kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dari Klaten, kotak rokok Slamet merambah Malaysia, Iran, dan India


Selasa, 11 Januari 2011 / 13:53 WIB
Dari Klaten, kotak rokok Slamet merambah Malaysia, Iran, dan India


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Pelbagai aksesori bagi perokok terus bermunculan. Yang juga digemari adalah kotak rokok yang terbuat dari kayu dengan motif etnik. Salah satu pembuatnya adalah Slamet Widodo asal Klaten, Jawa Tengah. Dengan omzet Rp 110 juta per bulan, kotak rokok kayu sudah mendarat di sejumlah negara, seperti Malaysia, Iran, dan India.

Slamet Widodo mulai menekuni bisnis pembuatan kotak rokok kayu sejak 1997. Pria asal Klaten, Jawa Tengah ini melihat peluang usaha yang terbentang luas. Waktu itu, produk sejenis masih jarang. "Selain fungsi, motifnya unik sehingga banyak dicari," kata lelaki berumur 44 tahun ini.

Saat itu, dengan modal Rp 5 juta, Slamet memulai usaha kotak rokok dari kayu. "Awalnya sangat berat. Satu tahun pertama kadang jalan kadang tidak," kenangnya yang ketika itu memakai rumahnya sebagai bengkel produksi. Keinginannya menciptakan lapangan kerja di tanah kelahirannya turut mendorong semangatnya.

Dengan kerja keras, saat ini, dia telah mampu mempekerjakan 30 pegawai. Melalui bendera Shely Handycraft, Slamet juga mempunyai 25 perajin mitra yang tersebar di Klaten dan Wonogiri.

Sebagian besar perajin itu adalah mantan pekerjanya yang mendirikan usaha sendiri, namun punya kewajiban memasok produknya ke Shely Handycraft. "Saya bantu mereka dengan peralatan," ujar Slamet.

Karena permintaan semakin banyak, Slamet juga menyewa tempat untuk bengkel produksinya. Slamet mempelajari teknik pembuatan kotak rokok kayu secara otodidak melalui buku. Ia juga banyak mengikuti pameran produk kerajinan untuk mengetahui motif-motif apa saja yang lagi tren. Apalagi, pameran juga menjadi tempat yang bagus untuk berpromosi.

Pria ini memilih kayu sonokeling dan mahoni untuk menghasilkan kotak rokok yang unik dan berkualitas. Soalnya, kedua jenis kayu itu memiliki tekstur yang indah, kuat, dan awet ketimbang kayu lain. "Memang proses pemahatan atau pengukiran tidak mudah, namun di situ letak tantangannya," ujarnya. Ia biasa mendapat bahan baku dari Klaten dan Yogyakarta.

Slamet mengukir bermacam motif di kotak kayu buatannya. Contoh, motif melayu, kaligrafi, jawa, dan merek rokok terkenal. Motif-motif menarik itu sangat penting untuk menambah nilai jual produknya.

Kotak rokok menjadi unggulan Shely Handycraft dari pelbagai produk kerajinan kayu lainnya buatan Slamet, seperti miniatur motor Harley Davidson, kapal pesiar, becak, pesawat terbang, helikopter, dan mobil-mobil antik.

Beraneka produk kerajinan Shely Handycraft sudah dipasarkan ke seluruh Jawa, Bali, Sulawesi, dan Sumatra. Bahkan, mulai tahun lalu, Slamet mengekspor kotak rokok kayu bikinannya ke Malaysia. "Dulu pertama kali paling jauh hanya ke Bali," ungkap Slamet.

Harga kotak rokok kayu buatan Slamet cukup murah, mulai Rp 6.000 sampai Rp 15.000. Dari menjual kotak rokok kayu, ia mampu mengantongi omzet per bulan sebanyak Rp 110 juta.

Penghasilannya kian gemuk jika digabung dengan seluruh penjualan produk kerajinan lainnya yang total mencapai 15.000 unit. Slamet dapat meraup omzet hingga Rp 160 juta per bulan.


Harga produk kerajinan lainnya, ia jual mulai Rp 5.000 sampai Rp 500.000. "Permintaan akan meningkat pada saat liburan Lebaran, Natal, Tahun Baru, dan liburan panjang sekolah," ujarnya.

Tapi, semua hasil itu tak lantas membuat Slamet berpuas diri. Dia ingin produk kerajinannya mendarat di banyak negara. Saat ini, Slamet sedang menjajaki kerjasama dengan pengusaha Iran dan India. "Mereka membeli sekitar 1.000 kotak rokok kayu untuk coba dipasarkan di negaranya. Kalau bagus mereka ingin bermitra," ujarnya.

Slamet mengatakan, mental baja dan tidak cepat putus asa menjadi kunci untuk bisa bertahan dan mengembangkan bisnis kerajinan kayu. Sebab, pelbagai kendala datang silih berganti, mulai dari sulitnya mencari tenaga kerja yang mumpuni hingga bahan baku yang bagus. "Pekerjaan ini sangat membutuhkan ketelatenan, padahal, angka permintaan sangat tinggi," kata Slamet.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×