kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,17   5,84   0.65%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Koesnadi turun ke pedalaman Kalimantan untuk galakkan koperasi


Jumat, 07 Januari 2011 / 15:58 WIB
Koesnadi turun ke pedalaman Kalimantan untuk galakkan koperasi


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Tak banyak orang yang menyadari bahwa lingkungan sekitar, terutama dengan ekonomi memiliki hubungan yang amat erat. Dari lingkungan, manusia bisa bertahan hidup dan mendapat nafkah. Tapi, ekonomi harus dibangun dengan berpijak pada ekonomi kerakyatan. Misalnya, melalui koperasi.

Di mata Koesnadi Wirasapoetra, kemiskinan permanen yang dialami bangsa kita terjadi lantaran ekonomi yang dibangun tidak lagi berpijak pada ekonomi kerakyatan yang berlandas semangat gotong royong.

Presiden boleh saja berganti hingga ratusan kali. Tapi, "Kalau tetap menganut sistem kapitalistik yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat, semua itu tidak ada artinya," tegas Koesnadi, Sekretaris Jenderal Badan Kerjasama Ekonomi Serikat, underbow Serikat Hijau Indonesia, organisasi sosial yang memiliki misi menjaga kelestarian alam Indonesia sambil menggerakkan roda perekonomian rakyat.

Jalan untuk keluar dari sistem yang telah memiskinkan negara kaya ini, menurut Koes, begitu ia biasa disapa, adalah dengan mendorong basis perekonomian rakyat. Misalnya, pemerintah kembali menjadikan sektor agraris sebagai kekuatan ekonomi bangsa melalui pemberdayaan maksimal di daerah-daerah. Khususnya kepada para petani.

Sebab, ekspor yang digadang-gadang pemerintah sebagai sumber devisa terbesar negara telah meninggalkan kerusakan alam yang parah. "Berbanding terbalik dengan pemberdayaan basis ekonomi rakyat yang tidak pernah digalakkan pemerintah, yang melulu hanya berpikir tentang keuntungan semata," kritik Koes.

Cueknya pemerintah akan ekonomi rakyat di daerah, telah melahirkan sebuah gerakan independen yang dipelopori sebagian aktivis untuk terjun langsung membantu masyarakat mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.

Koes punya misi mengkonsolidasikan sebuah sistem perdagangan antarrakyat yang didukung sistem lembanga keuangan, yang dibangun atas dasar: dari untuk, dan oleh rakyat.

Maka, lahirlah Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) sebagai kepanjangan tangan Serikat Hijau Indonesia, yang bertujuan untuk mendongkrak kesejahteraan masyarakat pedesaan dengan berbasis sumber-sumber aset produksi rakyat yang memberikan jaminan kelestarian.

Untuk membuktikan BUMR tidak hanya beretorika, Koes dengan menggandeng Petak Danum, organisasi sosial lainnya, turun langsung ke pedalaman Kalimantan. Untuk melihat apa saja yang dibutuhkan masyarakat pedesaan agar meraih kehidupan lebih baik.

Koes menceritakan, selama tinggal di Kalimantan Tengah dan membantu setidaknya 170 desa di Kabupaten Kapuas, Barito Selatan, dan Gunung Mas, ia melihat potensi masyarakat setempat yang begitu besar dalam roda perekonomian, terutama di sektor perkebunan dan perikanan. "Masyarakat yang saya temui pandai dan kreatif, mereka bahkan lebih tanggap dengan alam ketimbang tim penanggulangan bencana milik pemerintah," ungkap Koes.

Ambil contoh, untuk menghadapi musim banjir, jauh-jauh hari mereka sudah melakukan antisipasi dengan menyiapkan semacam perahu di dalam rumah untuk menyimpang harta benda. Kemudian, di saat musim kebakaran hutan, masyarakat mengantisipasi dengan membuat kolam yang mereka sebut dengan kolam beje, mirip rawa dengan panjang 100 meter dan lebar 1 meter.

Kolam beje ini berfungsi memutus mata rantai api agar tidak menjalar ke pemukinan. Tapi, masyarakat juga memanfaatkannya untuk membudidayakan ikan, masing-masing kepala keluarga mendapat jatah dua kolam. "Manfaatnya jelas, selain mampu menyelamatkan lingkungan sekitar dari bencana alam, juga keuntungan ekonomi yang didapat," kata Koes.

Satu desa rata-rata memiliki sekitar 1.780 kolam. Dari budidaya ikan, masing-masing kolam menghasilkan duit sebesar Rp 2 juta per tahun. Itu berarti, total mencapai Rp 3,56 miliar.

Koes bersama Petak Danum lalu mendirikan koperasi dalam rangka menumbuhkan semangat ekonomi kerakyatan. Ia menilai, dengan koperasilah, sistem kapitalistik dapat dihancurkan. Baginya, koperasi yang lahir dari pemikiran tokoh proklamator, Bung Hatta memiliki roh yang tidak ada dalam sistem modern, seperti bank dan lembaga ekonomi yang dibangun pemerintah.

Hanya di koperasilah, semangat usaha bersama dan ekonomi gotong royong dapat ditemukan. Karena, semuanya dilakukan secara bersama-sama dan terbuka, sehingga menimbulkan sebuah pola pikir untuk tidak mencari keuntungan semata, dan membentuk pribadi berkarakter jujur sertu tentu saja antikorupsi.

Namun, pendirian koperasi itu bukan tanpa kendala. Sebab, Koes mengungkapkan, masyarakat sudah terlanjur berpikir negatif tentang koperasi. Contoh, Koperasi Unit Desa atau KUD diplesetkan menjadi Ketua Untung Duluan.

Tapi, dengan tekad keras dan pendekatan yang sesuai sasaran kepada masyarakat, Koes berhasil meyakinkan masyarakat lewat pendidikan bermetode pembelajaran ekonomi antarkeluarga, pembelajaran demokrasi politik, dan semangat yang ditularkan kepada masyarakat untuk membangun kemandirian ekonomi.

Bahkan, dari koperasi itu, Koes bersama 2.000 petani yang menjadi anggotanya, berencana membangun pabrik karet di atas lahan seluas 18 hektare mulai tahun ini. Kalau tidak ada aral melintang, pada 2012 mendatang, pabrik tersebut sudah bisa beroperasi.

Untuk menjadi anggota koperasi dan memiliki saham, masing-masing petani menyetorkan dana sebesar Rp 1 juta yang bisa dicicil sebanyak empat kali.

BUMR dan koperasi telah menjadi semangat hidup sarjana teknik lingkungan ini. Pilihannya untuk bekerja demi memajukan ekonomi rakyat dan membantu petani di Kalimantan Tengah, telah membuat hidup Koes jauh lebih membahagiakan dibandingkan dengan bekerja di perusahaan besar yang selalu menawarkan posisi strategis dengan gaji yang sangat menggiurkan.

Tapi, Koes punya prinsip, tak ingin mengkhianati suara hatinya hanya karena tergiur harta. Makanya, ia memantapkan diri melayani masyarakat dan cukup berpuas diri dengan hasil perkebunan cokelat dan kelapa miliknya di Kalimantan Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×