kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemitraan usaha sushi mulai sepi


Sabtu, 18 Mei 2019 / 09:20 WIB
Kemitraan usaha sushi mulai sepi


Reporter: Elisabeth Adventa, Ratih Waseso, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis kuliner khas Jepang di tanah air menjamur beberapa tahun terakhir. Pasar kuliner yang luas di Indonesia membuat para penjaja makanan asal negeri matahari terbit bisa terus eksis, meski harus bersaing dengan kompetitor kuliner lainnya yang terus bermunculan.

Selain bento, ramen, udon, dan cheese cake, produk kuliner khas Jepang yang masih populer di negara kita adalah sushi. Penjaja sushi pun beragam, mulai kelas kaki lima hingga premium, dan memiliki peminat masing-masing.

Hanya, ternyata banyak pelaku bisnis kemitraan yang tak mampu bertahan dari serbuan kuliner lain. Penurunan tren sushi sebagai kudapan masa kini membuat para pebisnisnya harus memutar otak. Alhasil, ada yang berganti nama atau konsep, bahkan tak lagi menawarkan kemitraan.

Dalam Review Waralaba kali ini, KONTAN akan mengupas perkembangan beberapa bisnis kemitraan sushi. Berikut ulasannya:

- Sushi Snack Time

Sushi Snack Time berdiri sejak 2015 lalu. Saat KONTAN menulis bisnis kemitraan sushi ini pada 2017, mereka belum memiliki mitra.

Dua tahun berselang, Stevie Klause Sujahto, sang pemilik, tak lagi mengusung nama Sushi Snack Time. Sebab, dia tak hanya jualan sushi. "Sushi Snack Time sudah rebranding dengan nama Savior of Pakubuwono sejak awal 2019," katanya ke KONTAN.

Dengan merek baru, Stevie menawarkan makanan Italian Japanese, seperti steak satsuma wagyu brisket, pasta, dan sushi. Juga ada hidangan penutup alias dessert, misalnya, cake caramel, waffle.

Stevie mengatakan, alasan mengganti merek dagang dan menambah menu lantaran lokasi gerai pindah. Saat ini, lokasinya ada di Jalan Pakubowono, Jakarta Selatan.

Cuma, hingga saat ini Stevie belum menawarkan paket kemitraan seperti usaha sebelumnya. Menurutnya, kini ia sedang fokus membesarkan Savior of Pakubuwono.

Tapi, bukan berarti Stevie tidak akan membuka tawaran kemitraan. Rencana itu dan kemungkinan dia eksekusi tahun depan. "Saat ini belum menawarkan," ujarnya.

Informasi saja, saat menawarkan kemitraan Sushi Snack Time, Stevie menyediakan dua paket. Yakni, paket Express dengan investasi sebesar Rp 50 juta dan paket Ruko senilai Rp 200 juta.

Ketika itu, ia membanderol sushi dengan harga Rp 20.000–Rp 50.000 per porsi dan rice bowl Rp 45.000–Rp 70.000 per porsi. Mitra yang bisa meraup omzet Rp 40 juta–Rp 50 juta per bulan maka bakal balik modal dalam setahun.

- Dekuza Sushi

Bisnis kemitraan makanan Jepang besutan Nurul Hidayah Indah asal Malang ini bergulir sejak 2011. Kala KONTAN mengulas pada 2016 lalu, Dekuza Sushi memiliki tujuh gerai yang tersebar di Malang, Sidoarjo, Semarang.

Tapi kini, Nurul tidak lagi menawarkan kemitraan Dekuza Sushi. "Sekarang tinggal empat gerai. Dua gerai dikelola saya sendiri dam dua gerai lagi punya mitra yang masih bertahan," imbuhnya.

Menurut Nurul, tren sushi di masyarakat terus menurun. Itu yang jadi pertimbangannya menutup tawaran kemitraan Dekuza Sushi. "Sushi sudah tidak tren seperti lima atau enam tahun lalu. Pasar masih tetap ada sebenarnya, tapi hanya bagi penyuka makanan Jepang," terangnya.

Sebelumnya, Dekuza Sushi menawarkan dua paket kemitraan. Paket Outdoor senilai Rp 18 juta dan Indoor atau Restoran Rp 25 juta.

Dengan paket investasi tersebut, Dekuza Sushi akan memberi dukungan penuh kepada mitra dalam bentuk pasokan bahan baku, peralatan, serta sistem dan manajemen operasional. Mitra juga mendapat pelatihan mengenai cara penyajian sushi.

Dekuza Sushi tidak menarik royalti fee tiap bulan. Cuma, mitra harus membeli semua bahan baku dari pusat. Dengan demikian, kualitas masakan bisa tetap terjaga.

Untuk harga makanan di Dekuza Sushi bervariasi. Kisarannya mulai Rp 5.000 hingga Rp 18.000 per porsi.

Kendala lain yang Nurul keluhkan dalam bisnis kemitraan sushi adalah harga bahan baku impor yang terus naik. Ini menyebabkannya ikut menaikkan harga jual makanan di Dekuza Sushi. "Bahan baku yang impor naik terus, apalagi akhir-akhir ini rupiah melemah, jadi tambah mahal barangnya," ungkap dia.

- Sushi Goreng

Bisnis kemitraan sushi lainnya adalah Sushi Goreng milik Indra Wahyudin. Ia merintis usaha ini semenjak Oktober 2015. Waktu KONTAN mengupas dua tahun lalu, dia baru mulai membuka penawaran kemitraan Sushi Goreng.

Indra menyebutkan, respons masyarakat terhadap sushi kreasinya sejatinya sangat positif. Namun, tawaran kemitraan Sushi Goreng harus mandek sejenak. Ia punya alasan: ada kendala dalam pengiriman bahan jadi ke para mitra Sushi Goreng.

Sistem kemitraan Sushi Goreng adalah pembelian bahan jadi dari pusat, bukan dalam bentuk bahan baku. Lantaran menggunakan sistem ini, maka bentuknya makanan beku atau frozen food. Ini yang membuat sushi menjadi pecah saat digoreng.

Guna mengatasi kendala tersebut, sampai saat ini Indra terus melakukan pengetesan guna mendapatkan formula yang tepat. "Pengetesan dilakukan dari bentuk beku yang masih mentah biar bisa tahan lama, kami goreng terlebih dulu baru dibuat jadi frozen food tapi ternyata tetap tak maksimal," sebut dia.

Indra menjelaskan, tekstur nasi sushi yang lembek saat proses pembekuan menjadi basah. Nah, kondisi basah ini yang membikin sushi menjadi pecah saat digoreng.

Sebetulnya, Indra bilang tahun lalu ada dua mitra yang bergabung dengan Sushi Goreng, masing-masing di Bogor dan Depok. Tetapi, ia harus membatalkan kerjasama itu karena muncul kendala tersebut. "Baru seminggu bergabung, ternyata ada kendala itu, ketika sushi sudah dua atau tiga hari," katanya.

Akhirnya, Indra mengembalikan uang kedua mitra tersebut. "Padahal, banyak yang minat bermitra dan Sushi Goreng sudah terdaftar di ojek online," tambah Indra.

Alasan Indra memilih pengiriman sushi buatannya dalam bentuk jadi dan beku adalah, karena dirinya ingin mitra atau siapapun bisa membuka usaha sushi tanpa perlu repot-repot membuat. Dan, rasanya bisa tetap sama antara satu mitra dengan mitra lain.

Indra menargetkan, akhir tahun ini bisa kembali membuka penawaran kemitraan Sushi Goreng. Untuk menu sendiri, belum ada tambahan. Begitu pula harga masih sama Rp 17.000 per porsi.

Sebelumnya, Indra menjual paket kemitraan Sushi Goreng dengan nilai investasi hanya sebesar Rp 3 juta. Mitra memperoleh bahan sushi 100 rollfreezer, mika, sumpit, dan pelatihan usaha. Saat ini, selain berbisnis kemitraan sushi, dia juga masih menekuni pekerjaan sebagai konsultan usaha makanan Jepang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×