Reporter: Izzatul Mazidah, Rani Nossar, Silvana Maya Pratiwi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Makanan berbahan baku mi kerap dijadikan menu pilihan pengganti nasi. Kuliner asal negeri China ini kini makin banyak variasi dan pilihan rasanya. Harga jualnya yang terjangkau plus mengenyangkan membuat menu mi, khususnya bakmi selalu dicari.
Itu sebabnya makin banyak gerai makanan yang menawarkan menu ini. Tidak sedikit dari mereka yang membuka kemitraan usaha. Sebut saja Mie Ayam Grobakan, Mie Kota Batavia dan Mie Ayam Sehat.
Lantaran persaingan usaha makin sengit, beberapa pelaku usaha tidak agresif mengembangkan kemitraan usaha. Bahkan ada juga yang sengaja menyetop penawaran usaha untuk membenahi manajemen. Namun, ada juga yang jumlah mitranya melejit.
Untuk mengetahui perkembangan dan tantangan usaha bakmi, mari simak ulasan ketiga kemitraan usaha itu.
Mie Ayam Grobakan
Usaha bakmi asal Depok, Jawa Barat ini berdiri sejak tahun 2010. Ketika KONTAN mengulas usaha ini Juli 2013, jumlah gerainya sudah ada sebanyak 197 gerai yang tersebar di Jabodetabek, Medan, Pekanbaru, Palangkaraya, Semarang, dan Yogyakarta. Selang dua tahun, perkembangan usaha Mie Ayam Grobakan tetap positif. Saat ini gerainya bertambah menjadi 281 gerai. Dari jumlah tersebut milik induk usaha hanya ada satu gerai di Depok.
Sigit Purwanto, Staf Administrasi Kemitraan Mie Ayam Grobakan bilang, banyak perubahan yang terjadi pada kemitraan ini. Salah satunya adalah nilai investasi yang meningkat dari sebelumnya sebesar Rp 5 juta menjadi
Rp 8,5 juta. Dengan nilai investasi itu, mitra mendapatkan gerobak, meja dan bangku, peralatan usaha lengkap, seragam karyawan, alat promosi, juga bahan baku awal.
Menu Mie Ayam Grobakan masih mengandalkan rasa original. Namun ada beberapa inovasi terbaru seperti rasa mi lada hitam, rica-rica, saus rendang, saus spagheti, dan saus kari. Harga bahan baku yang merangkak naik membuat harga jual pun naik. Dari sebelumnnya dibanderol mulai Rp 7.500 per porsi, saat ini harga jual sekitar Rp 9.000 hingga Rp 11.000 per porsi.
Sigit bilang, usaha besutan Wahyu Indra ini sukses menambah mitra sejak 2010 karena tetap aktif melakukan kegiatan promosi di website, dan di berbagai media sosial.
Meski begitu, mereka masih menemukan kendala usaha yakni seputar ketersediaan SDM. Terkadang banyak karyawan yang tidak loyal dan berhenti di tengah jalan. Sehingga manajemen harus mencari karyawan baru dan melatih dari awal yang kerap memakan waktu lama.
Lantaran sudah memiliki mitra yang cukup banyak, manajemen usaha ini tidak menargetkan jumlah penambahan mitra. "Kami hanya akan menjaga kualitas mitra yang serius dalam menjalankan bisnis," kata Sigit.
Mie Kota Batavia
Usaha bakmi di bawah naungan PT Naga Jaya Sejahtera ini bisa dibilang bukan pemain baru. Mie Kota Batavia berdiri tahun 2010 di Jakarta dan berada satu grup dengan Bakmi Naga.
Mie Kota Batavia menawarkan bakmi ayam kecap, bakmi ayam kampung, bakmi daging kambing, bakmi bakso ayam dan bakmi daging sapi. Sejak awal 2011, Mie Kota Batavia menawarkan kemitraan dan hasilnya cukup positif.
Ketika KONTAN mengulas usaha ini pada awal Juli 2014, jumlah gerai yang sudah berdiri ada 12 gerai yang tersebar di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Ternate, Maluku. Setahun berselang, gerainya hanya bertambah satu di Denpasar, Bali. Sehingga sekarang total ada 13 gerai yang semuanya milik mitra.
Susanti Widjaya, Direktur Utama PT Naga Jaya Sejahtera menyampaikan, Mie Kota Batavia memang dibuka hanya untuk mitra. Gerai sendiri yang dibuka perusahaan menggunakan merek lain yakni Bakmi Naga," katanya.
Susanty mengaku tidak menambah mitra dengan tergesa-gesa sebab ingin menjaga kualitas kedai yang sudah ada. Manajemen cukup selektif menambah mitra karena tidak mau ada kedai yang sampai tutup. "Oleh karena itu kita memang mencari mitra yang memiliki hasrat di bidang kuliner khususnya bakmi ini," kata dia.
Pada saat menawarkan kemitraan, Susanty menawarkan paket sebesar Rp 75 juta. Hingga kini paket investasi tidak berubah. Dari nilai investasi tersebut, mitra bisa memilih tipe usaha, yakni dengan motor roda tiga, tipe gerobakan, atau tipe semi rumah makan. "Mitra sekarang banyak yang memilih tipe semi rumah makan," ujarnya.
Saat ini, Mie Kota Batavia lebih fokus mencari mitra di luar Jabodetabek. Sebab pelaku usaha mi ayam di area Jakarta dan sekitarnya sudah terlalu banyak. Oleh karena itu, ia juga sedang menyasar beberapa kota juga di luar Jawa dengan area di sekitar ruko.
Susanty mengaku tidak memiliki target penambahan mitra sepanjang tahun ini. Yang jelas dia ingin mitra Mie Kota Batavia tumbuh secara organik dan berkualitas.
Mie Ayam Sehat
Berbeda dengan dua usaha lain, usaha milik Maryati Catursari yang berpusat di Depok, Jawa Barat ini sedang mengalami mati suri. Manajemen Mie Ayam Sehat sejak setahun terakhir ini sedang menghentikan tawaran kemitraan ke masyarakat.
Memang sejak usaha ini dibuka pada tahun 2010, perkembangan gerai tidak sesuai harapan. Tahun 2012 lalu, Mie Ayam Sehat sudah memiliki enam gerai, termasuk dua gerai milik pusat.
Pertengahan tahun 2013, dua gerai milik mitra usahanya sudah berhenti beroperasi, sehingga hanya tersisa empat gerai yang masih berjualan. Rinciannya, dua gerai milik mitra dan dua gerai sisanya milik pusat. Lokasinya juga masih di sekitar Depok dan Tangerang.
Lantaran kondisi bisnis di gerai yang masih bertahan makin sulit, dua gerai milik mitra pun akhirnya tutup. Namun dua gerai miliknya masih bertahan hingga kini.
Maryati beralasan, kendala utama yang membuat gerainya sulit berkembang adalah sulitnya mendapatkan karyawan untuk membantu operasional gerai. "Mitra maunya saya juga yang menyediakan karyawan," jelasnya pada KONTAN.
Karena kesulitan mencari SDM itulah, Maryati sudah tidak lagi berpromosi dan menjaring mitra sejak setahun lalu. Namun ke depannya, Maryati berniat membuka kembali kemitraan mi ayam miliknya. Sayangnya, dia belum menyebutkan kapan tepatnya taawaran kerjasama tersebut akan dibuka lagi. Saat ini dia sedang memperbaiki sistem manajemen.
Sekadar informasi, Mie Ayam Sehat tadinya menawarkan kemitraan usaha dengan nilai investasi sebesar Rp 15 juta. Dengan modal tersebut, mitra mendapatkan satu unit booth, perlengkapan memasak, perlengkapan promosi, bahan baku, pelatihan, dan perlengkapan tambahan lainnya.
Dalam sehari mitra dipatok dapat menjual sekitar 30 mangkung sampai 35 mangkuk, sehingga dalam waktu lima bulan hingga enam bulan, mitra diperkirakan sudah bisa balik modal.
Meski gerai mitra tidak berjalan, tidak berarti gerai pribadinya tidak berkembang. Setahun belakangan ini, Mie Ayam Sehat menjual menu baru yaitu mie hotplate kangkung dan mie hotplate lada hitam. Harga jual menu saat ini berkisar Rp 12.000 hingga Rp 20.000 per porsi.
Maryati bilang, sampai saat ini produk mie sehat miliknya belum kehilangan konsumen. Hanya saja, kendala SDM yang membuat kemitraannya tidak berkembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News