Sumber: Kontan 10/1/2013 | Editor: Havid Vebri
Sejak tahun 1992, Suminah terdorong untuk memperjuangkan nasib para buruh batik di kampung tempatnya tinggal Dusun Konang Kebon, Bayat, Klaten. Saat itu, banyak buruh batik yang terjerat para rentenir.
Akibat maraknya renternir, Suminah melihat banyak sekali warga yang terlilit utang dengan bunga mencekik leher. Mayoritas warga tersebut merupakan buruh batik dan kebanyakan perempuan.
Untuk memberantas aksi para renternir ini, Suminah pun mendirikan sebuah koperasi simpan pinjam bernama Ubi Sidomukti. Ide ini ia dapat setelah sebelumnya sempat menjadi anggota sebuah koperasi simpan pinjam di dusun lain. Ia melihat koperasi ini bisa juga diterapkan di desanya.
Dengan meniru konsep koperasi di dusun lain, ia menerapkan bunga pinjaman sebesar 2% per bulan. Namun, ia menghimbau, uang pinjaman itu digunakan buat modal usaha membuat batik. "Kalau berutang, anggota saya suruh untuk membeli kain mori dan keperluan membatik," tuturnya.
Setelah kain batik jadi dan laku, baru mereka membayar cicilan. Suminah sendiri menjadi pedagang pengumpul (pengepul) batik bayat dan dipasarkan ke pelbagai kota, termasuk Jakarta.
Dengan Suminah menjadi pengepul, para pembatik tidak kesulitan menjual produknya. Seluruh anggota koperasi merupakan ibu rumah tangga.
Harapan Suminah, koperasi ini membantu menyejahterakan perekonomian warga di desanya. "Di desa itu ada istilah istri itu konco wingking (mitra di belakang), saya tidak ingin seperti itu," tuturnya.
Suminah ingin para ibu turun berperan dalam dunia usaha dan pengembangan batik di desanya. Kini, Suminah telah merintis beberapa kelompok simpan pinjam serupa di desanya.
Selain dapat menyimpan dan meminjam, para anggota kelompok juga memperoleh sisa hasil usaha (SHU). Selain itu, ada pula tunjangan bagi anggota yang sakit atau meninggal.
Bahkan, sebelumnya, pernah ada tunjangan berobat gratis di puskesmas. Namun, sejak ada program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), tunjangan itu dihapus.
Atas seluruh upayanya meningkatkan kesejahteraan warga kampungnya ini, tahun 1996, Suminah pernah diundang ke Bangkok untuk studi banding dan mengikuti Human Home Worker Conference yang diadakan oleh Organisasi Buruh Internasional alias The International Labour Organization (ILO).
Setelah itu, ia juga diundang ke Chiangmai, Thailand untuk acara serupa. Sementara pada 2006, Suminah pernah memperoleh juara III motivator tebaik dari organisasi Bina Swadaya.
"Meski saya hanya lulusan SD kejar Paket A, saya ingin meningkatkan kesejahteraan warga desa saya," ujar Suminah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News