kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,64   -17,87   -1.91%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bunga bisa layu, bisnis bunga kering tetap segar (bagian 2)


Sabtu, 15 Juni 2019 / 11:15 WIB
Bunga bisa layu, bisnis bunga kering tetap segar (bagian 2)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekstur bunga yang sudah kering dan lusuh acapkali membuat keindahan bunga menjadi luntur dan menjadi sampah. Tapi, dengan kreativitas, bunga yang sudah kering justru bisa menjadi bahan baku buklet bunga kering hingga ragam aksesori dari bunga kering.

Aktivitas inilah yang digeluti oleh Kartika Puspasari Kusnadi, pemilik Magnolia Dried Flower dan Nikita Nathani, pemilik Pretty Preserves. Kedua perempuan ini sama-sama bergelut di bisnis bunga kering. Meski sama-sama terjun di bisnis serupa, tapi kedua wanita ini punya cara yang beda untuk membuat bunga segar menjadi kering.

Contohnya Kartika, ia menggunakan metode pengeringan dengan mesin pengering. Tujuannya adalah supaya proses pengeringan bunga menjadi lebih cepat dari cara konvensional dan tekstur warna tidak terlalu tergerus. Ia juga memakai cara konvensional dengan memanfaatkan udara dan silika. "Jadi mixed keduanya," kata Kartika kepada KONTAN.

Sedangkan Nikita lebih memilih memakai cara konvensional alias alami. "Saya memakai buku, yakni menaruh bunga didalam buku dan didiamkan selama dua minggu," katanya kepada KONTAN.

Nikita mengklaim, hasil yang didapat dengan metode pengeringan secara alami bisa tahan lama ketimbang cara yang lain. Yakni bisa mencapai 10 tahun. Supaya tekstur dan bentuk dari bunga kering ini tetap utuh, para perajin, baik itu Nikita dan Kartika, melindungi aneka produk bunga kering, seperti buklet bunga dengan wadah kaca.

Sedangkan untuk bahan baku bunga, kedua pemain mengaku semua jenis bunga bisa menjadi bahan baku bunga kering, terutama untuk membuat buklet bunga. Untuk produk aksesori, biasanya menggunakan bahan baku dari bunga yang berukuran kecil-kecil.

Untuk pemasaran, Nikita masih mengandalkan pemasaran secara digital dengan memanfaatkan media sosial seperti Instagram. Kalau Kartika justru sudah memanfaatkan kedua jalur pemasaran, baik itu online maupun offline dengan adanya workshop yang ada di bilangan Gading Serpong.

Hasilnya, jalur pemasaran Kartika kini sudah menjangkau seluruh Indonesia. Lantaran ada juga pesanan dari luar negeri yang belum bisa ia realisasikan, ia pun berencana bisa menjangkau pasar luar negeri. Namun, ia tidak merinci waktu persis ekspansi pasar tersebut.

Yang jelas, dirinya harus terus bisa berinovasi, terutama dari sisi produk. Ia pun berupaya untuk bisa menciptakan dua produk baru dalam setahun untuk bisa menjaga persaingan bisnis dengan sesama pemain bunga kering. Sedangkan Nikita berencana mempunyai toko offline.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×