Kamis (23/7). Harga Antam sudah hampir mencapai Rp 1 juta per gram./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/23/07/2020


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Susu adalah satu dari sekian banyak minuman yang sering dikonsumsi manusia. Selain rasanya yang lezat, susu juga mengandung banyak nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh manusia. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil susu segar terbesar di dunia.

Kampung Suka Mulya, Desa Langansari Buka Negara, Kecamatan Lembang, menjadi salah satu desa penghasil susu terbesar di kawasan Bandung. Mayoritas penduduk di sini pun beternak sapi.

Memasuki kawasan Maribaya yang menjadi akses jalan utama menuju Desa Langansari, Buka Negara, suasana peternakan sapi sangat terasa. Sejauh mata memandang tampak hamparan lahan hijau dan sapi-sapi yang tengah asyik merumput.

Di Desa Langansari ini terdapat dua kelompok pemerah sapi. Dua kelompok itu dibedakan berdasarkan letak rumah mereka. Penduduk yang beternak sapi di bawah bukit disebut Peternak Sapi Bawah. Sedangkan, penduduk yang beternak sapi di area tanjakan ke arah bukit disebut sebagai Peternak Sapi Atas.

Ketika KONTAN menyusuri rumah-rumah penduduk yang beternak sapi di bawah bukit, dari luar, sudah terlihat beberapa sapi peliharaan penduduk. Para peternak sapi Langansari ini menempatkan sapi peliharaan mereka dalam satu kawasan di halaman rumah mereka.

Nunung Mulyana, peternak sapi setempat, menuturkan, selain untuk menghemat biaya, lokasi peternakan di halaman rumah supaya lebih mudah melakukan pengontrolan dan pemerahan susunya. “Kalau beda-beda tempat, takut sapi-sapi ini raib,” tutur lelaki yang tahun ini berusia 33 tahun.

Mereka membangun kandang sapi secara terbuka di pekarangan rumah. Nunung yang memiliki delapan sapi perah pun membangun kandang sapi berukuran 10 x 3 meter persis di sebelah rumahnya.

Menelisik sejarah Desa Langansari, sejak awal, penduduknya memang menggantungkan hidup dari beternak hewan. Minah Komalasari, peternak sapi perah, menceritakan, sekitar 20 tahun lalu, belum banyak masyarakat yang beternak sapi. “Kebanyakan mereka beternak kuda karena di Lembang terkenal sebagai kawasan wisata,” tuturnya.

Aan, suami Minah yang juga merintis peternakan sapi di Langansari, coba-coba beternak sapi. Selain merasa lingkungan desa itu cocok untuk beternak sapi, pakan yang menjadi modal utama beternak sapi juga mudah t diperoleh. Minah bersama sang suami dan adik iparnya pun bahu membahu membeli dua ekor sapi perah.

Masyarakat Desa Langansari memang turun temurun beternak sapi. Ada yang mendapatkan warisan dari keluarganya. Tapi tidak sedikit pula yang memulai sendiri usahanya.

Nunung, misalnya, meneruskan usaha sapi perah milik orang tuanya, selepas dari bangku SMA. "Usaha susu ini menggiurkan dan tak perlu keahlian khusus," katanya. Sejak kecil, Nunung memang sudah terbiasa membatu orang tuanya memelihara sapi.

Kini, ia pun menjabat sebagai ketua kelompok sapi Buka Negara yang menaungi 35 peternak sapi. Nunung menghitung, jumlah peternak sapi di Desa Langansari sendiri terbilang ratusan. Di desa Langansari, berdiam 300 kepala keluarga yang memelihara sapi perah.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×