Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi
Bisnis korek api tak pernah padam di negeri ini. Maklum, permintaannya terus tumbuh saban tahun. Para pemain baru pun bermunculan. Untuk merebut pasar, mereka mengemas korek api dengan desain menarik. Seperti desain tokoh gitaris dunia, untuk mengincar konsemen kalangan pecinta musik.
Bagi perokok atau ibu rumahtangga, keberadaan korek api menjadi sebuah kebutuhan mutlak. Karena itu, ketika jumlah perokok di negeri ini terus meningkat, bisnis korek api pun kian menyala, baik korek api batang kayu maupun korek api gas.
Dengar saja pengakuan Wawan, pemilik CV Sejahtera Group di Mojokerto, Jawa Timur. Menurutnya, pertumbuhan penjualan korek api juga didukung makin menjamurnya jumlah tempat hiburan seperti kafe hingga hotel di dalam negeri. "Permintaan korek dari tahun-ketahun terus mengalami peningkatan," katanya.
Hanya, lanjutnya, peningkatan permintaan pemantik api itu juga diikuti oleh penambahan jumlah pemain. Meskipun terjadi lonjakan permintaan yang cukup tinggi, omzet penjualan yang dinikmati masing-masing produsen tidak meningkat pesat.
Toh, Wawan mengaku, saban pekan pabriknya masih mampu memasok 31.000 korek api berbahan bakar gas. Dia menjual korek api tersebut dengan harga yang bervariasi. Mulai dari Rp 350 hingga Rp 700. Harga jual itu tergantung pada seberapa ketat tingkat persaingan penjualan di masing-masing wilayah penjualan.
Semakin sedikit pemain di wilayah itu, maka korek api bisa dijual dengan harga tinggi. Namun, jika di wilayah itu memiliki banyak produsen korek maka harga jual korek milik Wawan menjadi lebih rendah. Sehingga, produknya bisa bersaing.
Meski persaingannya cukup ketat, Wawan mengaku, omzet yang diraupnya setiap bulan tidak kurang dari Rp 50 juta. Dari hasil penjualan sebanyak itu, ia bisa mengambil margin keuntungan antara 10%-50%.
Selain banyaknya jumlah pemain lokal, menurut Wawan, produk korek api asal China juga membanjiri pasar. Seperti harga produk-produk asal China lainnya, korek api buatan negeri itu juga dijual lebih murah ketimbang buatan lokal.
Menurut Saut Lubis, produsen korek api di Bandung, peluang usaha di bidang ini tetap terbuka meskipun saat ini persaingan bisnisnya semakin memanas. Syaratnya, produsen jeli memilih segmen pasar.
Contoh saja yang dilakukan Saut. Ia membidik pasar pengguna korek api untuk kalangan dan komunitas tertentu. Salah satu komunitas yang menjadi incarannya yaitu para pecinta musik.
Berdasarkan target tersebut, Saut mendesain kemasan korek api kayu buatannya dengan gambar wajah musisi dan gitaris mancanegara yang terkenal. Ada yang bergambar Kurt Cobain, Jimi Hendrix, Jim Morrison, dan Robert Plant.
Menurut Saut, dengan gambar wajah-wajah musisi itu, korek apinya terlihat lebih klasik dan gaul. "Desain kemasan ini juga dapat mencirikan identitas pemakainya," katanya. Selain membuat korek api yang menyasar pecinta musik, pria yang baru menggeluti usaha ini sejak enam bulan lalu itu juga berencana membuat kemasan korek api yang khusus bagi pecinta olah raga hiking.
Tak hanya itu, Saut berencana membuat korek api yang lebih eksklusif. Caranya dengan memproduksi satu desain korek api dalam jumlah yang terbatas.
Jadi, setiap kemasannya bisa lebih bernilai dan layak untuk dikoleksi. "Setiap kali produksi, saya tidak akan menggunakan desain yang sama," kata pria yang juga berprofesi sebagai desain grafis itu.
Agar daya tahan kemasan korek lebih lama, Saut menggunakan kertas jenis mengkilap. Walhasil, gambar yang tercetak di kemasan itu tidak mudah luntur.
Saat ini Saut mampu menjual sekitar 5.000 unit korek api setiap bulan. Korek api kayu yang berisi sekitar 40 batang korek itu dibandrol seharga Rp 1.000 per kotak. Jika ada yang membeli dengan jumlah lebih dari 100 kotak, dia bersedia memberikan harga khusus untuk konsumen tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News